The Destiny Of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)

EternityID
Chapter #17

CHAPTER 15 : Interogasi

Dengan tatapan dingin yang menusuk, Chinua dengan hati-hati memandangi pria yang tergeletak di tanah, kemudian memalingkan pandangannya ke arah kami. Beberapa prajurit di pos juga keluar untuk memeriksa situasi.

"Maafkan aku, Chin'gege! Aku lengah," ucap Chengiz sambil berlutut. Dari ekspresi sinis di wajah Chinua, jelas terlihat bahwa dia sudah membaca situasi saat ini. Rasa marahnya terhadap adik seperguruannya yang lengah begitu kuat.

"Hanya inikah kemampuanmu sebagai Pendekar Ahli, huh!? Bagaimana jika mereka berhasil membunuh kita?" Chinua menarik kerah Chengiz saat dia berlutut.

"Aku tidak menyadari keberadaan mereka. Mereka berhasil menyembunyikan diri dengan menggunakan sihir."

"Tch, bagaimana bisa kau begitu lengah?"

"Cukup! Prajurit, bawa keluar mayat para penyusup!" Tiba-tiba, seorang lelaki tua dengan piyama melangkah menuju kami.

""Siap!!"" teriak prajurit serentak.

Tuan Leonard, yang sedang memantau situasi, melangkah maju. Setelah memberikan instruksi kepada beberapa prajurit, dia berjalan ke arahku berdiri.

"Apa yang terjadi?" tanya Tuan Leonard padaku.

"Aku tidak tahu motif sebenarnya dari para pelaku ini. Sepertinya mereka masih terkait dengan pemberontak. Mereka mengetahui bahwa Syira dan aku bergabung dengan kelompok ini, jadi mereka mengirim para penyusup untuk menyerang kami," ucapku dengan penuh prediksi.

"Apakah ini ada kaitannya dengan masalahmu dengan mereka?" Tuan Leonard bertanya.

"Kemarin, saat kami berada di hutan, perkemahan kami diserang oleh sekelompok orang tak dikenal di pagi hari. Aku berhasil menghadapi mereka semua, tetapi sayangnya, satu orang berhasil melarikan diri."

"Apa mungkin waktu engkau pergi lama itu? Kenapa Tuan cuma diam?" tanya Syira dengan polos.

Sambil membelai kepalanya, aku berkata, "Maaf. Aku gak mau kamu tahu, sebab kamu masih kecil. Aku khawatir kamu nanti panik. Lagi pula, ada masalah bahasa, jadi aku gak bisa jelasin situasinya."

Tuan Leonard terlihat sedang mencerna situasi. "Rupanya begitu. Mungkin mereka mengejarmu karena mereka menaruh dendam kepada mu. Ditambah lagi, kau membawa kabur gadis ini. Masalah semakin rumit ketika kau juga berhasil mengalahkan pasukan pemberontak tadi siang. Maka tak heran jika mereka memburumu. Sangat aneh, jika dipikir-pikir, seharusnya para penyusup ini terlebih dahulu mengincar ku?" kata Tuan Leonard.

Aku menjelaskan kepadanya mengenai segala kemungkinan yang membuat mereka ragu untuk mengambil tindakan menyerang langsung Tuan Leonard.

Sangatlah sulit bagi mereka untuk memasuki bangunan pos ini, terutama ada Chengiz yang berjaga-jaga dengan sigap di depan pintu pos. Jika berani mencoba masuk, mereka akan langsung dihadang olehnya.

Tentu saja, risiko yang ditimbulkan oleh tindakan ini sangatlah tinggi, sehingga mereka tidak akan mau mengambil langkah semacam itu dengan begitu mudah.

Selain itu, mereka juga menghadapi hambatan berupa jeruji besi yang menghalangi jika mencoba memasuki melalui jendela samping.

Lebih dari itu, bahkan jika berhasil melewati segala rintangan tersebut, mereka akan langsung menghadapi serangan mematikan dari Nona Chinua. Oleh karena itu, mereka hanya memusatkan perhatiannya pada ku dan Syira saat ini.

Mendengar penjelasan ku barusan, Tuan Leonard mengelus janggutnya dan berkata. "Tentu saja, skenario yang kamu gambarkan memiliki logika yang kuat. Tapi aku masih bingung, bagaimana mereka bisa tahu bahwa kau adalah orang yang bertanggung jawab atas pembantaian pemberontak itu?" Tuan Leonard terlihat tengah merenungkan rentetan peristiwa yang terjadi.

"Mungkin ada seorang mata-mata yang menyaksikan saya saat sedang melakukannya. Kemungkinan besar, mata-mata itu melaporkan temuan mereka kepada atasannya. Meskipun ini hanya dugaan sementara," kata ku sembari merubah pandangan.

"Ya, kamu mungkin benar. Mereka pasti memiliki mata-mata yang dirancang untuk mengawasi anggota mereka dalam situasi yang tidak menguntungkan. Ini adalah taktik umum yang dilakukan dalam perang," kata Tuan Leonard yang setuju dengan pendapat ku bahkan dia membenarkannya.

"Terus, gimana kalau mereka berani datang lagi, Tuan?" tanya Syira dengan rasa khawatir yang sangat terpancar dari wajahnya.

Lihat selengkapnya