The Destiny Of Parallel Worlds: Chosen As The Hero Commander (Ghost of Fluoran)

EternityID
Chapter #32

CHAPTER 30 : Kabut Berdarah

POV 3

Sementara Aran tetap mengawasi dari kejauhan, dia segera mengambil tindakan untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan. Dia menyadari bahwa di perkemahan itu ada seorang demihuman harimau putih yang dengan mudah dapat mendeteksi kehadirannya.

"Aku harus menyelesaikan tugas ini dengan cepat," ucap Aran dengan tekad.

"Dengarlah doaku, wahai kekuatan langit. Kumpulkan energi alam dan bentuklah kabut yang akan mengaburkan pandangan musuh-musuhku, White Fog," begitu Aran berseru dengan tegas.

Tiba-tiba, dalam jangkauan tertentu, medan sekitar hutan diliputi kabut putih yang tebal. Suasana senja pun berubah menjadi mencekam. Saat detik demi detik berlalu, ketidakpastian merebak di kalangan para prajurit yang berjaga di depan tenda Leonard. Terbersit kebingungan dalam pikiran mereka menghadapi fenomena yang tak biasa ini.

"Ada sesuatu yang ganjil," gumam Chengiz, alisnya berkerut mencurigai situasi yang tak lazim ini. "Sore hari seperti ini, tak mungkin ada kabut sepadat ini," ucapnya dengan rasa kecurigaan yang tak terbendung.

Kapten Knight yang berdiri di sampingnya bertanya dengan penuh kekhawatiran, "Apa yang sedang terjadi?"

Chengiz menggelengkan kepalanya. "Aku tidak yakin, tapi kita harus tetap waspada. Kak Chinua tidak ada di sini, kita tak tahu apa yang akan terjadi," ucapnya dengan rasa khawatir yang mendalam.

Sementara itu...

POV Yudha

"Saya merasakan hadirnya sosok lain di kejauhan, keknya bahaya bakal segera menghampiri," ujar Syira dengan penuh prediksi.

Stelah mendengar perkataannya, tak ada keraguan lagi dalam diriku. Sudah beberapa kali Syira berhasil memprediksi dengan tepat saat ia merasakan sensasi ancaman. Instingnya sebagai demihuman harimau putih selalu memberinya peringatan yang akurat dan aku tidak meragukannya.

Krena informasi yang disampaikan Syira, aku segera menuju tenda Tuan Leonard untuk melaporkan hal ini. Hal ini dilakukan untuk pencegahan serangan lanjutan. Tak lama setelah ku menjelaskan situasi ini, Tuan Leonard langsung merespon cepat.

"Tidak ada waktu lagi, kita harus segera merencanakan strategi sebelum serangan itu terjadi!" ucap Tuan Leonard dengan suara yang tegas, sementara ia bangkit dari kursinya setelah mendengar berita yang disampaikan olehku.

Dengan ragu, aku menanyakan pada Syira, "Apa kamu yakin dia sendirian?"

Syira menatapku tajam dengan mata penuh keyakinan. "Saya yakin, dia sendirian. Insting saya mengindikasikan kehadiran energi asing di sekitar sana," jawabnya sambil menunjukkan arah barat daya, tempat Nona Chinua pergi pagi tadi.

"Mungkinkah itu Nona Chinua?" tanyaku sekali lagi untuk memastikan.

Syira menggeleng dengan mantap. "Bukan, saya yakin itu orang asing," kata Syira dengan kepastian yang tak tergoyahkan.

Tuan Leonard mengangguk dengan tekad yang kuat. "Baiklah, tidak ada lagi keraguan. Kita harus siap menghadapinya," ucapnya dengan suara gemuruh.

Namun, menjelang akhir pembicaraan kami, tiba-tiba muncul fenomena yang aneh. Kabut tebal mulai memasuki tenda Tuan Leonard, menghilangkan pandangan kami dengan ketebalan yang ekstrim.

Lihat selengkapnya