Jadilah Sisca meminta Dave mengantarkan ke sekolah tujuannya. Sebenarnya ada alternatif lainnya, hanya rasa penasaran apa yang mau dibicarakan. Sisca juga memiliki sesuatu yang perlu disampaikan pada Dave mungkin untuk yang terakhir kalinya.
Mama sampai bertanya berulang kali, "Jadi diantar sama Dave? Gapapa ya? Cuma berdua aja? Ga ada yang ikut lainnya? Ajak Airin sekalian atau Livi."
Sisca sewot juga dicurigai seperti itu, "Mama, aku juga tahu jaga diri. Lagipula aku juga ga mungkin pergi sama orang sembarangan. Tenanglah. Ga ada apa-apa. Anggap aja kayak kakakku."
"Ya soalnya kan ga kenal, lagian dipikir orang nanti dia pacarmu lagi."
"Ga kayak gitu, tenang aja. Ga mungkin umur segini pacaran. Lagipula sudah mau pisahan, nanti aja cari pacar di kota, hahaha...."
"Ya hati-hati aja. Papa soalnya lagi ada kerjaan juga jadi ga bisa antar, mama juga repot banyak pesanan. Andry masih minggu depan baru ke sana, sudah telat kalo sekolahmu."
"Iyaaaaa, santai aja, ga usah cemas berlebihan."
Sebenarnya yang cemas dan agak was-was justru dirinya sendiri. Mau ngomong apa perjalanan 1.5 jam dikali dua, pulang-pergi? Diam saja, tidur atau ngoceh tak tentu arah. Hmmm... memikirkan itu membuat Sisca tak bisa memejamkan mata.
Hari itu, datanglah Dave seperti yang dijanjikan. Setelah berpamitan, mereka berangkat. Suasana agak canggung, entah apa yang harus dikatakan. Mengomentari segala yang dilewati, sawah, sungai, hewan ternak dan kegiatan pedesaan lainnya. Bosan juga.
"Nanti tinggal aja, kamu sekalian bisa jalan-jalan, jenguk adikmu atau ngapain deh terserah. Tapi jangan lupa jemput lagi ya, aku bisa jadi gelandangan di sana." Sisca membuka obrolan setelah beberapa menit berlalu dengan saling terdiam.
"Hahahaha...belum cari kos emangnya? Ya tinggal di tempat kos dulu kalo aku lupa."
"Lhoooo ya jangan dong, trus aku pulang gimana? Hih, menyesal deh minta tolong sama orang ga tanggung jawab."
"Ya ga lah, masa bisa lupa? Ya nanti gampang, kalo sebentar, kutunggu kalo lama ya kutinggal. Tapi ini masih jam sekolah, pergi sama siapa juga orang adikku sekolah. Mending di sekolahmu, katamu kan banyak ceweknya hahaha..."
"Ga beres beneran. Ya jangan ikut lah, menutup peluang cari jodoh hahaha..."
"Enak harusnya ya di sekolah mayoritas cewek, jadi rebutan dong kalo ada cowok cakep dikit."
"Cakep tapi nerd, atau cakep tapi playboy. Mending ga deh. Lagian cowok cakep ya naksirnya yang cantik lah."
"Ya iya dong, dapetinnya sama susahnya, ngapain cari yang biasa? Emang harus pake seragam ya ke sana?"
"Tulisannya gitu, nih harap memakai seragam saat mengembalikan formulir."
"Ouw..."
"Urusanmu sudah selesai kah di sana? Sudah pasti keterima kah kamu?"
"Sudah, tinggal bawa ijazah asli, daftar ulang. Selesai, tunggu sampai Agustus, pengangguran."
"Ambil jurusan apa?"
"Teknik Elektro."
"Padahal di Salatiga juga ada kalo itu. Ngapain jauh-jauh?"
"Memang mau mengasingkan diri. Biasanya pilihannya kalo ga Yogya, Semarang, Salatiga, Jakarta. Makanya aku pilih ke Bandung, jarang yang kesana. Kalo aku kenal kamu dari tahun lalu, mungkin aku daftar di sini aja."
Mendadak perasaan Sisca ga karuan. Antara sedih dan senang menjadi satu. Padahal dia sudah membuat keputusan.
"Emang daftar kuliah selama itu ya? Ga bisa mepet-mepet gitu baru daftar?"
"Bisa sih, tapi kebetulan pas itu lihat penawarannya, dan dari tahun lalu sudah mulai bayar-bayar. Padahal sekolah baru mulai 3 bulanan. Dan juga belum tentu lulus. Trus kamu kenapa pilih sekolah ini, ga cari yang banyak cowoknya?"
"Ya pas lewat aja, terpesona sama gedungnya. Lagian sekolah itu cari ilmu, bukan cari jodoh."
"Percaya deh, mau sekolah di mana aja, orang pintar ya tetep akan pintar."
"Tapi kalo fasilitas ga mendukung ya ga bisa maju juga."
"Ah, bisa dikejar kalo soal ketinggalan itu. Kamu sekolah luar kota juga ngapain, jauh orangtua, emang bisa?"
"Ya justru itu latihan mandiri, bosan juga suasana di sana. Orangnya itu-itu juga. Mau belajar hidup di dunia lain, eh kok dunia lain, horor dong, maksudnya tempat lain."
"Hahaha...sama, orangnya itu-itu aja. Muter-muter juga masih ketemu orang itu lagi. Makanya sekalian yang jauh."
"Halah, biasanya ya, kuliah di Bandung itu karena terkenal, ceweknya cantik-cantik. Ya ga? Ngaku dong!"
"Hahaha...pinter juga nebakmu. Ada sih kepikir juga salah satunya. Tapi bukan syarat mutlak. Pada dasarnya aku bukan cari cewek cantik kok, kalo kebetulan dapetnya cantik ya namanya bonus, hahahah..."
"Heleh, ngeles. Iya juga gapapa, wajar lah."
"Eh, beneran deh, kamu nih trauma kah sama cowok? Pikiranmu agak-agak negatif kayaknya kalo berpendapat soal cowok."
"Ga lah, saking banyak temenan sama cowok jadi paham pendapat dan pemikirannya. Ya agak ngeri sih kadang emang hahahaha..."
"Ngeri? Kenapa?"
"Ya yang baik ada, tapi yang suka mainin cewek juga ada, sampai yang kurang ajar juga ada. Jadi ngeri karena kalo ga kenal beneran, ga keliatan deh."
"Lha menurutmu aku kayak apa?"