The Day After Tomorrow

nothin' on me
Chapter #25

Chapter 25: WHEN YOU TIRED'S

“Oke, sekian untuk hari ini.” ucap Pak Yono mengakhiri sesi pelajaran matematika yang telah dijadwalkan sebagai pelajaran pertama di hari senin. Merasa perhatian salah satu muridnya yang seakan tak berada di tempatnya, membuat Pak Yono mengeluarkan idenya. Guru berkepala tiga tersebut pun memanggil nama murid yang dimaksud. “Randy, tolong bantuin Bapak bawain bukunya ke majelis guru.”

Randy yang tengah sibuk menatap keluar jendela, harus disenggol oleh Gerind terlebih dahulu agar menyadari panggilan Pak Yono. Ia berdiri dan mengangguk. Mengikuti arah langkah kaki gurunya sembari membawa buku tugas yang akan diperiksa.

Sembari berjalan, Pak Yono menoleh ke belakang. Ia menyadari Randy yang masih saja belum mendapatkan fokusnya. “Hari ini kamu kenapa?”

Randy terhenyak. “Kenapa, Pak?”

“Kamu ini.” gemas, Pak Yono menepuk bahu Randy. “Gak usah sok-sok mendramatisir deh, kamu gak cocok, Randy.”

“Maksud, Bapak?” masih belum mengerti, Randy kembali bertanya.

Pak Yono menghela napas. “Kamu gak cocok kalau sok-sokan diem di kelas, biasanya juga selalu jadi yang paling heboh.”

Randy terkekeh bingung ingin mengatakan apa. “Oh, itu ternyata.”

“Oh, itu ternyata.” Pak Yono mengikuti cara bicara Randy bermaksud bercanda. Setelah sampai di depan ruang majelis guru, Pak Yono membuka pintu dan membiarkan Randy tetap mengikutinya dari belakang. “Itu, kenapa lagi sama muka kamu? Berantem sama siapa lagi? Kok tumben, Bapak enggak tau korban kamu hari ini?”

Menaruh buku tugas di atas meja Pak Yono, Randy menjawab. “Saya enggak berantem lagi kok, Pak.”

“Lah, terus yang Bapak liat itu apa?”

Randy terdiam sejenak. “Saya... saya dikeroyok, Pak. Sedih banget kan, Pak? Makanya, jangan ngasih tugas banyak-banyak, Pak. Saya mau makan aja susah, apalagi mikirin soal-soal yang Bapak kasih.”

“Kamu aneh, gak ada kaitannya sama tugas.” Pak Yono mendengus. “Bisa-bisanya dikeroyok orang, kamu ngingetin Bapak sama kejadian UKS aja.” Pak Yono menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. “Untung kemarin ada Gerind ya yang bantuin kamu? Kalau enggak, mungkin kamu udah bonyok.”

Mendengar sesuatu yang mengganjal di pendengarannya, Randy mengernyit heran. “Loh, kok Gerind sih, Pak?”

“Heh, gak tau terima kasih ya kamu.”

“Maksud, Bapak?” lagi, Randy bertanya meminta penjelasan.

“Itu loh... soal UKS, masa kamu lupa kalau Gerind ngebantuin kamu.” Pak Yono berusaha mengingatkan Randy. Yang diingatkan masih saja tak melepaskan kernyitan di dahinya. Jelas hal ini membuat Pak Yono semakin gemas. “Waktu kamu sembunyi dari pelajaran Bapak dan ke UKS, Bapak nyuruh Gerind untuk ngecek kamu di UKS karena kata anak-anak kamu dekatnya sama Gerind. Si Gerind juga kok yang bilang ke Bapak kalau kamu di UKS.”

“Jadi... waktu saya gak masuk pelajaran Bapak, Gerind ngecek saya di UKS, Pak?” tanya Randy berusaha menyimpulkan sendiri.

“Iya, Bapak yang minta anak itu untuk ngecek kamu di UKS. Siapa yang tau ternyata segerombolan berandal sekolah sebelah ngebobol gerbang dan ngincar kamu di UKS. Pasti Gerind kan yang bantu kamu, makanya waktu itu kamu enggak kenapa-napa?” Pak Yono menjelaskan meski sedikit malas. “Kamu udah bilang makasih gak sama anak itu?”

Cukup lama Randy terdiam, otaknya sibuk mencerna informasi yang masuk. “Pertama, tebakan Bapak salah. Saya enggak ditolongin Gerind, karena anak itu emang gak muncul di TKP, Pak. Yang kedua, kalaupun emang benar Gerind muncul, saya bisa sendiri kok ngatasin anak-anak sebelah itu.”

Terdengar aneh, kini, giliran Pak Yono yang mengernyitkan dahinya heran. “Kalau emang anak itu enggak datang ke UKS buat ngecek kamu, jadi anak itu kemana? Bapak nungguin dia loh di kelas, tapi dia juga enggak balik-balik.”

Randy menggeleng pelan. “Sekarang... saya juga lagi nyari tau soal itu, Pak.”

***

Lihat selengkapnya