The Day We Find Love

L
Chapter #15

Rahasia Hati

Hari berganti hari, seolah waktu berputar semakin cepat. Libur akhir tahun pun hampir tiba. Seperti kebiasaan Sisca, setiap libur akan pergi ke rumah pamannya di Surabaya. Biasanya ia bersemangat sekali ketika akan berlibur karena di sana banyak makanan enak, pusat perbelanjaan dan kebun binatang. Entah mengapa liburan kali ini malah terasa malas, tak seperti biasa-biasanya.

Setiap hari Sisca sering bertukar cerita dengan Dave, entah membicarakan hal apapun. Berbagi cerita dan rahasia, sudah seperti sahabat lama tanpa saling mengetahui isi hati masing-masing. Sisca tetap menyembunyikan dan mengingkari perasaannya sendiri, bersembunyi dalam topeng persahabatan. Pun demikian dengan Dave, tak pernah meluncur pengakuan siapa sebenarnya yang dia suka. Entahlah mereka terjebak dalam persahabatan yang palsu atau persahabatan sesungguhnya.

Suatu siang Sisca main ke rumah Airin, menungguinya membuat pudding. Airin memang suka makan dan masak, untuk ukuran anak seusianya, dia sudah mahir untuk urusan dapur.

"Sis, sebenarnya kamu sama dia itu gimana sih?" tanya Airin penasaran.

"Ya ga gimana gimana, emang mau gimana?"

"Yah kalo aku lihat, ga wajar juga kalo setiap hari saling teleponan, ngobrol sampe malam-malam. Padahal pulang sekolah juga sudah ngobrol-ngobrol. Apa ga kehabisan bahan ya?"

"Ya pas pulang kan ngobrol juga ama kalian toh, trus apa yang salah? Ga setiap hari juga kok teleponan. Kenapa sih? Aku sama Edo malah dulu di kelas ngobrol seharian, di rumah juga teleponan lagi. Biasa aja."

"Ya justru itu yang aneh. Akhirnya waktu Edo jadian sama Christy, kamu apa ga kehilangan?"

"Ya agak kehilangan sih, tapi ga banget. Lha orangnya memang suka Christy dari awal. Dan aku juga lagi suka sama siapa ya waktu itu? Eh bukan suka sih tapi penasaran... Oh iya sama Natan, orangnya misterius gitu. Tapi setelah kenal orangnya, hilang tuh rasa penasarannya dan ilfil juga."

"Trus kalo sekarang?"

"Sekarang sama Natan maksudnya, ya udah ga ada apa-apa lagi. Lupa juga kenapa bisa sampe penasaran gitu." ucap Sisca sambil menepuk jidatnya.

"Bukaaaaann! Sama Dave. Masih penasaran? Sudah kenal? Atau makin penasaran?"

"Susah ngejelasinnya. Masih penasaran kali ya, orangnya ga ngaku-ngaku suka Winda apa ga? Kadang juga nanyain dia, tapi pas lagi mau diceritain bilang ga usah. Bingung kan, maunya gimana? Ya mungkin karena belum hilang rasa penasarannya, makanya masih ngobrol-ngobrol."

"Hmmm, menurutku, jangan melibatkan diri sama segala sesuatu yang ga jelas batasannya. Kalo salah satunya hilang rasanya bakal aneh. Yakin sanggup?"

"Hilang gimana maksudnya? Jadian sama orang lain? Ya sudah sadar dari awal. Kalo niatnya pendekatan ya mungkin bisa jadi kehilangan, tapi kalo dari awal sudah tau ga mungkin ya harusnya ga kehilangan."

"Jujurlah sama diri sendiri, berapa banyak porsi kalian membicarakan orang lain dibanding membicarakan tentang kalian sendiri! Jujur juga, kamu pernah merasa dia lebih banyak nanyain kamu apa nanyain orang lain?"

"Ga tau, orang yang dibicarakan banyak, ga spesifik. Dari a sampe z balik ke a lagi, ga jelas. Ya ngalir aja gitu lho. Ya sudah deh dinikmati aja yang ada."

"Ya sudahlah, kamu yang paham dirimu sendiri. Kalo aku mungkin lebih memperjelas, di mana sebenarnya posisi aku. Temannya, pacarnya ato bukan siapa-siapa buat dia"

"Iya deh, Madam! Madam Airin yang hobi bikin pudding, minta dong, udah jadi kan?"

"Eh, Non, mana ada makan pudding panas-panas gini. Nanti tunggu dingin dong! Emang mamamu ga pernah bikin apa?"

"Bikin sih, hahahaha...tapi lebih menarik kalo ngerjain kamu. Aku di sini aja ya, males pulang. Kalo sendirian itu bikin mikir aneh-aneh."

"Ga ke rumah pamanmu? Lumayan dimakani enak-enak."

"Dimakani, kayak hewan peliharaan aja dimakani, dasar istilahmu itu ckckck... Bingung kalo ke sana nanti kangen kamu gimana?"

