The Day After Tomorrow

nothin' on me
Chapter #24

Chapter 24: WHEN YOU DEBATE'S

Melihat Gerind yang tengah tertawa tanpa merasa ada beban sedikitpun, sukses membuat Randy menatapnya tidak suka meskipun objek yang ditatap sendiri tampak belum menyadari. Menghela napas sejenak, Randy melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kelas. Kakinya menuntun ia untuk segera menuju tempat duduknya yang sialnya, tak berada pada tempat yang biasa diletakkan. Oh, ayolah, Randy hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya setelah upacara senin pagi yang baru saja selesai.

Gerind yang menyadari kedatangan Randy, berseru, “Woy, pagi-pagi udah jutek aja lo!”

Randy mendengus melihat kepura-puraan yang tercetak jelas di wajah Gerind. “Dimana kursi gue?”

Mendengar pertanyaan Randy, Vivian yang tengah berbincang dengan temannya tak jauh dari keberadaan Randy, tersadar. Ia pun menghampiri Randy, “Eh, sorry, tadi gue minjam kursi lo buat ngehapus papan tulis. Gue lupa balikin.” jujur Vivian merasa bersalah. “Gue ambil dulu—“

“Enggak usah, gue aja.” Randy memotong cepat. Ia pun berjalan ke depan papan tulis untuk segera mengambil kursinya yang memang berada disana.

Vivian terlihat ragu untuk melanjutkan, “Sorry ya, Ran, tadi gue piket kelas soalnya.”

Randy mengangguk tidak merasa keberatan. “Iya, santai aja.”

“Oke, makasih.” belum sempat Vivian kembali ke gerombolan teman-temannya, Vivian dibuat terkejut saat tak sengaja melihat warna kebiru-biruan di area sekitar mata dan mulut sebelah kanan Randy. “Randy! Muka lo kenapa deh?!” Vivian bertanya dengan heboh.

Randy sempat menjauhkan telinganya beberapa senti hanya untuk mengamankan posisi dari dengungan yang masuk. “Eh, gak papa.”

Vivian menggeleng tak setuju. Ia semakin mendekatkan ketajaman matanya untuk mengecek. “Enggak papa gimana?! MUKA LO LEBAM TAU!”

Gerind memilih untuk ikut andil. “Vivian bener, muka lo kenapa, Ran?”

Tak suka, Randy menepis tangan Gerind yang hendak menyentuh wajahnya. “Gue enggak papa.”

Melihat bagaimana respon Randy kepadanya, spontan membuat Gerind mendesis sembari tersenyum mengejek. “Mau diperiksa di UKS gak? Gue antarin deh ke sana.” entah apa maksud dalam tawarannya kali ini.

Vivian menyetujui saran Gerind. “Iya, kayanya lo harus ke UKS deh, Ran. Mending lo sekarang ke sana, sebelum pelajaran Pak Yono masuk. Atau... mau gue izinin aja?”

Belum sempat Randy menjawab, Gerind lebih dahulu membuka suara. “Ah, gue lupa, kayanya... lo gak bisa ke UKS sekarang deh.”

“Emang kenapa?” tanya Vivian heran.

“Lo gak denger tadi ada pengumuman, Vi?” Gerind menyandarkan punggungnya. Tangannya sibuk mengetuk-ngetukkan pena dengan meja hingga terdengar suara benturan yang beraturan.

“Pengumuman apa?”

Gerind menghela napas. “Tadi sih, ada pengumuman gitu.” Ia menolehkan pandangan. “Pengumuman buat tim kepengurusan PMR untuk segera menuju ruangan Bu Rosma usai kegiatan upacara senin pagi. Pengumumannya disiarin dari speaker sekolah.”

Randy menegaskan wajahnya. “Maksud lo?”

“Haha, gak perlu kaget gitu lah, Ran. Lo sendiri kan tau kasus yang menimpa kepengurusan PMR. Masa iya lo lupa?” Gerind berpura-pura mengingat. “Ah, enggak mungkin lupa lah. Lo kan... juga ada di TKP. Iya, kan?”

Setelah mendapatkan poin yang ingin disampaikan Gerind, Vivian memukul meja tak percaya. “Jadi, maksud lo... Bu Rosma lagi ngomongin masalah itu ke tim kepengurusan PMR? Sekarang?! Pagi ini juga?!”

Gerind mengangguk ringan, ia menghentikan ketukan pena dan mejanya. “Gak perlu kaget elah, paling... Bu Rosma lagi ngasih peringatan ke mereka. Kapan sih batas waktunya selesai? Tiga hari ya, eh, gue bener enggak sih, Ran? Tiga hari lagi, iya kan?”

Lihat selengkapnya