The Diary of The Unlucky Boy : A-Side

Jaydee
Chapter #20

Syak Wasangka - part 1

"Mama kadang memang ngeselin, bawel, kalo lagi BM biasanya keliatan cuek dan lebih suka memilih untuk diam. Tapi aku juga tahu kalau Mama itu sebenarnya sayang banget sama anak-anaknya, ngerawat sampai sekarang, bisa diajak untuk jadi teman ngobrol, tempat curhat dan selalu menjadi tempat perlindungan jika aku sedang buntu dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Biarpun kadang suka nyebelin dan overprotektif, wanita-wanita seperti ini bagiku adalah wanita yang hebat buat anak-anaknya. And ... i want my legacy also had a great mother on their side."

---▽---

26 Oktober 2018 - "Grrrr ... If they want war, then we shall give it to them!!" Dengan penuh nafsu, Adam tampak begitu serius saat bermain Dota di PC kantornya. "Eh, eh kok Ulti-nya lepas? Brengsek!"

Di saat para karyawan kantor mulai bergegas pulang—Adam yang masih berada di kantor, merasa kalau ada yang sedang memperhatikan dirinya dari belakang tempat kursinya.

Hmmm? Siapa?

Saat Adam menoleh ke belakang, dia melihat Doni yang ikut melihat permainannya Adam.

"Loh Don?!"

"Wah pake Legion Commander! Itu skill Ultimate-nya memang belum bisa buat 1 lawan 1 Dam ... beli Armlet dulu atau kalo misal kamu mau pake skill Ultimate, coba pas main kroyokan sama temen-temenmu," ucap Doni yang seakan-akan mengajari Adam untuk bermain Dota.

"Apaan sih lu Don, gangguin orang main aja!" sahut Adam dengan masih fokus untuk bermain Dota dengan caranya sendiri.

"Lagian gue perhatiin dari kemaren, lu sering banget pake Legion Commander Dam. Nggak bosen apa?" sindir Doni.

"Nggak lah. Habis, nih Hero keren banget. Skill Ultimate-nya aja tuh bisa nambah daya serang hero gue sendiri secara permanen," Adam tiba-tiba menunjukkan data musuh yang dia bunuh di dalam permainan itu. "Nih lihat aja, gue udah bunuh banyak musuh. Keren kan? Hahaha...!"

Doni yang sadar bahwa Adam hanya bermain dengan BOT, membantah apa yang disombongkan oleh Adam. "BOT? Jadi ini dari tadi lawan BOT? Lu gaya-gaya an nunjukin kill yang lu dapet, tapi lawan BOT? Hahaha..."

"Bacot ah! Penting menang!" ucap Adam sambil melanjutkan kembali permainannya.

Saat waktu mulai menunjukkan pukul 17:16, beberapa anggota timnya mas Dika tampak mulai bersiap-siap untuk berangkat ke Kafe yang berada di area alun-alun utara kota Jogja.

"Yes!! Menang gampang!! Wuuhuu!! Dah yok Don, berangkat!" Adam menyudahi permainan dengan terpampang tulisan Victory di Monitornya.

"Halah BOT easy aja," ucap Doni yang duduk di samping Adam.

"Wah, lu ngremehin gue? Main bareng apa besok?" sangkal Adam.

"1 on 1? Yo! Gue berani!" tanya Doni.

"Emmm ... temenan aja, kan main bareng, entar banyak-banyakin kill, hehe," jawab Adam dengan penuh keraguan.

"Halah, cupu," sindir Doni.

"Hahaha bercanda ... nggak lah, gue cuma jadi bulan-bulanan lu ntar. Lu kan udah jago, gue mah ampas. Cuma jago pake Senapan Burung di CS doang," tawa Adam.

"Ya ntar gue ngalah deh," ucap Doni.

"Halah! Mbel Gedes...!" sahut Adam.

Tak lama kemudian, mas Kurnia dan mas Jaka berjalan dari mushola kantor menuju ke meja mereka masing-masing untuk mengambil tas.

Mas Dika yang memang menghabiskan waktunya untuk menunggu mas Kurnia dan mas Jaka, juga mulai mengambil tasnya dan mulai mengajak teman-teman yang lain. "Yok!"

Muslim juga tampak menghampiri meja Adam untuk mengajak Doni dan Adam sendiri.

"Yok"

Adam dan Doni pun segera bersiap-siap dan berjalan untuk turun ke Lantai 1. Seperti biasa—sebelum berpergian, Adam selalu buang air kecil dan cuci muka terlebih dahulu di Toilet lantai 1.

Bunyi air keran.

Seger...

Dalam keadaan wajah yang masih basah, Adam coba membuka wadah Tissue di Toilet.

Loh...? Yah, tissue wastafel abis. Ambil di Lobby aja lah.

Sambil berjalan menuju Lobby, Adam melihat Mita dan Bangrud yang juga baru turun dari lantai 3 melalui tangga. Mita tampak berjalan sendirian di belakang Bangrud yang langkahnya begitu cepat.

~...Adam...dekatilah...~

Mita udah ada tumpangan belum ya? Hmm ... kenapa nggak gue tanyain dulu aja? Siapa tau aja mau bareng sama gue.

Lalu Adam coba mengejar dan menyamai kecepatan jalan Mita. Namun, ketika bibir Adam tampak mulai bergerak, "Eh, M...." Mita pun berlari ke depan untuk menyamai kecepatan jalan Bangrud dan mulai berbicara dengannya.

Lihat selengkapnya