"Kak Chinua, ada yang aneh!" bisik Chengiz dengan suara serak, sambil memegang kapak besar yang berkilauan sebagai senjata andalannya.
"Kau benar, aku merasakan bahwa kita sedang diintai. Tetaplah waspada, Chengiz!" balas Chinua, seorang wanita berbalut pakaian hitam tradisional hanfu, dengan pedang pusaka berwarna perak yang menggantung di pinggangnya.
[ILUSTRASI VISUAL NOVEL AKAN DITAMBAHKAN PADA UPDATE MENDATANG]
Chengiz, yang dipanggil demikian, membuka sedikit tirai jendela pada kereta kuda untuk berbicara pada Tuan mereka, Leonard. Sangat jelas bahwa Leonard adalah seorang bangsawan yang ditunjuk sebagai utusan antara kerajaan Elceria dan Sivieth.
"Tuan Leonard, apa pun yang terjadi, mohon tetap berada di dalam kereta ini!" permohonan tegas Chengiz.
"Ada apa? Apakah kita akan diserang?" tanya Leonard dengan nada santai, sambil menikmati sebotol arak berkualitas tinggi, dan tidak tampak terpengaruh oleh kekhawatiran yang ditunjukkan oleh Chengiz. Dia mencoba menebak situasi yang mereka hadapi dengan sikap yang tenang.
Chengiz menjadi sedikit frustrasi dengan sikap Leonard yang tampak mengabaikan permohonannya. Dia berkata tegas, "Sepertinya kita tengah menghadapi ancaman serangan. Untuk keselamatan Anda sendiri, kami mohon-"
"Apa yang kau bicarakan? Aku adalah seorang ksatria, tentu saja aku akan turut bertarung. Selain itu, aku tidak ingin menjadi beban bagi kalian." Leonard tiba-tiba memotong perkataan Chengiz, menunjukkan sikap teguhnya.
"Tapi, Tuan, nyawa Anda sendiri yang dipertaruhkan dalam misi ini. Jika Anda mati, maka kedua kerajaan bisa dalam masalah besar," sangkal Chengiz dengan tegas.
Leonard terdiam sejenak sembari meletakkan botol arak ke meja kecil di dalam kereta. Iapun menatap sinis kearah jendela yang terdapat Chengiz dan Chinua diluarnya. Dengan santai ia mulai melontarkan kalimat yang menusuk kehati.
"Sejak kapan petualang seperti kalian peduli dengan urusan politik? Bukankah kalian hanya mengambil quest ini demi bertahan hidup saja? Aku memang sudah lanjut usia, tetapi kekuatan tubuhku masih mampu untuk bertarung," ujar Leonard dengan tegas, tidak terima dengan apa yang dikatakan.
Walaupun Chinua merasa terluka dengan perkataan Leonard, dia masih memiliki keberanian untuk menjelaskan kekhawatirannya. Dengan nada tinggi, dia menyampaikan pendapatnya.
"Kami memang tidak peduli dengan urusan politik," ujar Chinua dengan tegas. "Tetapi reputasi kami sebagai petualang juga dipertaruhkan. Jika Anda sampai berada dalam bahaya bahkan tewas, dimana kami harus menunjukkan wajah kami di hadapan seluruh petualang di kota Tura?"
Leonard merasa terdiam, menyadari betapa pentingnya kebersamaan dan solidaritas disaat ini. Dia melihat langsung kedua petualang di luar jendela, mereka telah menjalani berbagai petualangan bersama dan telah melewati banyak kesulitan. Leonard pun dengan perlahan mengangguk.
"Aku paham maksud kalian. Maaf jika aku terdengar egois tadi!" ujar Leonard, mengakui kesalahannya. "Tapi setidaknya biarkan aku bertarung bersama dengan kalian untuk melindungi-"
"Tuan Leonard, kita dikepung!" teriak seorang kapten ksatria dengan nada panik.
Leonard dan rombongan segera menjadi tegang mendengar laporan tersebut. Chengiz memberikan isyarat pada kakaknya. "Kakak!" Chinua memberikan isyarat balasan dengan anggukannya.
"Sial, jumlah mereka terlalu banyak!" keluh seorang ksatria, mengeluhkan banyaknya para bandit yang telah mengelilingi mereka.
"Jangan khawatir tentang jumlahnya, yang terpenting adalah melindungi Tuan Leonard." Kapten ksatria mencoba meningkatkan kepercayaan diri pasukannya.
Seorang pria yang menunggangi kuda hitam muncul dibalik kerumunan para bandit.
"Oh? Hihihi, tidak ku sangka delegasi yang dikirim ke kerajaan Sivieth hanya dikawal 7 ksatria saja. Apakah kalian sungguh-sungguh berpikir mampu menghadapi kami sebanyak ini? Meskipun kalian menyerah, kematian tetap menanti. Hahaha! Ada kata-kata terakhir?" suaranya terdengar di antara gemuruh angin, dan dia bukan lain adalah pemimpin regu bandit ini.