Disebuah kebun bunga yang indah terbentang luas, terlihat seorang wanita muda cantik berambut perak sedang memetik bunga merah di tangannya. "Lihatlah Fer, bunga ini begitu cantik," ucapnya sambil tersenyum.
"Apa cantiknya coba? Itukan cuma tanaman!" sergah Leonard dengan nada sinis.
Elaina menatap Leonard yang masih remaja dengan lembut. "Ferhat, jangan hanya melihat segi buruknya. Coba hargai keindahannya. Memang bunga ini hanyalah tanaman yang tak memiliki nilai materi, tapi setidaknya setiap kehidupan memiliki arti yang baik!" ujar Elaina dengan bijak.
Leonard mengernyitkan keningnya. "Darimana kau belajar kalimat-kalimat seperti itu?"
"Dari ibuku, theek~," balas Elaina sambil menunjukkan lidahnya.
"Huh, ya ampun kau ini. Sampai kapan kita harus di luar rumah seperti ini? Orang tua mu melarang keluar rumah, bukan. Kau tahu penyakitmu bisa kambuh kapan saja," kata Leonard dengan khawatir, memperhatikan Elaina yang diam-diam ikut pergi dari rumah bersamanya.
"Jangan khawatir, Fer. Tidak masalah. Lagian, aku bosan rebahan terus di kamar. Aku hanya ingin menikmati waktu berharga ini sesekali bersamamu," ucap Elaina, membuat pipi Leonard memerah.
"K-kamu, jangan menggoda ku," Leonard merasa jantungnya hampir terlepas ketika mendengar kata-kata Elaina.
Elaina tersenyum manis merespons sikap Leonard. Kemudian, ia berbalik badan dan berjalan sambil menatap matahari terbenam yang indah.
"Nee~ Ferhat, coba tebak berapa lagi lama hidupku?" tanya Elaina.
Leonard terdiam sejenak setelah mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Elaina yang indah. "Kenapa tiba-tiba kau mengatakan hal seperti itu?"
"Aha ha ha, tabib mengatakan bahwa hidupku tidak akan lama lagi. Maukah kamu bertaruh denganku?" ucap Elaina sambil tersenyum.
Leonard kembali terdiam ketika Elaina mengatakan hal itu. Ia memendam emosi di dalam hatinya, meskipun ada keraguan yang menghantuinya. "Jangan berkata seperti itu, Nona Elaina. Aku yakin kau pasti sembuh!" ucap Leonard dengan tekad yang teguh.
Elaina tersenyum sambil tertawa kecil mendengar seruan Leonard. "Ehehe, benarkah? Jika kamu percaya bahwa aku bisa hidup lebih lama, apakah kamu akan menikahi ku?"
"M-meni..kah?" Leonard terkejut.
"Aha.. ha.. ha.. Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku bertaruh denganmu. Aku tahu itu sangat tidak mungkin terjadi dan mana mungkin kamu mau menikahi wanita yang sakit-sakitan seperti ku," ucap Elaina yang menganggap mustahil bagi Leonard untuk menikahinya, mengingat kondisi gadis itu yang tidak berumur panjang dan sering sakit-sakitan.
"Tidak, aku yakin kau masih diberi kesempatan untuk hidup lama! Jika aku benar dan kau mencapai usia 20 tahun, aku akan bersumpah akan menikahimu. Aku bertaruh untuk itu," ucap Leonard dengan tekad yang mantap.
Elaina terkejut mendengar perkataan Leonard, dan pipinya memerah karena ucapannya. Ia berbalik untuk menghadap Leonard, dan ketika mata mereka saling memandang, Elaina yakin bahwa pria yang berdiri di hadapannya berkata dengan sungguh-sungguh.
"Heee, apa ini... Kamu serius, bukankah itu sama saja dengan melamarku secara terang-terangan?" ucap Elaina sambil menundukkan wajahnya dan menyatukan kedua jari telunjuknya.
"Ah, itu..." Leonard terdiam sejenak. "Ya, aku serius!" Ia melanjutkan berkata dengan tegas. Leonard kemudian bersimpuh di hadapan Elaina, memegang tangan kanan gadis itu dan mengucapkan kata-kata selanjutnya dengan mantap. "Aku ulangi apa yang kukatakan, maukah engkau menikah denganku ketika berusia 20 tahun?"