Berlanjut dari kisah sebelumnya...
Eh kok Lira mukanya jadi bengong gitu? Salah ngomong apa ya gue?
"Ng-Nggak maksud mas Adam, kalo standar orang yang sudah disebut gila itu biasanya dia seperti apa?" perjelas Adam dengan sedikit takut.
"Orang gila?" Lira sempat terdiam dan berpikir sejenak dari pertanyaan kakak sepupunya itu. Namun karena terlalu konyol, Lira yang dikelilingi dengan penuh rasa heran itu pun langsung tertawa. "Hahaha ... kenapa malah bahas soal orang gila di tempat kayak gini mas?"
"Aduuh, mas Adam salah ngomong kayaknya ya? Gini, mas Adam cerita aja lah ya," ucap Adam
"Ya cepet. Dari tadi mas Adam udah aku suruh cerita, malah muter-muter," sindir Lira.
"Haha ... oke. Hmmm ... jadi belum lama ini, mas Adam itu sempat marah dengan sendirinya karena perasaan cemburu Lir. Mas Adam sempat mengamuk sendiri waktu itu di rumah, jengkel, karena mas Adam nggak kuat dengan rasa sakit yang berlebihan disini," jelas Adam sambil memegang dadanya.
"Terus?"
"Mas Adam sih sebenarnya ingin langsung marah ke orang yang memang bikin mas Adam jengkel Lir, tapi mas Adam nggak bisa."
"Nggak bisanya kenapa?"
"Hmm ... Pikirannya mas Adam itu selalu berkebalikan dengan apa yang mas Adam inginkan. Jadi pikiran itu selalu menahan mas Adam untuk berbuat yang nggak-nggak, mas Adam bingung banget waktu itu,"
"Oke..."
"Terus dari amukan mas Adam tadi, hmmm ... mas Adam tuh sempet diem sebentar, suasananya begitu sepi waktu itu, habis waktu maghrib lah. And then, mas Adam denger kayak ada kata-kata yang muncul. Entah dari mana, tapi yang jelas dia selalu mendorong mas Adam untuk bisa melakukan sesuatu. Dan entah kenapa—ketika mas Adam menjawab kata-kata itu, tiba-tiba ada kata-kata lagi yang merespon jawaban mas Adam."
Lira pun tersenyum dengan sendirinya setelah mendengar pernyataan Adam, seakan-akan dia paham betul dengan masalah kakak sepupunya itu.
"Nah saat itu, mas Adam coba cari-cari info dan ketemu dengan istilah Daimonion, Suara hati, Nurani termasuk Id juga yang dari teorinya Freud itu dan oke, itu bisa di nalar lah. Cuman yang jadi pertanyaan mas Adam, apa dengan mas Adam bertanya emm, berbicara ... kepada diri sendiri, terus menjawab sendiri itu sudah termasuk karakter orang gila?"
Dari senyuman, Lira pun melanjutkan responnya dengan tawa. "Hahahahaha..."
Eh, ketawa sendiri dia ... ini anak jangan-jangan juga gila?
"Kenapa kamu ketawa Lir?" heran Adam.
"Jadi dari tadi ngomongin soal Orang Gila ... bahkan kemarin, yang katanya mau nanya soal Psikologi. Ujung-ujungnya cuma mengarah ke Self-talk?"
"Self-talk?"
"Iya mas dan itu tuh normal mas, ya ampun," jelas Lira sambil melipat kedua kakinya.
Adam pun merasa kaget, setelah tahu bahwa ada istilah psikologi umum yang bernama Self-talk. "Hah?"
Lira pun segera mengambil Smartphone-nya yang berada di kantong celananya. "Bentar, aku inget-inget dulu soal Self-talk ya, aku dulu pernah punya catatannya di hape kok."
Self-talk? Oh normal ya? Haha ... gue masih normal! Hahaha ... Syukurlah!
"Oh ini nih, tapi catatanku ini membahas soal Positive Self-Talk sih, yang mana itu tuh bentuknya adalah sugesti, ada jurnalnya juga kok mas. Tak bacain intinya yang ini dulu aja ya ... Jadi Positive Self-Talk itu membantu seseorang untuk mereduksi stress dan meningkatkan kualitas hidup seseorang jika dilakukan dengan kesadaran diri. Ini soal positive self-talk tapi ..."
Adam masih tampak memperhatikan Lira berbicara.