Baru saja Gerind hendak memakai helm-nya, gerakannya terpaksa terhenti saat mendengar suara notifikasi dari telepon genggam di sakunya. Gerind memilih untuk mengambil telepon genggam miliknya tersebut untuk mengecek. Ia tersenyum tipis saat menyadari bahwa Randy lah yang telah mengirimnya sebuah pesan.
‘Lo belum pulang sekolah, kan?’
‘Ada yang perlu gue sampein ke lo.’
Menaikkan alisnya satu, tangan Gerind langsung bergerak mengetik balasan dari pesan Randy tersebut.
‘Gak ada yang perlu lo bicarain ke gue.’
‘Urusin aja dulu masalah lo.’
‘Gue yakin lo pasti lagi sibuk.’
Usai mengklik tombol kirim, Gerind tetap berniat untuk segera pergi. Jelas saja ia memiliki agenda yang jauh lebih penting saat ini jika dibandingkan harus mendengar segala gerutuan tak berbobot Randy kepadanya. Gerind sempat tersenyum bangga sembari memasangkan helm ke kepalanya. Ia hanya tinggal menunggu hari untuk kembali merakit bom waktu selanjutnya. Yah, ada yang dapat memberi Gerind saran, bom waktu seperti apalagi yang akan terdengar seru?
Lagi-lagi, gerakan Gerind terinterupsi saat mendengar notifikasi telepon genggamnya. Awalnya Gerind berusaha mengabaikan, namun, tampaknya Randy tak menyerah begitu mudah. Ia justru langsung memutuskan untuk menelepon Gerind. Hal ini terbukti karena lantunan lalu Demons dari Imagine Dragon yang Gerind pasang sebagai nada dering panggilan, berbunyi keras. Sempat mendengus, Gerind kembali melepas helm-nya. Ia pun menjawab panggilan Randy. Sayangnya, Gerind harus kembali mendengus kesal saat sambungan telepon malah diputus secara sepihak sebelum Gerind membuka suara. Saat Gerind ingin mendial nomor Randy, seseorang yang ingin Gerind hubungi balik itu justru mengirimnya satu pesan.
Mulai malas, Gerind membuka room chatnya. Ia mengernyit saat melihat satu video yang Randy kirimkan. Hanya sekilas, Gerind memang hanya melihat video tersebut dengan sekilas. Namun, ia tentu mengetahui dengan jelas apa yang baru saja ia lihat. Sontak, Gerind memukul stang motornya geram. Belum sampai disitu, Gerind kembali harus menahan ledakan amarahnya saat melihat satu pesan selanjutnya yang masuk dari Randy.
‘Datang ke lapangan basket indoor kalau lo mau lihat lebih banyak.’
Tanpa basa-basi, Gerind pun kembali memarkirkan motornya. Segera melangkahkan kaki ke tempat yang telah Randy arahkan. Yang tidak diketahui oleh Gerind, adalah bahwa dirinya telah diamati oleh Aldo bahkan sejak langkah kakinya keluar kelas. Melihat target yang telah memasuki gedung sekolah, membuat Aldo mengeluarkan telepon genggam dan mengirim voice note pada group chat ‘Perkumpulan Rahasia Kilat’.
“Target sedang menuju ruang utama.” ujar Aldo merekam suaranya.
***
Randy yang tengah memantau group chat, tersenyum senang saat mendengar kabar konfirmasi yang Aldo kirimkan. Dapat, Gerind berhasil menangkap umpannya. Tak lupa, Randy menengadahkan kepalanya ke arah lantai atas lapangan indoor, memberikan kode kepada Farah, Angel dan Claudia agar segera mempersiapkan semua cadangan skenario bila sewaktu-waktu memang diperlukan. Tak hanya ketiga anggota perencana jebakan andalan Randy tersebut, namun Bu Rosma, Pak Yono serta Pak Hendra juga ikut dihadirkan untuk menyaksikan siaran live terbatas ini.
Tak butuh waktu lama, suara dentuman pintu yang dibuka secara keras berhasil memperlihatkan sang tokoh utama. Randy melambaikan tangan. Setengah memberi ucapan selamat datang, dan setengahnya lagi terkesan mengejek. Randy memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, tersenyum manis menyambut ‘teman baiknya’ tersebut. Well, betapa senangnya Randy menggunakan tanda kutip khusus untuk kosa kata di atas.
“Ngeliat muka lo sekarang, gue yakin, lo pasti suka sama hadiah gue.” Randy memulai percakapannya. Membuang jauh-jauh rasa percaya diri sang lawan yang tengah melambung dengan tinggi-tingginya.