Berlanjut dari kisah sebelumnya...
Sunmor atau Sunday morning adalah pasar kaget yang diadakan setiap minggu pagi di kawasan UGM. Selain pakaian dan peralatan-peralatan rumah tangga, tempat ini juga banyak menjual makanan yang jarang sekali dijual secara umum, seperti Sate Kere, Gurita Bakar, Takoyaki, Corndog, Lontong Sayur Padang, Ceker setan dan berbagai macam makanan-makanan unik lainnya.
Ketika Adam dan Lira keluar dari kawasan Wisdom Park, jalanan terlihat sudah mulai ramai akan pengunjung dan masih ada beberapa pedagang yang membangun tendanya untuk berjualan.
"Lontong sayur padang aja yok Lir, lagi pengen nih." ajak Adam.
"Nggak bu Gino aja? Lontong juga kan?" usul Lira.
"Oh boleh deh yok, mudah-mudahan nggak begitu rame sih," ucap Adam sambil berjalan menuju warung Bu Gino.
"Masih jam segini juga," ucap Lira.
"Jam berapa memangnya?" tanya Adam sambil menoleh ke belakang.
Lira menyodorkan jam tangannya, terpampang angka digital yang menunjukkan pukul 06:47.
"Udah lumayan siang juga ya, lama amat tadi ngobrolnya," sindir Adam.
Lira dan Adam akhirnya berjalan berdua menuju warung Bu Gino. Terlihat orang-orang mulai berlalu-lalang di jalan yang sempit itu. Terdengar pula teriakan Pedagang yang berada di kanan dan kirinya mereka.
"Mari mas! Sate pentolnya!"
"Gurita bakar kakak! mari!"
"Ceker Setannya mas!"
"Irasshaimase! Takoyakinya Tako!"
"Lontong Iso! Gulai Ayam! Lontong Opor! Mari Silahkan!"
"Di sini kan Lir?" tanya Adam sambil menunjuk warung itu.
"Iya ... yok," ajak Lira.
Usai memesan, Adam dan Lira pun segera mencari tempat duduk.
"Tumben-tumbenan udah rame," puji Lira sambil duduk di kursi plastik.
"Hmm? Kan udah jam segini Lir, itungannya udah siang ini," ucap Adam dengan menaruh kedua tangannya di atas meja.
Tampak pelayan warung mulai menyajikan makanan pesanan mereka."Mari mas."
"Makasih mas. Eh terus gimana?" Usai menerima satu piring lontong iso, Lira langsung bertanya Adam.
Adam yang masih menikmati suasana Sunmor, mengembalikan fokusnya ke Lira. "Hmm ... gimana apa?"
"Ya itu, habis ini ... mas Adam bakal gimana buat deketin itu ... mbak Mita?" tanya Lira sambil mengaduk makanannya.
Adam yang masih bingung dengan apa yang harus di ucapkan, hanya memasang ekspresi muka dengan penuh keraguan. "Mas Adam pengen deketin dia dulu aja. Siapa tahu memang ... nggak tahu lah."
"Nggak cocok?" Lira memastikan.
"Iya," jawab Adam dengan singkat.
"Lah ... sebenarnya mas Adam itu mau nggak sih sama Mita?" sindir Lira.
Adam pun menjawab, "Ya mau...! Cuman ... mas Adam itu memang harus tau dulu semua tentang dia."
"Ya makannya, coba cari-cari hal yang memang disukain Mita dulu lah mas," usul Lira.
"Iya, itu sebenarnya udah mas Adam coba cari-cari sejak kemaren. Tapi entah kenapa dia sepertinya malah jauh lebih tertarik dengan hal-hal yang berbau irrasional, terlebih ... dia sepertinya juga sedang suka sama seseorang," jelas Adam.
"Irrasional? Maksud mas Adam?" tanya Lira.
"Ya ... semacam Tarot atau Zodiak, entahlah apaan itu? Dunia-dunia sihir gitu deh," ucap Adam dengan rasa malas.
Lira pun coba membercandakan Adam kembali. "Harry Potter? Hahaha..."
Dengan kedua kelopak matanya yang terkulai, Adam tampak tak tertarik dan membuang mukanya ke arah orang-orang yang berlalu lalang di sampingnya. "Ya kali, entahlah."
Lira pun langsung melirik tajam ke arah Adam, seakan-akan dia mau membaca kondisi kakak sepupunya itu. Adam yang merasa bahwa Lira sedang memperhatikan dia, segera mengembalikan pandangannya ke depan.
"Eh kamu kenapa Lir? Kebelet?" tanya Adam.
Dengan memanyunkan bibirnya dan berusaha untuk sedikit menundukkan kepalanya. Lira berkata, "Mas, coba dong aku tanya."
Ini anak kenapa lagi sih? Kesambet Daging Iso apa ya?
"Tanya apa? Kenapa sih? Nggak usah liat mas Adam kek gitu lah, malah kayak psikopat tau ndak," sindir Adam.
"Ya detailnya tentang si itu...."
Dengan sedikit tawa, Adam merespon kode Lira. "Si itu apa? Siapa?"
"Crushnya mas Adam, mbak Mita" ucap Lira dengan masih memasang ekspresi yang sedikit menakutkan.