"Halah gombal, kangen Dave paling!"

Mereka berdua tertawa bersama, ngobrol-ngobrol sampai ketiduran bersama. Hal ini sudah biasa dilakukan mereka sedari kecil. Sisca memang akan ke Surabaya esok lusa.

Pulang ke rumah, mama memberitahu ada telepon dari Dave. Sisca sedang malas menelepon kembali. Di rumah saja membuat waktu berjalan lambat. Membaca majalah sambil mendengarkan musik seperti biasa, sampai deringan telepon membuyarkan konsentrasi.

"Ya halo."

"Halo juga, liburan ga ke mana-mana?"

"Belum, kamu?"

"Besok aku mau pergi ke luar kota sampai liburan berakhir, mengunjungi saudara di Bandung. Mau titip sesuatu?"

"Ga mau kalo titip nanti kudu bayar, dikasih aja biar gratis hehehe..."

"Hmmm, berbakat jadi pemalak. Ya mau apa kalo gitu?"

"Ga deh, bercanda aja. Ga tau juga ada apa di sana. Dibeliin ntar ga sesuai selera hahahaha..."

"Atau mau ikut ke sana?"

"Aku juga mau ke Surabaya kok. Ga nawari juga mau nitip apa soalnya aku terpingit di sana, dipelihara paman. Ga bisa ke mana-mana kalo ga ada yang antar. Sepupuku sibuk semua sekarang."

"Terpingit? Masih kecil sih ga berani pergi sendiri ya? Ya jangan pergi sendiri, diculik bahaya."

"Siapa juga mau nyulik aku, rugi bandar, hahahaha..."

"Dijual laku kok masihan, buat pakan buaya hahahaha...ya udah, jangan kangen sama aku ya."

"Kepedean, siapa juga yang kangen. Kalo lagi bersenang-senang aku lupa kok sama temen, hahahaha..."

"Wah bukan teman yang baik ternyata. Ya sudah, aku siap-siap dulu daripada diomeli mama."

Sepanjang percakapan hari itu mama Sisca pun seperti seterikaan, mondar-mandir seperti ingin mendengarkan apa yang diobrolkan putrinya selama ini. Hal itu sering dilakukan mama kalo Dave menelepon. Sisca pernah protes karena merasa didengarkan.

*****

Di Surabaya, kakak sepupu Sisca menyambut dengan ejekan biasanya.

"Halo cewek, sudah punya pacar belum nih sekarang?"

"Ya belum lah, umur berapa mikir pacaran, deuh!"

"Oiya ya masih kecil, sekolah yang baik nanti SMA pindah sini biar aku ada temen tengkar. Ga asyik tengkar sama adik cowok. Dunianya berbeda. Bahasannya game mulu!"

"Kak, aku cuma 5 hari di sini, ajak senang-senang dong, masa diajak tengkar?"

Kak Leny memang hobby mendandani sepupu ceweknya ini, usia yang terpaut jauh tak membuat mereka canggung.

"Besok kita jalan-jalan ke Pasar Atom, makan cakue udang sama lihat-lihat baju." ajak Kak Leny yang hoby jalan-jalan. "Kamu bisa pilih-pilih baju nanti kubelikan, aku kan ngelesi sekarang, punya uang sendiri."

Tak sabar menanti acara jalan-jalan keesokan harinya. Bukan acara beli bajunya yang ditunggu, tetapi acara kulinernya. Memilih berlibur ke rumah paman memang ga salah. Bibi Wenny yang pintar masak, Kak Andy yang seru dan Kak Leny yang cerewet mengalihkan kegalauan untuk sementara.

"Iya, Yas, iya dong sudah kangen, baru 3 hari ya ga ketemu. Besok mau jalan ke Atom sama adik sepupuku, cari baju paling sama makan. Thaaaa..." Kak Leny sedang bertelepon dengan tentunya pacarnya, Andreas, yang juga lagi pulkam ke Banjarmasin.

"Halah, baru 3 hari udah kangen, guayamu lho, Kak..." kata Sisca.

"Awas, disumpahi Kak Leny lho kamu, Sis." Kak Andy ikutan komentar.

"Iya, kamu belum ngerasain kangen ya, sehari ga ketemu aja rasanya gimana gitu lho. Besok kamu kalo kangen bisa guling-guling nanti." canda Kak Leny.

Setelah berhari-hari kulineran bersama kakak sepupunya, tiba waktu untuk kembali pulang ke rumah. Berpamitan dengan paman dan bibinya lalu naik ke travel.

*****

Dua hari sebelum masuk sekolah masih tersisa waktu berleha-leha. Livi, Sisca dan Airin sedang berkumpul di rumah Airin, nenek Airin membuat rujak jadi makin asyik ngobrol sambil rujakan.

"Gimana nih liburan kalian?" tanya Airin.

"Ya biasa gitu aja deh. Yang jelas tahun baru aku pergi ke Tawangmangu, rame." jawab Livi.

Lihat selengkapnya