The Diary of The Unlucky Boy : A-Side

Jaydee
Chapter #29

Unsur Jiwa yang Terakhir - part 1

Berlanjut dari kisah sebelumnya...

"What!?" Adam tiba-tiba terkejut dengan ucapannya sendiri. "Weh! Mas Adam nemu jawaban sendiri Lir Haha! Jadi selama ini mas Adam cuma diam di dalam tekanan."

Dengan menyipitkan mata, Lira tampak bingung dengan ucapan yang dilontarkan kakak sepupunya itu. "Bentar mas, pelan-pelan. Malah nggak paham aku tuh."

"Jadi kemungkinan besar, sifat Impulsif mas Adam yang kamu tanyakan tadi. Mungkin gara-gara Kemauan mas Adam sendiri yang tidak melakukan sesuatu. Karena emosi dan keinginan mas Adam sendiri yang tertahan oleh Pikiran atau Superego tadi...,"

Lira masih tetap mendengarkan kakak sepupunya itu dengan seksama.

"... Imbasnya, emosi dari keinginan mas Adam sendiri numpuk jadi satu dan meledak di tempat yang tidak terlihat oleh banyak orang. Karena mungkin Pikiran mas Adam tahu, kalo mengekspresikan semua emosi yang tertahan di tempat sepi itu tidak akan memberikan dampak ke orang lain, tapi bisa memberikan rasa puas. Mungkin nggak ya Lir?"

"Bentar, jadi konsep Kemauan yang dimaksud mas Adam itu berarti ada hubungannya dengan keputusan juga kan?" tanya Lira.

"Hmmm ... iya kayaknya ... mas Adam lupa detailnya. Tapi simpelnya tuh gini Lir, Pikiran itu muncul karena adanya pengalaman, sementara Perasaan adalah bagian dari respon emosi yang kita dapat melalui lingkungan sekitar dan ketika mereka sedang berselisih pendapat, maka harus ada Keputusan atau semacam kuasa diri, yang harus dimunculkan dari dalam diri kita sendiri. Ya semacam hal yang bisa mempertimbangan hasil dari Pikiran dan Perasaan gitu lah Lir," jelas Adam sambil merenung dan mengayun-ayunkan jari telunjuknya.

Lira pun mengangguk-angguk dan tersenyum, namun kini dia justru memuji Adam.

"Sepertinya mas Adam itu memang bakat ya?"

Dari renungan, Adam kembali lagi menaruh fokusnya ke Lira. "Hmmm? Bakat? Maksudnya?"

"Nggak tahu juga sih kondisi aslinya mas Adam itu sekarang gimana. Tapi kalo Lira lihat, mas Adam itu seperti bakat aja dengan hal-hal yang berbau psikologi. Memang suka banget untuk merhatiin orang-orang ya mas?" tanya Lira.

Adam memiringkan kepalanya kembali. "Merperhatikan orang-orang? Kayaknya nggak deh."

Lira lalu sedikit memajukan kepalanya untuk menatap Adam dari dekat. "Masa? Coba sekarang Lira gantian tanya ke mas Adam. Menurut mas Adam, Lira itu bagaimana?"

Kepala Lira yang semakin mendekat itu, membuat Adam sedikit memundurkan kepalanya.

Anjir, nih kancil ngapain sih? Malah ngeliatin gue di tempat sepi gini. Mau ciuman apa?

Adam yang menjadi salah tingkah, langsung membuang pandangannya dan tertawa. "Gi-gimana? Maksudnya apa sih? Hahaha ... nggak jelas...!"

Dengan cemberut, Lira kembali mundur dan memperjelas maksudnya. "Hiih! Maksudnya ... mas Adam itu tau nggak kalo Lira itu orangnya seperti apa?"

"Oh ... kamu itu minta pendapat? Okey, hmmm ... ya ... kamu itu orangnya usil, caper, suka banget teriak-teriak, gampang banget buat ngambek, suka heboh sendiri, manja, suka ngadu. Tapi disisi lain kamu itu aslinya bisa ngelihat orang-orang yang bener-bener butuh bantuan dan tampak ikhlas-ikhlas aja buat ngelakuin itu. Biarpun kadang mas Adam tahu, kadang kamu suka cari kesempatan buat ngejarah dompet mas Adam sendiri. Terus kamu itu kalo curhat mesti selalu nolak saran mas Adam. Pendirianmu juga kuat sih, terlihat waktu dulu kamu cerita pas mutusin Rendy untuk yang kedua kalinya. Terus kamu itu suka marah kalo dipanggil Anglo sama Arya karena...."

"Stoop! Stop mas! Cukup segitu aja, kebanyakan itu mah!" potong Lira dengan bentakan.

"Ya tadi katanya minta pendapat mas Adam? Gimana sih?" tanya Adam dengan muka cueknya.

"Hahaha ... Ya tapi kejawab sendiri kan? Mungkin kalo orang lain jika ditanyain seperti itu, jawabnya bakal cuma 'nggak tahu' atau 'memang kamu siapa?' atau 'ngapain juga aku merhatiin kamu', tapi kan mas Adam jawabnya beda, bahkan bisa sampai sedetail itu," ungkap Lira.

"Ya tapi kan mas Adam itu sudah kenal kamu sejak kecil Lir," jawab Adam.

"Oke coba, sekarang pertanyaannya Lira ganti. Mil ... eh siapa sih? Mita ya?"

"Iya?"

"Mita itu orangnya seperti apa?" tanya Lira.

"Hmm ... Kalo Mita itu orangnya agak sulit, terutama untuk cari perhatiannya. Kadang suka nyebelin, cuek, suka masang tampang galak, suka hal-hal yang berbau gelap dan mungkin apatis juga kali ya...? tapi suaranya dia itu lembut, sifatnya lucu, unik, kelihatan mandiri, ramah, baik sih orangnya dan mas Adam tahu kalo di dalam dirinya dia itu, ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang aslinya dia pendam sampai-sampai dia terlihat gelap dan ... eh?" Adam yang tiba-tiba sadar, langsung menghentikan kata-katanya.

Lira tersenyum.

Eh ... iya benar juga apa kata Lira, terkadang gue itu juga suka tiba-tiba memperhatiin tingkah laku seseorang loh.

Lihat selengkapnya