16 Maret 2018 - Suara gemericik air terdengar deras dari arah lantai kamar mandi. Terlihat seseorang berambut pendek sedang membungkuk di depan keran air untuk membasuh mukanya yang masih terlihat mengantuk itu berkali-kali dan selalu berusaha untuk membuka matanya lebar-lebar di depan cermin.
"Senin ya ... kenapa udah Senin lagi sih?! Perasaan kemaren ini baru hari Jum'at deh!" dengan muka yang basah dan mata yang masih tampak sayu, orang ini terdengar mengeluh sendiri dengan cermin di dalam kamar mandinya.
Usai membasuh mukanya dengan air dan mengeringkannya dengan handuk—orang yang memiliki kulit berwarna sawo matang ini, segera bergegas lari ke kamar tidurnya untuk berganti pakaian dan bermandikan parfum, agar tidak tercium seperti orang yang belum mandi. Setelah rapi, dia pun langsung menghidupkan motor naked-bike putih nya dari dalam garasi dan segera berangkat ke kantor.
Dengan begini, gue bisa ke kantor dan melewati hari-hari yang sama setiap harinya! Hari-hari yang sangat amat membosankan!
Gue Adam dan ini adalah awal mula dari permasalahan gue yang begitu aneh untuk dijelaskan. Gue adalah karyawan yang sudah bekerja selama 3 tahun di Perusahaan Swasta bernama Waverocks Company. Perusahaan yang sudah dikenal oleh sebagian banyak orang sebagai cabang perusahaan startup ternama dari Australia dan belum ada 4 tahun berjalan dalam masa operasinya.
Kebetulan, gue saat ini ditugaskan menjadi pegawai di bagian Quality Assurance atau biasa disebut sebagai QA. Yang mana kalo kata temen kuliah gue, tugas di bagian ini adalah satu-satunya tugas yang gunanya hanya untuk mencari kesalahan orang lain. Ya, nggak salah sih.
Di umur gue sekarang yang nggak terlalu tua dan nggak terlalu muda ini, membuat gue sadar bahwa kerjaan menjadi QA bukanlah kerjaan yang selama ini gue cari-cari. Ya iyalah, gue dulu masuk sini juga karena rekomendasi kampus.
Lagian kerjaan disini hanya menuntut gue untuk datang, absen, kerja, pulang, tidur dan begitu terus, bosen kan? Nggak ada hal lain gitu yang seru? Misal kegiatan nangkep ayam di pekarangan warga sekitar atau di kejar-kejar setan sewaktu uji nyali ke tempat angker? Nggak, bercanda.
Well, sebenernya ada wadah bagi karyawan disana untuk mengikuti komunitas tersendiri di luar urusan kantor dan bahkan kantor juga memperbolehkan beberapa ruangannya untuk dijadikan kegiatan buat komunitas itu.
Tapi dari beberapa komunitas-komunitas yang ada, nggak ada satu pun yang klop dengan passion gue. Yah, kalo ngomongin soal passion—semenjak lulus kuliah tahun 2015 lalu, passion gue memang selalu ada di dunia perfilman. Gue pada saat itu pengen banget menjadi Sutradara.
Ya siapa gitu loh yang nggak mau jadi bos pengarah yang namanya besar sendiri di poster film?
Lagipula gue memang dari dulu suka banget berimajinasi dengan sesuatu yang jarang terpikirkan oleh orang pada umumnya, misal seperti 'Bagaimana jika selama gue hidup, gue satu-satunya orang yang dijadikan bahan percobaan oleh alien dan ternyata selama gue hidup, dunia yang gue tinggali ini bukanlah Bumi yang asli melainkan Planet yang memang menyerupai Bumi?' atau 'Bagaimana jika lu nemenin mama lu belanja di supermarket, tiba-tiba ada teroris yang datang menyandera semua pengunjung disana? Dan ternyata teroris itu adalah diri lu sendiri dari timeline kehidupan yang lain?' Siapa tahu dengan menjadi Sutradara, semua imajinasi dan sisi kreatif gue bisa tersalurkan dengan baik. Nggak ada yang salah kan?
Lantas kenapa Gue masih ada di kantor ini sebagai QA?
Gue masuk ke dunia QA ini berawal dari Papa-Mama yang enggak ngijinin gue untuk kerja di luar kota. Ya, Mama yang overprotective dan Papa yang ngebet banget mau nge-jadiin gue seorang PNS, selalu menyarankan gue untuk lanjut sekolah S2 Manajemen di UGM. Kak Danu, kakak gue yang kedua dan terbukti berhasil dalam karirnya pun juga bilang begitu.
Tau kan UGM? Dari nama kampusnya aja udah terkenal luas sebagai kampus ternama, yang S1 nya aja gue nggak lolos SNMPTN dulu. Males juga kalo gue harus sidang-sidang lagi, yang tujuannya hanya sebatas mengejar gelar Magister, itupun kalo terpakai. Biarpun gue bisa lanjut ke jenjang yang lebih tinggi atau bisa buka usaha sendiri. Tapi tetap aja, itu bukanlah tujuan gue.
Selain karena rekomendasi kampus, dari situlah awal kenapa gue sendiri lebih memilih untuk langsung bekerja setelah mendapatkan gelar S1.