Hening rumah keluarga Tony cukup membuat bulu kulit meremang. Mr. Dav dan 10 orang rekannya sampai di rumah itu sekitar pukul 8 malam. Kali ini dia yakin sudah membawa persiapan dengan amat matang, dan semua rekan yang ia bawa sudah memegang bahan-bahan persiapan itu, seperti air suci, bambu kuning, kitab suci, dan daun tumbuhan Moringa—sejenis tumbuhan yang berasal dari suku Moringaceae, banyak tumbuh di daerah tropis, salah satunya Amerika Latin; bahan-bahan yang dipercaya dapat mengusir iblis.
Sebelumnya, ada Anneth yang menyambut kedatangan mereka. Wanita itu sedikit gelisah karena katanya, Zie sudah pergi, diusir oleh Livina sekitar satu jam yang lalu. Mr. Dav terkejut mendengarnya. Walau begitu, dia tetap akan melakukan pengusiran malam ini. Tak boleh diundur lagi.
“Sebaiknya Anda mencari Zie, takut nanti terjadi apa-apa padanya. Terutama saat pengusiran. Tak ada yang tahu jika misalnya iblis ini membuat kontak batin dan bisa saja mencelakai Zie di luar sana tanpa kita tahu.”
“Baik.” Anneth pamit pergi. Sebenarnya dia sudah pusing sekali. Sejak kemarin malam ke sana ke mari menjadi Zie yang terus-terusan menghilang. Tapi, dia memang harus mencari Zie. Tentu saja dia tak mau jika terjadi hal buruk pada gadis itu. Kini, hanya terlihat Livina yang masih berdiri lemas di ambang pintu kamar, mengizinkan kesebelas pria itu untuk memulai aksinya.
Air suci sudah disiramkan ke sekeliling rumah itu. Tiap-tiap ruangan diletakkan kitab suci. Mr. Dav yakin, iblis tidak akan mampu membakar kalam Tuhan yang utuh. Mereka lalu memasuki kamar Zie dengan hati-hati, sambil kembali memercikkan air suci.
Saat itu, keadaan kamar Zie sedikit berantakan, seperti buku-buku dan alat-alat tulis yang berserakan di lantai. Mereka menepikan barang-barang tersebut terlebih dahulu, lalu duduk di lantai membentuk lingkaran, dan membuka kitab suci. Di tengah-tengahnya diletakkan sebuah patung kecil—rencananya, mereka akan memerangkap iblis dengan itu, lalu menyiksanya hingga memutuskan pergi. Dua orang di antaranya duduk di ambang pintu untuk berjaga. Belum dimulai, suhu di kamar itu sudah terasa panas, dan lantainya seperti bergetar. Akan tetapi, mereka mengabaikan rasa itu dan mencoba fokus.
Mr. Dav memimpin pembacaan ayat suci sembari memegang erat bambu kuningnya. Anehnya, pelan-pelan getaran tadi tidak terasa lagi. Semua terasa sunyi, bahkan angin pun seolah diam. Walau begitu, mereka tak boleh diam. Lantunan bacaan ayat suci semakin halus terdengar, mengiring, mendatangkan samar-samar asap gelap yang muncul dari tiap sisi.
“Keluar kau, iblis yang mengganggu tempat ini. Keluar!”
Ruangan itu terasa bertambah panas. Cukup lama begini, tak ada tampak apa pun lagi selain asap barusan yang malah semakin samar dan menghilang. Lagi-lagi, hening. Rasanya kesal karena seperti dipermainkan. Namun, salah seorang di antara mereka melihat sesuatu. Sesuatu berwarna hitam di belakang lemari yang memandang mereka sambil tertawa cekikikan.
“Itu dia! Di belakang lemari!” seruan itu membuat sesuatu yang hitam itu terdiam. Semua menoleh, termasuk Mr. Dav yang harus membalikkan badan karena lemari itu berada di belakang tubuhnya.
Sesaat, tak terlihat apa-apa di sana. Sampai tiba-tiba, cahaya lentera tampak menerang dan lilin-lilin di sekeliling kamar itu menyala. Semuanya tampak terkejut, dan ngeri saat memperhatikan satu per satu lilin menyala. Tak beberapa lama setelahnya, sebuah bayang hitam keluar dari balik lemari dengan matanya yang merah. Bayangan itu mendekat, meninggalkan kegelapan yang menutupi dirinya. Hingga kemudian, ia muncul sebagai sosok lelaki tampan bertubuh tinggi dan berambut hitam.
Mr. Dav dan rekannya terkejut. Apalagi ketika lelaki itu tersenyum dengan ramahnya. Namun, Mr. Dav ekstra waspada. Dia mengenali lelaki itu. Ya, lelaki yang ia kenali sebagai saudara kandung Livina, yaitu Jason Ann.
“Wah, kamar ini ramai? Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” Lelaki berwujud Jason itu mendekati lingkaran. Mr. Dav segera berdiri untuk menyergahnya.Namun, Deaveka Jason tak acuh. Dia berjongkok mengambil patung kecil yang ada di tengah lingkaran.
“Apa ini? Kalian sedang bermain ritual memanggil setan?” tanyanya polos. Saat berjongkok, lengannya mengenai lutut Mr. Dav. Tentu saja, itu membuat Mr. Dav terkejut tak percaya. Cukup dengan kejadian itu, Mr. Dav lalu menyadari, bahwa rencana mereka untuk memerangkap iblis tersebut gagal.
Deaveka Jason kembali berdiri sembari menatap patungnya, lalu memandang Mr. Dav. “Meletakkan patung sambil membaca kitab suci? Kalian sebenarnya sedang apa?”
“Aku mengenalmu,” ujar Mr. Dav memotong.
“Hm? Kau mengenalku?”