POV 3
Di jantung Hutan Fluoran, berdirilah markas kelompok pemberontak yang mengakar kuat di Kerajaan Sivieth. Mereka menyebut diri sebagai Fraksi Sayap Kanan, sebuah gerakan yang berjuang demi hak-hak buruh dan petani yang tertindas.
Tujuan mereka sederhana namun ambisius: menggulingkan sistem feodal yang telah menguasai Sivieth selama berabad-abad. Albert, seorang bangsawan Sivieth sekaligus pendiri partai buruh, menyaksikan langsung ketidakadilan yang menjerat kelas pekerja. Para buruh dipaksa bekerja keras tanpa henti dengan bayaran yang tak sebanding, sementara harga kebutuhan pokok terus meroket, menjerumuskan mereka ke jurang kemiskinan.
Di sisi lain, para petani juga merasakan penderitaan serupa. Harga jual hasil panen terus merosot, memaksa mereka bertahan hidup dengan pendapatan yang nyaris tak mencukupi meskipun telah mencurahkan tenaga dan waktu yang begitu besar. Kondisi ini menimbulkan rasa putus asa di kalangan masyarakat.
Kerajaan Sivieth terletak di wilayah yang tidak menguntungkan untuk sektor pertanian, terjepit di era kerajaan abad pertengahan yang penuh kesulitan. Hampir seperempat wilayahnya dilapisi es, dengan musim dingin yang panjang serta suhu rendah sepanjang tahun. Topografinya pun tidak mendukung aktivitas pertanian yang berkelanjutan.
Karena kondisi yang tidak ramah untuk bertani, kerajaan Sivieth tidak dapat sepenuhnya bergantung pada pertanian sebagai sumber pangan utama. Sebagai gantinya, masyarakat beralih pada sektor kelautan dan perdagangan. Kegiatan perikanan menjadi andalan ekonomi, sementara hubungan perdagangan dengan kerajaan tetangga menjadi vital untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Meski demikian, sektor pertanian tidak sepenuhnya diabaikan. Ladang-ladang kecil yang ada dimanfaatkan dengan menanam tanaman yang tahan terhadap iklim keras. Teknik irigasi dan konservasi air diterapkan demi mendukung usaha ini. Namun, hasilnya tetap terbatas, dan kelangkaan pangan menjadi ancaman yang kerap menghantui Sivieth.
Untuk itu, kerajaan harus bergantung pada impor bahan makanan dari kerajaan-kerajaan tetangga yang lebih makmur. Hubungan diplomatik dan perdagangan dijaga dengan hati-hati demi mengamankan pasokan pangan.
Namun, ketergantungan pada sektor kelautan memiliki risiko besar. Ketika badai menerjang atau migrasi monster laut terjadi, nelayan tak bisa melaut dan hasil tangkapan berkurang drastis. Akibatnya, perekonomian Sivieth terpukul. Pendapatan negara menurun tajam, sementara rakyat jelata, terutama kelas menengah ke bawah, harus menghadapi ketidakpastian ekonomi yang mengancam kesejahteraan mereka.
Krisis pangan ini memperjelas kelemahan struktural Sivieth. Upaya untuk diversifikasi sumber daya pun terus dikerahkan. Mereka mencoba memperluas aktivitas perikanan di perairan beku dan memanfaatkan hewan ternak serta tanaman yang tahan dingin. Namun, badai dan fenomena laut tak terduga selalu mengancam upaya tersebut, membuat masa depan kerajaan ini penuh dengan tantangan yang belum terselesaikan.
Momen ini membangkitkan semangat Albert dan fraksinya, memberi mereka kesempatan untuk menentang rezim yang berkuasa dan merebut kendali. Namun, di balik semangat perjuangan itu, tersembunyi agenda gelap yang jauh dari niat mulia. Perjuangan mereka kini lebih dipenuhi ambisi pribadi yang mengerikan.
Albert, dalam pikirannya, memanifestasikan ambisi jahatnya. Masyarakat sipil menjadi korban perbudakan, sekadar alat untuk meraih kekayaan dan kekuasaan. Tujuan utama fraksi sayap kanan jelas: mengganti sistem pemerintahan dengan paham mirip komunisme dan menggulingkan sang raja.
Berbagai metode mereka gunakan untuk memperkuat kekuatan, termasuk korupsi, kolusi, nepotisme dan merekrut dukungan dari kalangan mantan prajurit serta masyarakat sipil. Dengan persiapan yang matang, fraksi sayap kanan berani melawan Kerajaan Sivieth dalam pertempuran terbuka.
Mereka berhasil merebut beberapa kota penting, namun Kerajaan Sivieth bertahan. Pemberontakan ini berhasil dipukul mundur, dan kekuatan fraksi sayap kanan mulai melemah. Pasukan yang setia pada kerajaan melawan dengan gigih, mengalahkan pasukan pemberontak yang semakin terdesak.
Dalam pertempuran sengit, fraksi sayap kanan akhirnya kehilangan banyak kekuatan tempur. Rencana Albert untuk menggulingkan pemerintahan dan mengubah sistem gagal. Kerajaan Sivieth berhasil mempertahankan kekuasaannya.
Kekalahan itu memaksa fraksi sayap kanan melarikan diri ke hutan Fluoran, tempat mereka bersembunyi dan berusaha memulihkan kekuatan. Namun, untuk itu mereka memerlukan dana yang besar. Mereka melakukan perampokan dan perbudakan untuk mencapai tujuan tersebut, serta mendirikan organisasi rahasia yang mengendalikan pasar gelap di berbagai negara.