Tanpa ragu, aku segera menghindar, berusaha mempertahankan sedikit ruang pribadi.
"Kamu mau apa, ha!?" tanyaku dengan rasa heran.
Dia hanya menjawab pertanyaanku dengan senyuman manis, seolah berusaha menjelaskan sesuatu yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Matanya yang terpejam tampak seolah mencoba menghilangkan batasan komunikasi antara kami.
'KRUK KRUK KRUKKK'
Tiba-tiba, terdengar suara keroncongan perut yang cukup keras. Namun, bukan dari perutku, melainkan dari perut gadis itu sendiri. Ekspresi terkejut melintas di wajahnya, yang memerah karena malu. Wajahnya berubah merah seolah berjuang untuk menahan rasa malu yang muncul. Melihat tingkahnya yang lucu, aku tidak bisa menahan tawa yang muncul dari dalam diri.
"Ha ha ha ha! Kamu lapar? Untungnya aku mendapatkan banyak buruan hari ini. Kamu bisa makan sepuasnya," kataku sambil memberikan ayam bakar yang sudah kusate dengan ranting. "Ini, coba!"
Dengan ekspresi malu, gadis itu menerima ayam bakar itu dan memakannya dengan lahap. Melihatnya makan dengan lahap membuat hatiku senang. Aku tidak pernah menyangka bahwa dia akan menyukainya dengan begitu antusias.
"Wah, ini lezat!" ucapnya dengan antusias, namun ucapannya menggunakan bahasa yang tidak aku mengerti. Tatapan mataku bertemu dengan tatapan gadis itu, penuh tanda tanya. Aku berusaha memahami apa yang dia katakan.
Karena terlalu lahap makan, gadis itu sampai tersedak. "Uhuk!" Tiba-tiba dia berhenti makan dan mencoba menahan batuk. Segera aku mengambil botol air dan memberikannya padanya. Dia dengan cepat meneguk air, menenangkan dirinya.
"Ya ampun, minum lagi! Pelan-pelan makanannya, dek," kataku sambil memberinya minum. Aku berusaha menjelaskan dengan penuh perhatian, menggunakan bahasa sehari-hari.
Gadis itu langsung meraih botol air lagi dan langsung meminumnya. Setelah meminumnya dia tampak memberikan senyum kecil sebagai tanda terima kasih atas perhatianku. Kemudian, matanya bertemu dengan mataku, seolah mencoba mengungkapkan sesuatu.
"Tuan bukan dari sini, kan?" ucapnya mencoba berbicara menggunakan bahasa yang tidak kumengerti.
Dengan ekspresi bingung, aku menggaruk pipi dengan jari telunjuk meski tidak merasa gatal. "Maaf, aku tidak mengerti maksudmu," jelasku. Gadis itu hanya terdiam mendengar kata-kataku. Sepertinya ia menyadari bahwa aku tidak bisa berbicara dalam bahasanya.
Pada malam itu, gadis kecil tersebut makan dengan lahap. Dia menghabiskan seekor ayam bakar dan setengah kancil BBQ seorang diri. Aku terkejut melihat seberapa banyak makanannya. Gadis ini tampaknya tidak makan selama berhari-hari.
Gadis kecil itu tampak kurus dan tidak sehat, hal itu wajar mengingat seberapa banyak makanannya. Sekarang yang menjadi masalah adalah bagaimana kita akan makan besok. Aku berharap jerat-jerat yang terpasang akan menghasilkan tangkapan besok. Setelah makan, gadis itu mendekatiku yang sedang duduk di samping perapian.
"Kamu gak tidur?" tanyaku dengan isyarat. Gadis kecil itu hanya menatapku dan memiringkan kepalanya.
"Andai kamu ngerti maksudku," ujarku lagi. Gadis tersebut merespon dengan menundukkan kepala, sepertinya itu adalah tanda rasa terima kasih karena aku telah menolongnya. Kemudian, dia kembali ke dalam tenda dan mencoba untuk tidur.
Tapi tidak lama kemudian, aku teringat kembali tentang dua orang yang telah kabur tadi siang. Mengapa mereka mengejar gadis kecil ini? Sepertinya gadis ini memiliki makna yang penting bagi mereka. Jika itu benar, maka aku harus melindunginya.
Tidak mungkin untuk pergi dari sini sekarang. Selain itu, gadis kecil ini masih lemah dan membutuhkan perawatan yang lebih. Akan merepotkan jika harus terus-menerus menggendongnya, terutama karena aku membawa banyak barang bawaan.
Tidak menutup kemungkinan mereka akan datang lagi, bahkan mungkin dengan lebih banyak orang. Jika mereka terus mencari gadis ini sampai ke tempat ini, maka satu-satunya pilihan adalah berjaga-jaga malam ini.
Aku harus siap menghadapi kemungkinan yang timbul. Meskipun aku tidak tahu persis apa yang terjadi. Aku merasa bertanggung jawab dan ingin menjaga gadis kecil ini dari orang-orang yang mengincarnya.
Aku mengambil beberapa peralatan dan membentuk barikade sederhana di sekitar tempat perkemahan kami. Aku melakukan patroli di sekitar area, memastikan tidak ada ancaman yang mendekat. Ketika tiba waktunya untuk beristirahat, aku tetap waspada dan memilih untuk hanya tidur sebentar, siap untuk bereaksi jika ada bahaya mengancam.