The Destiny Of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)

Eternity Universe
Chapter #16

CHAPTER 14 : Serangan Malam

Tak jauh dari lokasi peristirahatan rombongan, beberapa pembunuh yang diutus Albert diam-diam memata-matai pos jaga. Di sisi lain, Chengiz tetap berjaga, sibuk mengatur api unggun tanpa menyadari bahwa lokasi tersebut sedang dikepung.

Sebenarnya, Yudha bisa saja mendeteksi keberadaan mereka melalui radar di jam tangannya. Namun, karena ingin menghemat daya, fitur tersebut ia nonaktifkan. Hal ini membuatnya tidak menyadari ancaman yang mengintai.

Dua dari pembunuh itu mengenakan jubah magis berkemampuan kamuflase, memungkinkan mereka menyelinap ke dalam tenda tanpa terdeteksi. Meskipun Chengiz merasakan sesuatu yang janggal, ia mengabaikannya, menganggapnya hanya firasat biasa.

Di dalam tenda, Yudha tertidur lelap tanpa tahu bahaya sedang mengancam. Syira, yang tidur di sampingnya, terbangun karena instingnya sebagai ras harimau yang tajam merasakan sesuatu yang tidak beres. Namun, mentalnya yang masih anak-anak membuatnya hanya bisa terdiam. Takut bergerak, ia berpura-pura tidur, berharap dua pembunuh itu tidak menyadarinya.

“Apakah dia orangnya?” bisik salah satu pembunuh.

Mendengar bisikan itu, Syira memendam rasa takutnya.

“Melihat ciri-cirinya, ini pasti dia,” jawab pembunuh lainnya.

“Kita eksekusi sekarang dan segera pergi,” kata si pembunuh pertama dengan nada mendesak.

Dalam gelap, salah satu pembunuh mengeluarkan belati dari balik jubahnya. Mata pisau itu berkilauan, siap menusuk leher Yudha. Namun, tepat saat pisau itu hampir meluncur, Syira mengumpulkan seluruh keberaniannya. Dengan gemetar, ia mendekap tubuh Yudha dan berteriak histeris.

“Tidakkkk!!!”

Suara teriakan Syira memecah keheningan malam, membuat kedua pembunuh tertegun. Teriakan itu membangunkan Yudha, yang langsung mendapati Syira menangis ketakutan.

“Ada apa, Syira? Kamu mimpi buruk?” tanya Yudha lembut, masih belum menyadari situasi bahaya di sekitarnya.

Namun, sebelum ia sepenuhnya sadar, salah satu pembunuh bergerak cepat untuk menyerangnya dari belakang. Syira, dengan instingnya yang tajam, kembali berteriak memperingatkan.

“Tuan Yudha, hati-hati di belakangmu!!”

Refleks, Yudha menangkap tangan si pembunuh yang hendak menyerangnya. Dalam hitungan detik, sebuah pukulan keras mendarat di dagu si pembunuh, membuatnya tersungkur. Sadar ancaman belum usai, Yudha segera meraih pistol yang tersimpan di bawah bantal.

Tanpa ragu, ia menembak ke arah lokasi persembunyian pembunuh lainnya berdasarkan insting dan analisis cepatnya.

‘Dor! Dor! Dor!’

Tiga tembakan beruntun memecah keheningan malam. Pembunuh yang lain, menyadari misi mereka gagal, memilih mundur dan melarikan diri ke kegelapan.

Di luar tenda, keributan ini membuat Chengiz segera waspada. Ia menyadari pintu tenda terbuka, menandakan adanya penyusup. Dengan sigap, ia melayangkan pukulan keras ke ruang kosong di depannya.

Lihat selengkapnya