The Diary of The Unlucky Boy : A-Side

Jaydee
Chapter #22

Panggung dan Pesta

27 Oktober 2018 - Ketika panas matahari telah menyelimuti seluruh permukaan kota Jogja dengan rata, Adam mulai mempersiapkan diri untuk pergi ke Anniversary kantor yang akan dimulai pada pukul 2 siang.

Di luar terik banget ... jadi males ... akkkhh ... entaran aja deh, nelat.

Adam yang sudah siap pergi dengan kaos lengan panjang bergaris, celana jeans serta telah menggunakan sepatu High Top-nya, kembali untuk duduk di sofa ruang tamu sambil mendengarkan playlist Sekai No Owari di Smartphone.

♪ Niji ga kakaru, sora ni wa, ame ga, futtetanda ♪

10 menit kemudian...

♪ Abunaikara kuuchuu buranko nante shinakute ii nda yo ♪

...

..

.

gruuuu... gruuuu...

3 jam kemudian...

...?

Kok sumuk sih?

Dengan sedikit membuka mata sambil mengibas-ibaskan kaosnya, Adam tersadar bahwa dia telah tertidur lama di sofa ruang tamu. Pada waktu yang sama juga, dia melihat jam yang berada di pergelangan tangannya.

"Wah udah jam 4! Telat dong gue? Bego!" 

Adam pun segera berlari ke kamar mandi untuk membasuh muka dan segera berangkat ke Venue Anniversary kantor yang berada di daerah pedesaan dengan mata yang masih terlihat sayu.

Kenapa bisa ketiduran sih? Bisa-bisa kesempatan gue buat deketin Mita disalip lagi nih sama Bangrud. Jangan sampai deh.

---△---

Venue Anniversary Waverocks di tahun ini, tampak sangat luas dan megah. Sebuah lapangan luas di kawasan pedesaan yang terkelilingi oleh sawah-sawah dan pohon-pohon kelapa yang terjulang tinggi itu, tampak sudah diramaikan oleh para karyawan Waverocks. Booth-booth permainan dan area panggung juga sudah dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan yang bisa dinikmati secara personal maupun keluarga.

Ketika sampai tujuan, Adam langsung berjalan menuju ke area penonton panggung yang berada di tengah-tengah lapangan. Dengan penuhnya karyawan yang berlalu-lalang, Adam berusaha untuk mencari seseorang yang dia kenal di tempat itu.

Temen-temen pada di mana sih? Mita!? Mita mana?

Setelah berputar-putar mencari orang yang Adam kenal di tengah-tengah kerumunan orang yang dia sendiri tidak terlalu mengenalnya, Adam langsung mempunyai inisiatif untuk berjalan memutari panggung yang berada di ujung lapangan itu. Dan di saat yang sama juga, dari jauh terlihat wanita dengan baju berwarna merah muda dan celana pendek berwarna coklat, sedang berdiri di belakang panggung bersama anggota-anggota dari band kantor.

Lah itu Mita, coba gue hampiri deh....

~...Lihat sekitarmu!...~

Eh bentar ... tapi kenapa dia berada di belakang panggung? Biasanya itu ... yang di belakang panggung kan yang mengisi acara, apa iya? Hmmm ... ya sudah, daripada nanti gue nge-ganggu dia, gue balik lagi aja ke area penonton.

Saat Adam berjalan kembali, tiba-tiba—perempuan berhijab yang datang dari arah berlawanan, langsung menepuk pundaknya Adam dengan senyuman. "Eh ... Adam!?"

Adam yang masih setengah fokus untuk berjalan menuju ke area penonton pun terkejut, melihat kehadiran seorang perempuan yang dulu sering hangout bersama sewaktu SMA. "Hmm? Eh loh Fit? Fitri!? Kamu kerja disini?"

"Ah nggak, ya ini ... suami aku yang kerja disini, aku cuma ikutan doang," Fitri coba menjelaskan.

Adam melihat kanan dan kirinya, "Oh ... lah terus mana suamimu?"

"Itu masih ada di booth permainan Darts," Fitri menunjuk ke arah sisi timur Venue yang sudah di penuhi oleh banyak booth permainan.

"Oh yang tinggi itu ya? Well hey, gimana kabar mu? Pasti baik dong...," tanya Adam dengan sedikit senyum.

"Iya lumayan, mana gandenganmu Dam?" tanya Fitri sambil mendorong pundak kiri Adam.

"Mmmm belom, belom ada," jawab Adam dengan pipi yang disempitkan.

"Ya ampun Adam ... jangan-jangan kamu masih belum bisa move on dari Alya, adek kelasmu dulu?" tebak Fitri.

"Alya? Adek kelas apa? Kan dia masuknya setelah aku lulus," jawab Adam.

"Iya ... tapi kan itu termasuk adek kelasmu juga. Terus, gimana? Masih belum bisa move on?" tanya Fitri sekali lagi.

"Hahaha ... harusnya itu, pertanyaanmu bukan 'udah move on apa belum', Kan dulu aku suka Alya cuma karena dia cantik doang, kenalan aja nggak pernah. Taunya dia aja juga dari sosial medianya sekolah, jadi cuma sebatas naksir-naksir doang. Lagian, malah yang ada sekarang ... Hmmm ... aku sepertinya udah nemu yang baru lagi deh Fit, cuman nggak yakin," jelas Adam.

"Ah masa? Nggak yakin nya gimana?" tanya Fitri dengan nada seperti orang yang sedang menginterogasi.

"Ya ... nggak yakin aja bisa dapet dia, soalnya aku sejak awal suka ke dia itu juga nggak tau alasannya kok dan semakin kesini, sepertinya aku semakin ngerti alasannya. Tapi ... kalo dilihat dari sikapnya, dia kayaknya nggak tertarik dengan aku deh, jadi belum bisa memastikan semuanya," jelas Adam.

Senyum Fitri mulai melebar dengan tangan kanannya yang mendorong bahu kiri Adam kembali, "Cieeeh ... trus?"

"Ya gitu deh. Dan ... kayaknya aku harus coba deketin dia dulu secara diam-diam," jelas Adam.

"Halah, kenapa harus diam-diam? Entar nyesel lagi loh," tanya Fitri.

"Ya semoga nggak Fit, semoga nggak...," Adam yang pada awalnya masih terfokus berbicara kepada Fitri, secara tiba-tiba dia mengosongkan arah pandangannya. "... aku kalo dekat dengan orang ini, merasa ya ... aku bisa lebih semangat aja gitu. Biarpun dia bukan tipe cewek yang aku cari, tapi aku sendiri merasa harus selalu berada di dekat dia. Berbeda sama Alya dulu ... mau kenalan aja kan, aku-nya udah kicep duluan karena kecantikan dia yang melebihi bidadari. Inget kan dulu? Waktu reuni SMA di sekolah? Aku kabur hanya gara-gara Aldo bilang ke Alya kalo aku suka dia?"

"Hahaha oh iya, padahal kamu udah mulai kuliah loh dulu. Harusnya lebih berani lah ... Hahaha...!" tawa Fitri. 

Lihat selengkapnya