Tiga tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Tanpa saling memberi kabar, tanpa saling bertemu sesuai kesepakatan atau keputusan? Terkadang masih menyisakan kenangan di pojok memori otak Sisca, terkadang pula masih ada ruangan untuk seseorang di hati Sisca.
Sejak awal menjalani kehidupan baru di kota baru, Sisca dipertemukan dengan teman-teman baru dari beberapa kota berbeda. Amel, Lina, Widya, Vina dan Indah menjadi teman satu angkatan yang masuk kos bersama. Dengan Om dan Tante kos yang konservatif, mengawasi mereka seperti anak-anaknya. Para orangtua cocok dengan pemilik kos ini, tetapi tidak dengan anak-anaknya.
Mereka semua berbeda karakter, berbeda kelas, berbeda minat, kesamaannya hanya penyuka nonton drama sampai tengah malam. Hal yang dipantang oleh pemilik kos.
"Ah Tante ni lupa pernah muda, masak nonton aja dilarang." kata Amel.
"Lha iya, orang pacaran aja musti janjian di warung bakso sana daripada si Om mondar-mandir." Lina juga menambahkan.
"Ah, ga canggih kalian. Aku mah cuek, udah diblacklist kali ama Tante." Widya yang paling nekad melanggar peraturan.
Diantara mereka semua, yang dekat dengan Sisca adalah Vina dan Indah. Dan hanya Vina saja yang mempunyai pacar di antara mereka bertiga. Yang membuat kagum adalah sudah 3 tahun mereka menjalani hubungan jarak jauh. Sesuatu yang menakutkan bagi Sisca.
"Sis, kamu seumuran gini, ga pernah naksir orang kah?" Vina penasaran.
"Pernah lah, lupa tuh dulu kita ngobrol sampe malam membicarakan 'Jimmy Lin' gadungan?"
"Halah, kalo itu idola kita bersama. Bukan yang beneran."
"Itu temen sekelasmu yang kalo ngomong suka pake pegang-pegang tangan tu, yang ramah banget, inget ga? Sekarang sekelas sama aku." Indah bertanya.
"Hahaha...iya, emang serem gitu orangnya. Tetangga kos kita si Tian. Nggombal apa sama kamu, Ndah?" Sisca penasaran.
"Indah ni juga, kalian berdua ni yang ga pernah kedenger lagi deket ama siapa." Vina penasaran.
"Indah ini ada fans rahasia, itu Yo—" Sisca ga bisa melanjutkan karena mulutnya dibungkam oleh Indah.
"Heh, kalian mentang-mentang sekamar, main rahasia-rahasiaan sama aku ya?" Vina ga terima.
"Ga kok, baru deket, belum apa-apa. Temen gerejaku, sepelayanan." Indah menjelaskan.
"Vina nih hebat, LDR 3 tahun, aku mah ga sanggup." Sisca menambahkan.
"Kamu tu smsan sama Yanuar, apa kabar? Kalo iya, ya segera, kalo ga apaan sih yang kalian obrolkan?" Indah penasaran.
"Nanya soal temennya lah, tapi iya juga ya kok malah deket sama dia. Aduh kagak deh, kan dianya juga sudah lulus." Sisca menjawab.
"So, kalo udah lulus tapi masih kontak ya masih berpeluang." Vina menasehati.
"Ga deh kalo aku, ga mau mengulang kejadian masa lalu, mau lulus-lulusan gini sekalian aja ditunda sampe lulus. Ga mau cari jodoh hahaha..." Sisca kembali mengingat kejadian masa lalunya.
"Ya itu, Sendy aja diiyain, kamu setelah lulus kuliah di tempat dia kuliah juga kan? Ga bakal LDR kalo gitu nantinya. Masa digantung gitu." Indah menambahkan.
"Aku sama dia cuma anggap kakak. Ga bisa lebih. Lagipula belum tentu aku ke sana." Sisca menjawabnya.
"Trauma masa lalu ya? Hahaha..." Indah menambah kembali.
"Hush, lupakan, jangan dibahas!"
*****
Sabtu sore, papa dan mama Sisca pergi ke sebuah acara pernikahan anak tetangga. Tentu saja Sisca diajak, dan tentu saja dengan semangat ia ikut acara itu.
"Makan enak gratis, masa ga ikut?" ucapnya pada Indah dan Vina.
"Ya kalo gitu, dandan yang cantik. Siapa tahu ketemu sama yang cakep." Indah menggodainya, Sisca hanya tersenyum saja.
Di ballroom tempat acara, Sisca memandang layar ponselnya melihat sekilas sms dari Sendy, malas membalasnya. Duduk mengamati orang-orang berlalu-lalang. Sebagian besar ia kenal, sebagian lainnya serasa asing.
"Sisca sekarang sudah besar ya," ucap Tante Ira di sana.
"Iya lah, Tante, masa ga bertambah umur?" jawabnya cuek.
"Sudah punya pacar belum ini?"