The Day We Find Love

L
Chapter #26

Mars & Venus

Tiga hari membawa ponsel Dave cukup membuat Sisca kebingungan. Mau janjian belajar bersama, bingung tak punya nomornya. Ia terpaksa menelepon untuk minta nomor HP kepada Dave yang berujung ditertawakan.

Indah berkata, "Tapi lumayan, HPmu jadi lebih mini, lebih bagus."

"Iya, tapi nomor di dalamnya ga ada nomor yang kubutuhkan. Pusing juga. Mau nanya PR ke Tia bingung."

"Tinggal minta lagi nomornya beres kan."

"Masalahnya kelupaan. Tanya Dave malah ditertawakan, dikirim sih beberapa nama. Ketawanya itu lho menyebalkan."

"Lagian kamu yang nantangin."

"Ini HP banyak nomor ga dikenalnya sms aneh-aneh. Tanya-tanya ga jelas, halah mau kenalan aja pada ribet."

"Trus kotak keluarnya isinya apa aja?"

"Isinya nanya urusan kuliah kebanyakan, ga ngerti juga kalo kode aja."

"Mbak, Mbak, orang kalo ga percaya meskipun lihat kebenarannya tetep ga percaya. Ya kayak kamu itu, ikut kesel lihatnya."

Libur minggu tenang yang digabung dengan libur Paskah membuat hati tak tenang. Pulang dengan memboyong buku, berniat belajar di rumah yang biasanya hanya tinggal niat tanpa perbuatan.

"Kak, besok HPku kembaliin dong. Pusing deh pake HPmu, enak sih mini, gampang masuk kantong. Ga konsen karena sering ada pesan."

"Hahahaha...kapok. Siapa juga yang minta? Ini sms lamamu ada yang kuhapus. Kepenuhan sms ga jelas. Besok pulang sama siapa?"

"Naik travel sama Airin. Kalo udah mau nyampe, kamu kukabari."

Sepanjang perjalanan pulang, Sisca akhirnya membuat pengakuan pada Airin. "Eh, sialan ni anak! Pas melow dateng ke aku bawa kabar melow. Kabar gembira ga nyampe."

"Maaf, Rin, aku malu nih. Sekarang bingung ngomong sama ortu."

"Halah, ga usah ngomong, nanti pas orangnya datang pasti ya paham sendiri, tapi mamamu bisa ngomel-ngomel itu."

"Masalahnya, Ely mungkin sudah cerita, bisa jadi mamaku sudah tahu. Aku bakal diinterogasi."

"Yah nantikan saja sejam lagi, lihat apa yang terjadi. Kapok, makanya lah, ngobrol."

Sesampainya di rumah, ketika masuk ruang tamu, ia dikagetkan dengan Dave yang sudah duduk di sana. "Kamu ditunggu, katanya kalian tukeran HP?" Mama bertanya.

"Iya, pinjam bentar. Pengen beli yang gini nih, mini bisa masuk pas di kantong."

"Udah segera balikin."

"Iya sebentar sih, ini juga barang belum kubawa masuk juga."

Dari dalam kamarnya, mengirim pesan pada Dave. "Udah lama atau barusan? Ditanya apa?"

"Barusan, ditanya ngapain, bingung jawab ya kubilang ambil HP. Kayaknya kamu bakal dimarahi. Maaf ya."

Setelah selesai menaruh barang, mama ternyata menyusul ke kamarnya. "Ngapain kok pinjam HP orang? Kalo ada rusaknya malah harus ganti. Lagian kok pinjem sama dia, kapan ketemunya? Atau bener yang Tante Yani bilang, kamu pacaran sama dia?"

"Aduh, nanti kuceritakan deh. Bentar kubalikin dulu biar orangnya pulang."

"Nih HPmu kubalikin, baik-baik saja paling low bat, lupa charge. Banyak tuh yang cari."

"Sama aja, emang tiap di sms kamu balas kah? Ini kudiamkan malah tetap banyak yang sms. Bingung kali dipikir kamu ngambek."

"Pulang gih sana, nanti kusms. Serem."

"Sorry, ga tahu kalo belum nyampe. Ya udah aku pulang dulu." setelah berpamitan pada mama Sisca, ia pun pulang.

Tiba waktunya Sisca harus membuat pengakuan. Tapi sibuk cari alasan. "Lapar, ada makanan apa, Ma?"

"Tuh ada sup merah kesukaanmu."

Tak seperti biasa, makan pun ditunggui mama yang menantikan sebuah pengakuan anaknya.

"Apa ya, Ma?" tanya Sisca merasa diamati.

Lihat selengkapnya