The Deaveka

Haula Luthfia Ramadhan
Chapter #5

Chapter 4

‘O prodotikés psychés tou Kyríou. Voíthisé me, me voithíste. Dimiourgíste aftó pou thélo. Tha eímai dikós sou, tha eímai dikós sou.’

Dengarkan mantra tersebut berkali-kali, setiap hari, sampai kau ingat dengan jelas di luar kepala. Jangan sampai ada yang keliru. Sebab, kau akan membacanya di pelaksanaan ritual nanti. 

-Bagaimana jika ritualnya gagal, atau sosok yang diciptakan tidak sesuai dengan keinginan?’- ketik Zie pada kolom pertanyaan di website itu, yang tak lama kemudian mendapatkan balasan.

-Silakan kirim keluhanmu ke kontak kami. Kami akan membantumu menuntaskan perihal ini.-

Zie manggut-manggut paham membaca balasan tersebut. Dia mulai memantapkan baik-baik rancangan sosok yang akan diciptakannya. Karena sudah tak sabar dan begitu penasaran, dia langsung mencobakan ritualnya dua hari kemudian.

Setelah memenuhi semua kebutuhan, yaitu 17 batang lilin dan sebuah lentera, ia lalu mulai menutup mata. Berharap bahwa setelahnya, saat ia membuka mata, maka sesuatu yang ia harapkan akan terwujud.

***

Zie memasukkan semua perlengkapan sekolahnya hari ini ke dalam tas. Sesekali melirik Deaveka Jason yang tengah penasaran pada ponsel android milik Zie yang masih tergeletak di atas meja belajar. Sudah beberapa tahun berlalu sejak kematiannya. Alat-alat elektronik kini terlihat semakin canggih dan membuat pria itu takjub. 

Zie sendiri tak mengerti, pria itu tampak seperti baru bangkit dari kubur. Seolah selama ini dia hanya berhibernasi di dalam tanah, lalu bangkit lagi melihat dunia. 

Dia bahkan tidak menua sama sekali, masih sama persis dengan Jason Ann usia 30 tahun yang meninggal 5 tahun yang lalu. Mungkin, Zie sedikit lupa dengan detail fisik pamannya. Tapi, dia sangat yakin, sosok tersebut benar-benar seperti pamannya yang asli. Gaya rambut hitam cepak serta tubuh tingginya yang bidang, berwarna kecokelatan. Garis di kelopak mata, alis yang lebat, pupil mata yang hitam pekat, dan hidung mancung, bahkan bibir yang melengkung sedikit tebal. 

Zie takjub melihatnya. Keajaiban yang luar biasa. Inilah salah satu kehebatan yang dijanjikan Deaveka Method. Menciptakan sosok yang persis sama dengan semestinya. 

Pikiran Zie larut dibuatnya, hingga Deaveka Jason yang menunggunya itu menoleh dan menatap tepat. “Sudah jam berapa, ini?” tegur pria itu.

Buru-buru Zie memakai tasnya, sambil memasang wajah masam dan berdecak, “Ya, ya. Paman cerewet sekali."

Zie merapikan seragam sekolahnya sekali lagi, seragam putih yang dibalut jas merah tua dan rok biru dongker. Kemudian menata rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai.

"Aku sudah siap. Ayo pergi!”

“Sudah terlambat. Kamu langsung pergi saja."

“Hah?” sigap Zie memandang pamannya. Dalam seperdetik kemudian, tubuhnya sudah berada di halaman sekolah. Dia lantas berdiam beberapa saat, meredakan rasa terkejutnya atas kekuatan teleportasi yang dilakukan oleh Deaveka Jason terhadap dirinya beberapa detik yang lalu. Sekarang, dia hanya tinggal berjalan menuju kelas, tanpa perlu bersusah payah lagi berlari menerobos pintu gerbang di mana biasanya ada guru killer yang berjaga di sana.

“Woaaaah, keren. Kalau begitu, apa paman juga bisa melakukan teleportasi ke Neptunus?”

“Ngomong apa kamu?” umpat Deaveka Jason seraya mendudukkan tubuhnya di anak tangga belakang sekolah. Dia muncul saat jam istirahat tiba. Zie sengaja memanggilnya karena merasa amat bosan, tak ada teman yang menyenangkan di sekolah itu menurutnya. 

Deaveka Jason berasumsi bahwa orang yang bosan dapat dihibur dengan makanan. Dia lalu menghidangkan beberapa makanan di hadapannya dengan sekali kedipan mata. Zie lagi-lagi memujinya. Terkadang, Deaveka Jason juga membawanya keluar untuk jalan-jalan menggunakan kekuatan teleportasi. Hanya sekadar untuk menyegarkan kepala, supaya Zie bisa semangat menjalani pembelajaran lagi di jam selanjutnya.

Luar biasa, tentu saja ini jauh lebih dari yang Zie harapkan. Kekuatan super dan selalu ada. Deaveka Jason akan langsung datang saat Zie memanggilnya. Selain itu, dia benar-benar seperti manusia. Hidup dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Makan, minum, tidur, dan bersenang-senang. Yang lebih istimewa, dia dapat disentuh dan diajak mengobrol. Dia juga berjalan dengan kaki, bukan melayang seperti makhluk halus yang menakutkan. Tidak menyusahkan dan membuat resah sama sekali.

Lihat selengkapnya