Jum'at sore, Sisca, Airin dan Livi mempunyai jadwal les bersama Pak Johan, les Matematika, pelajaran favorit mama Sisca. Mau nilai pelajaran lain jeblok pun asal Matematika bagus, maka mama ga akan marah. Tetapi kalo Matematika jeblok, maka pelajaran lain serasa tak berarti.
Satu setengah jam berlalu, les pun usai. Livi mengajak ke wartel, menelepon seseorang. Jadilah mereka bertiga memenuhi kamar wartel yang sesak itu.
"Halo, bisa bicara dengan Ardi? Ini dari Anggi." kata Livi kepada suara di telepon. Sisca dan Airin saling berpandangan sambil mengernyitkan dahi.
"Halo, Ardi, boleh kenalan? Aku Anggi. Kamu drummer ya?" Livi membuka percakapan. Airin dan Sisca merasa canggung lalu menunggu di luar.
"Hebat juga ya Livi, salut aku. Dia pernah cerita beberapa waktu lalu kalo lagi naksir sama temen Kak Ronny yang jangkung itu, namanya Ardi. Tapi ga mau kenalan langsung. Bisa aja nemu ide gitu. Salut, salut." Airin bercerita pada Sisca.
"Lha kamu sih enak, Rin. Temen sekelas yang jadi gebetanmu. Tiap hari ketemu, ga perlu repot berkenalan, ngobrol santai, tengkar pun biasa." timpal Sisca.
"Lho, kamu kok tahu?! Aku ga pernah cerita siapapun tentang perasaanku sama Untung." tanya Airin heran.
"Hahaha...aku sih asal menebak, tapi bener rupanya. Hmmm... Maaf ya waktu itu aku belum sadar kalo kamu suka Untung, jadi aku ceritain kalo dia pendekatan sama Inez, tapi Inez menghindar terus."
"Iya, ga apa, toh sekarang dia juga ga ada rasa buat aku, dia cerita sama aku kalo dia sekarang suka Iven."
"Yah, memang begitu kadang, makanya aku ga mau ah naksir orang gitu, sakit kalo ga berbalas."
Livi datang sambil berkata, "Ya tetep harus nyoba dong, Sis, masak menyerah sebelum mencoba? Pasti ada lah seseorang yang mampir di hatimu selama ini. Masa ga pernah ada yang menarik perhatianmu?"
"Hmmmm... Natan? Atau Tommy? Eh bukan Tendy kali ya? Entahlah ga terlalu berasa." Sisca mengakui beberapa orang yang pernah mampir sebentar di hatinya, tetapi ga bertahan lama. Bahkan dia pun bingung yang mana yang membuatnya penasaran.
Natan rivalnya sampai hari ini berebut peringkat 1 di kelas. Biasa saja kesannya, hanya seru aja diajak saingan. Tommy, teman kelas Livi, imut dan selengekan, tapi juga biasa saja. Tendy, kakak kelas mereka yang disukai semua adik kelas, ya cuma begitu saja lewat. Tetapi ketika mengingat wajah si cowok imut, mendadak terkena serangan takikardia. Akhirnya mengakulah Sisca pada kedua sahabatnya,
"Ada seseorang yang mengganggu pikiranku akhir-akhir ini, seseorang yang membuat denyut jantung berirama tak beraturan. Berpapasan dengannya saja sudah bikin salah tingkah. Kalo ngelihat dia, jadi nunduk deh aku."