POV Yudha
Cahaya rembulan memancar di sepanjang jalan, memberikan peningkatan penglihatan di mataku, sementara kuda terus melaju dengan derap langkah yang semakin cepat. Aku dan Syira terus melaju tanpa henti dengan tujuan mencapai kota terdekat sesegera mungkin. Namun, di pertengahan perjalanan, kembali terjadi sesuatu yang tak terduga. Lagi dan lagi, membuat ku sedikit frustrasi.
"Saya rasa ada orang di depan sana, Tuan!" ucap Syira, yang dengan cepat menghancurkan kesunyian malam itu. Dia memberi peringatan bahwa mungkin ada ancaman mendekat.
"Ada orang?" tanyaku.
Aku memandang ke depan dan memang benar, ada siluet bayangan hitam berdiri agak jauh di depan kami. Sepertinya dia berusaha menghalangi langkah kuda kami yang sedang melaju. Tanpa ragu, aku segera menghentikan laju kuda yang kami tunggangi, bertekad mencari tahu siapa orang itu dan apa tujuannya. Karena merasa curiga, aku langsung mengambil pistol dari pinggangku.
"Siapa kamu?" seruku sambil menodongkan pistol padanya.
Orang misterius tersebut pun akhirnya muncul dari bayang-bayang pepohonan yang gelap, menampakkan wujudnya yang sebenarnya.
"K-kamu?" dahi ku berkerut ketika menyadari kehadirannya didepan mata ku. "Gimana caranya kamu bisa ke sini?" keheranan terpancar dari wajahku saat aku menyadari kehadirannya. Ya, dia adalah pria bertopeng yang tadi sore telah menyerang kamp kami seorang diri.
Pria itu terdiam, matanya menatap kami dengan intens. Aku semakin yakin bahwa orang ini merupakan suruhan dari pimpinan para sampah itu untuk membunuh ku dan menculik Syira.
"Itu tidak penting! Serahkan budak dan dokumen itu padaku, sebelum kau ikut menyusul mereka ke dalam neraka!" serunya dengan dingin.
Dahi ku semakin berkerut, getaran kemarahan menyala dalam diriku saat mendengar kata-kata arogannya. Dari pernyataannya, aku menyimpulkan bahwa Tuan Leonard telah gugur dalam tugasnya.
"Tuan Yudha!" sementara itu, Syira merengek ketakutan, terintimidasi oleh ancaman yang keluar dari mulut pria itu.
"Dokumen? Dokumen apa maksud mu?"
"Aku tahu Duke itu pasti memberikan dokumen itu padamu. Jangan banyak basa-basi, serahkan sekarang sebelum aku mengambilnya dengan paksa!"
"Cih, kenapa bisa gini sih? Kekuatan ni orang udah diluar nalar. Apa mungkin aku bisa ngalahin dia? Mana peluru ku tinggal dikit lagi. Lagian senjata-senjata ku gak cocok buat pertarungan jarak dekat. Gak ada pilihan selain menghadapi ni orang pake senjata sama teknik seadanya."
POV 3
Beberapa jam sebelumnya...
Pertarungan semakin memanas, Leonard menggunakan teknik Pelepasan Limiter terus menebaskan pedangnya ke arah Aran, memaksa Aran terpojok. Tebasan berat terus dilancarkan, sehingga Aran semakin tak berdaya. Hanya dengan susah payah ia bisa bertahan dari setiap serangan Leonard.