The Destiny Of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)

Eternity Universe
Chapter #15

CHAPTER 13 : Ambisi Palsu


POV 3

Dalam istilah yang lebih dikenal sebagai Hutan Fluoran, lahirlah markas besar kelompok pemberontak yang mengakar di Kerajaan Sivieth. Mereka menjuluki diri sebagai Fraksi Sayap Kanan, berjuang keras demi melindungi dan memperjuangkan hak-hak para buruh dan petani yang teraniaya.

Pemberontakan mereka bertujuan menggulingkan sistem pemerintahan feodal yang telah tertanam kuat dalam Kerajaan Sivieth selama berabad-abad. Albert, seorang bangsawan Sivieth yang juga pencetus partai buruh, dengan tajam merasakan ketidakadilan yang menghinggapi kaum buruh dan petani.

Mereka dipaksa bekerja tanpa ampun, upah yang di terima hanyalah sejumput, dan harga-harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi semakin membelenggu mereka dalam kemiskinan yang menghancurkan semangat hidup.

Namun, tidak hanya kaum buruh yang menjadi korban. Di sektor pertanian, para petani sendiri merasakan kepedihan ekonomi yang terus menyergap mereka. Harga jual hasil pertanian terus merosot hingga mencapai ambang kemiskinan, membuat mereka bertahan dengan susah payah untuk memperoleh penghasilan yang layak dari seratus kerja perlahan yang dicurahkan.

Latar waktu ini terjepit di era kerajaan-abad pertengahan yang penuh dengan kesulitan dan penderitaan. Kerajaan Sivieth terletak di wilayah yang kurang strategis untuk pertanian. Hampir seperempat wilayahnya diselimuti oleh es, sehingga iklim di wilayah tersebut tidak mendukung pertanian yang berkelanjutan. Wilayah Sivieth memiliki musim dingin yang panjang, suhu yang rendah sepanjang tahun, dan topografi yang tidak menguntungkan untuk pertanian.

Berdasarkan kondisi tersebut, sulit bagi kerajaan Sivieth untuk mengandalkan pertanian sebagai sumber pangan utama mereka. Masyarakat Sivieth harus mencari cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Mereka bergantung pada kelautan dan perdagangan sebagai sektor utama ekonomi kerajaan.

Meskipun demikian, kerajaan Sivieth tidak sepenuhnya mengabaikan sektor pertanian. Mereka memanfaatkan ladang-ladang kecil yang tersedia dan menanam tanaman yang sesuai dengan kondisi iklim yang keras. Masyarakat Sivieth juga memiliki keterampilan dalam mengelola sumber daya mereka dengan bijak, seperti penggunaan teknik irigasi dan konservasi air untuk mendukung pertanian.

Namun, risiko dan tantangan tetap ada. Kerajaan Sivieth sering menghadapi kelangkaan pangan dan harus mengimpor sebagian besar bahan makanan mereka dari kerajaan tetangga yang memiliki wilayah yang lebih cocok untuk pertanian. Mereka harus menjaga hubungan yang baik dengan kerajaan lain dan melakukan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Dalam situasi ini, kerajaan Sivieth terus berjuang untuk mencari solusi yang lebih berkelanjutan. Mereka mencoba diversifikasi sumber makanan mereka dengan memperluas kegiatan perikanan di perairan yang membeku di sekitar wilayahnya.

Mereka juga memanfaatkan sumber daya lain seperti ternak dan tanaman yang cocok dengan iklim yang keras. Ketergantungan Kerajaan Sivieth pada sektor lautnya menjadi semakin jelas, mengalahkan urgensi pertanian. Hasil melimpah dari lautan yang melingkupi kerajaan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup mereka.

Namun, mereka menjadi sadar bahwa tanggapan terhadap krisis pangan yang menghantui tidak selalu terbukti efektif. Ketika ombak besar melanda dan monster laut bermigrasi, para nelayan harus menahan diri dan tidak dapat memasuki lautan untuk menangkap ikan.

Dampaknya tidak hanya terasa bagi nelayan yang terjebak di daratan, tetapi juga dari segi pendapatan GDP Kerajaan Sivieth yang turun drastis saat paceklik melanda. Kelompok masyarakat menengah ke bawah menjadi korban dari kekalutan ini. Mereka terjepit antara kebutuhan hidup sehari-hari dan ketidakpastian mengenai masa depannya.

Inilah momen yang membangkitkan semangat dalam diri Albert dan fraksinya. Mereka melihat kesempatan untuk menentang rezim yang berkuasa dan mengambil kendali atas situasi ini. Namun di balik retorika yang mereka usung, terselip agenda tersembunyi yang gelap. Mereka telah mengubah perjuangan yang edil menjadi cetusan ambisi pribadi yang mengerikan.

Dalam pemikirannya, ambisi Albert memanifestasikan rancangan jahatnya. Masyarakat sipil menjadi korban perbudakan yang tak berharga, sekadar tumpukan bangkai hidup untuk kekayaannya sendiri. Gerakan yang dipimpin oleh Albert dan fraksi sayap kanan memiliki tujuan yang jelas: mengganti sistem pemerintahan yang ada dengan paham yang hampir mirip dengan paham Komunis serta menggulingkan raja dari tahtanya.

Mereka menggunakan berbagai metode untuk memperkuat basis kekuatan, termasuk tindakan korupsi dan merekrut dukungan dari berbagai kalangan, termasuk mantan prajurit, dan masyarakat sipil. Dengan kekuatan dan persiapan yang mereka kumpulkan, fraksi sayap kanan berani menghadapi pihak Kerajaan Sivieth dalam pertempuran terbuka.

Lihat selengkapnya