Senin pagi telah datang, hari yang menakutkan buat Sisca. Ia mengajak Airin berangkat lebih pagi dari biasanya.
"Ngapain sih, Sis, pagi amat kita berangkat?"
"Menghindari ketemu sama Dave."
"Lha kenapa? Ribut lagi?"
"Ga, ketahuan kalo aku suka dia. Malu."
"Oya oya? Gimana kok bisa tahu, cerita dong!"
"Ya ngobrol-ngobrol trus kepancing deh ngomong kalo aku suka dia. Bodohnyaaaa."
"Ya gitu dong, bagus akhirnya dia tahu dan kamu jelaskan. Trus orangnya gimana?"
"Entahlah, gitu deh."
Sesampainya di kelas, sedang bersandar di meja karena masih ngantuk, Inez datang membawa sebuah kado. "Siapa ulang tahun, Nez?" Sisca bertanya.
"Ehm, Kak Dave, ayo temeni aku antar kadonya."
"Malas ah, kasih sendiri aja biar surprise. Lagian mana sudah datang? Biasanya kan hampir sama kayak aku."
"Aku sudah lihat tadi orangnya di kelas. Ayo mumpung masih sepi." Inez menyeret Sisca yang menolaknya.
Di depan pintu kelas, mereka tengok-tengok masuk. Dave melihat dua orang di depan pintu dan refleks menutup mukanya. Mereka berdua masuk menuju bangku tempat Dave duduk. Inez menyerahkan kado sambil berkata, "Happy Birthday, Kak."
"Oh iya, trims."
"Kemarin aku telepon kamu tapi sepertinya ga ada orang ya. Ke mana?"
"Ooo ke Semarang."
Sisca bingung harus ngapain, lalu mengulurkan tangan sedingin es pada Dave sambil mengucapkan selamat juga.
"Hoi, pagi amat kamu muncul! Lah apalagi ini, ga salah jam kamu? Bukannya biasanya bangun jam 09.00 kamu?" Kata Ronny menunjuk Sisca.
"Enak aja, ga mungkin aku bangun jam segitu!"
"Lho, aku pernah ke rumahmu ambil pesanan makanan, kamu baru bangun tuh, jam pulang kebaktian. Ya jam segituan."
"Ga yaaaa...ga jam segitu."
"Jam 10.00 kali, Ron." kata Dave.
"Ga yaaa, menghina. Jam 07.00 ya, bangun mandi makan lanjut tidur lagi." Sisca menjawab.
"Beneran, Sis? Jam segitu kamu ga dimarahi tuh?" Inez keheranan.
"Ya makanya, Nez, pake taktik, estafet."
"Kamu ga sadar kah temanmu ini jiwa pemberontak beneran. Kata adiknya Rika kamu hobi ngebantah ya, hahaha..." Ronny terus menggoda.
"Ayo ah balik, pencemaran nama baik kok Kak Ronny ini!" kata Sisca.
"Namamu Baik sekarang? Sejak kapan ganti nama?" komen Ronny lagi.
Inez dan Dave hanya tersenyum melihat kekonyolan dua orang ini. Sisca segera menemui Airin untuk menceritakan bahwa usaha hari ini sia-sia dengan lancarnya. Susah payah menghindari, malah diajak ketemu.
Malam itu Dave menelepon Sisca.
"Malam, Sis, ini aku."
"Ya, kenapa?"
"Inez kok bisa tahu ultahku dari mana ya?"
"Ya ga tau, jelas ga mungkin dari aku. Aku aja ga tau kok."
"Lha kamu ga mau tahu, bukan aku yang ga mau kasih tahu. Mau kutraktir?"
"Ga, orang ngucapin aja kagak, kasih kado apalagi, masa minta ditraktir. Ga tahu diri namanya."
"Lho kan ga minta, aku kasih."
"Ga mau."
"Kenapa?"
"Diet."
"Haduh, diet buat apa? Masih masa pertumbuhan, ga usah diet-diet segala."
"Diet biar bisa pake baju bagus."
"Mau pake baju bagus ke mana? Di sini pake baju aneh-aneh malah diketawain kamu."
"Ya kalo di sini sendalan jepit, kaosan sama celanaan cukup."
"Iya deh, sudah kuduga kamu pasti menolak. Ya uda besok kamu ga usah berangkat pagi-pagi, aku aja yang berangkat pagi biar kita ga ketemu di gerbang."
"Hahaha...oke deh. Baguslah."
"Ya udah, thaaa..."
"Iya, thaa...."
Ternyata cerita kejadian kemarin pagi masih berlanjut hari ini. Justru makin heboh karena melibatkan banyak orang. Ketika istirahat kedua, Inez, Hanny dan Sisca menuju kantin. Ronny memanggil, "Halo, Non, ini lho Dave ada di dalam, ga mampir?"
Inez yang merasa diajak bicara pun tersenyum. Hanny yang ketinggalan berita bertanya pada Sisca, "Ada kejadian apa kemarin yang aku ga tau?" "Inez kasih kado buat Dave." jawab Sisca.
"WAW!! So sweet banget kamu, Nez. Wah wah, aku ketinggalan berita ini." Hanny menjadi heboh.
Dan kejadian ini tak berhenti sampai di sana saja. Tiba waktu pulang, Hanny sengaja menahan Inez supaya ga langsung pulang. Menunggu rombongan Dave dkk lewat. Agung yang pertama menyapa, "Eh, kamu ya yang kemarin kasih kado katanya?" "Eh ada Sisca, halo, apa kabar?" lanjutnya.
"Baik, Kak." jawab Sisca
"Kamu itu dulu minta kenalan, habis kenal malah ditinggal jadian sama orang lain, gimana sih?" kata Hanny.
"Lho, kalo pendekatan itu kan boleh sama banyak orang to. Yang dijadiin ya satu. Apalagi kalo ga direspon." jawab Agung. "Tapi tenang aja, Dave ga gitu kok, Non." kata Agung sambil menghadap kepada Inez. Ronny, Ardi dan Dave mendekat. Agung buka suara lagi, "Hoi, Dave, ga kamu kenalkan ya sama kami."
"Hah? Maksudnya?"
"Lha ini lho cewekmu. Ga dikenalin sama kita-kita?"
"Yang mana?" jawabnya.
"Ini lho yang kemarin kasih kado."
"Ngawur, bukan kok."
"Ah, masak bukan? Semua dibilang bukan nih. Dari si tomboy beralih ke si feminim ya? Wah wah, kamu memang misterius." kata Agung lagi.