“Gue pingin coba, gue pingin coba.” pinta Melody bersemangat. Ia mengambil alih cermin mungil dan liptint berwarna merah dari tangan Syla. Usai menyapukan cairan merah tersebut, Melody memaku dirinya di cermin. “Warnanya emang nyala banget ya.” komentar Melody mengamati.
“Tapi bagus, kan?” sanggah Syla meminta pujian.
Jolyn mengangguk. “Iya, bagus kok. Berarti kalau ke sekolah, harus pake dikit doang.”
“Ya, iyalah. Kalau lo berani pake sampe mencolok banget, auto disita guru deh.” Carla menambahkan. “Syl, lo beli di mana deh?” sekarang tatapannya beralih ke Syla.
Yang ditanya tersenyum bangga. “Di tempat sepupu gue. Cus deh lo pada beli, dia ngejual di online shop gitu.”
Melody mengembalikan liptint yang telah ia pakai kepada Syla. “Oke, gue pingin beli. Nanti sekalian gue promosiin di instagram gue.”
“Serius lo, Mel? Sepupu gue pasti excited banget!” ucap Syla heboh.
“Iya, serius gue. Nama online shop-nya apaan? Mau gue coba buka—“
“Halo, Melody. Halo, semuanya.”
Sapaan Farah berhasil membuat Melody terdiam. Meski dipandangi dengan tatapan heran bercampur ‘apaan-deh-manggil-gue’, Farah tetap mendudukkan dirinya di kursi kosong samping Melody. Tentu saja, senyuman manis yang ia cetak di bibir terus terurai.
“Hai, Farah!” balas Jolyn.
Carla melambaikan tangan, begitu pula dengan Syla. “Hai, Far.”
“Boleh gabung enggak?” tanya Farah manis.
“Boleh dong, boleh banget. Boleh kan, guys?” jawab Syla yang disetujui oleh Carla dan Jolyn
Farah tersenyum mendapat lampu hijau. Ia pun mengeluarkan beberapa roti lapis dari kantung plastik yang sebelumnya ia beli terlebih dahulu dari kantin. “Gue bawa roti, ada yang mau?”
Baik Jolyn, Syla, maupun Carla, menatap kegirangan. “Ya, mau lah, pake ditanya lagi.”
Farah mulai membagikan roti. Tak lupa, roti lapis coklat tersebut ia sodorkan juga pada Melody. Lama Melody menatap, lalu akhirnya memilih untuk mengambil juga.
Setelah menaruh roti pemberian Farah di atas mejanya, Melody berusaha mengembalikan topik pembicaraan. Ia menyenggol Syla yang sedang asik melahap roti untuk meminta perhatiannya. “Tadi, apa nama instagram online shop-nya sepupu lo?”
“Online shop? Mau beli apaan, Mel?” tanya Farah tanpa permisi.
Spontan, Syla menunjukkan liptint yang dimaksud kepada Farah. “Melody mau beli ini, Far. Lo harus tau, warnanya bagus loh...”
“Bener, gue juga pingin beli. Dan lo juga harus beli, kayanya bakalan cocok sama lo.” Jolyn berpromosi.
“Gue rasa Jolyn bener deh, kayanya bakalan cocok sama lo. Coba lo liat, di Melody juga cocok.” Carla menunjuk bibir Melody yang langsung diperhatikan Farah.
Merasa ditatap, Melody membuka suara. “Gak usah lama-lama liatnya.”
“Oh, iya, maaf.” mendengar jawaban spontan Farah, Melody sedikit terkejut. “Tapi emang bagus kok. Warnanya fresh gitu ya.” Farah menimbang apa yang ia lihat.
“Nah, iya, kan?!” seru Syla. “Gak nyesel deh kalau lo pada beli.”
Percakapan masih berlangsung hingga bel pertanda masuk yang berbunyi memaksa Farah, Melody, Jolyn, Carla dan Syla, kembali ke tempat duduknya masing-masing. Alih-alih menatap papan tulis, Melody malah terlihat sibuk memperhatikan roti yang masih ia saja ia genggam. Tertulis ‘Rasa Coklat’ di atas stiker yang tertempel pada bungkusan roti tersebut. Huh, sejak kapan pula Melody menyukai rasa coklat?
Melody menaruh roti coklat itu di atas buku Zidane. “Makan aja, lo suka coklat, kan?”
“Serius nih? Makasih.”
Melody mengangguk. Hanya itu, lalu mulai menyelam ke dalam pelajarannya.
***