Berlanjut dari kisah sebelumnya...
Beberapa puluh menit kemudian, semua karyawan kantor tampak sudah memenuhi tempat kerjanya masing-masing. Adam yang awalnya terlihat lesu mencoba berkali-kali membuka matanya lebar-lebar, tapi berkali-kali juga untuk memejamkan matanya kembali.
Masih ngantuk nih....
Di saat Adam memainkan kelopak matanya, terlihat email penugasan yang masuk ke layar monitor PC. Adam yang ingin segera menyelesaikan tugasnya pun, langsung membuka matanya lebar-lebar kembali dan membaca email penugasan itu.
"Aaah bener kan ... masih aja menjadi PIC device," gerutu Adam.
Beberapa saat kemudian, Adam mendengar suara rekan timnya sendiri yang baru datang ke kantor. Namanya Rahmat, karyawan yang selalu mengenakan pakaian serba hitam ini adalah rekan satu tim Adam yang meja kerjanya berada di sebelah kirinya Adam. "Kenapa kamu Dam? Sumpek amat mukamu."
Adam langsung menengok dengan spontan ke arah Rahmat. "Hem? Oh nggak, ini aku dapet penugasan yang sama lagi hari ini. Kapan di rolling ya? Udah 1 tahun aku gini terus. Capek aku kalo harus mondar-mandir naik turun gedung...."
"Sini ... aku gantiin aja buat kerjaanmu hari ini," ucap Rahmat tanpa adanya ekspresi berlebih yang keluar dari mukanya.
"Tumben? Lagian memang kamu tau aturannya kalo jadi PIC Device?" tanya Adam dengan sedikit kaget.
"Bosen, lagi pengen cari suasana yang berbeda aja. Tapi ya itu, gue diajarin dulu!" bentak Rahmat yang masih saja memberikan ekspresi datar.
"Hahaha ... Nggak usah sok-sok an pake Gue-Elu deh, jadi terdengar aneh kalo dicampur sama logat jawamu Mat!" Adam lalu beranjak dari kursinya untuk menghampiri pak Garing. "Ya deh kalo kamu mau. Aku ngomong ke pak Garing dulu ya, biar kamu ntar yang muter-muter kantor hahaha...."
"Ya tapi tetep aku dibantuin dulu loh...," ucap Rahmat.
Dengan berjalannya Adam ke arah mejanya pak Garing, Adam hanya menjawab, "Iya ... iya ... takut amat, kayak bakal aku bo'ongin aja."
Adam pun akhirnya memberikan beban kerjaannya pada hari itu ke Rahmat, dia meminta pak Garing untuk menukar penugasannya. Pak Garing yang memang terlihat santai dalam menanggapi segala macam hal dan masalah, bersedia menyetujui usulan Adam untuk rolling penugasan sebagai PIC Device.
Akhirnya, pekerjaan Adam pun diambil alih oleh Rahmat. Namun cukup disayangkan — sampai pada pukul 11 siang pun, Adam masih saja aktif untuk membantu peran Rahmat dalam menjalani tugasnya.
Gembel....
---∆---
Siang itu, terdengar Adam sedang berbicara dengan Ade — seorang PIC Device dari divisi lain. "... De, ini tolong Device-nya balik sebelum jam 2 ya? Nanti sore kemungkinan Device itu kita butuhin lagi."
"Deal Dam!" jawab Ade sambil berjalan pergi dari tempatnya Adam.
He~eh ... ini mah sama aja gue yang kerja, keleus!
"Eh Dam ini ... Device Xpernia kosong nih di Gudang Hardware, lagi keluar semua," ucap Rahmat yang sedang melihat ke arah database hardware di monitornya.
"Hmmm ... coba aja cek di database Hardware, siapa yang bawa ... kan ada namanya disitu," jelas Adam.
"Ehhhmmm ...," Rahmat pun segera mencari data peminjam di database. "Gita Sasmita? Siapa itu Dam?"
"Oh itu Mita, PIC Device dari timnya mas Dika," jawab Adam.
"Kenal?" tanya Rahmat.
Sambil menunjuk ke arah meja kerjanya Mita, Adam menjawab, "Tau sih, tuh dia duduk sebelah sono tuh ... Yang rambutnya pendek, kacamataan. Coba aja...."
"Yang mana?" tanya Rahmat kembali dengan ekspresinya yang datar.
Adam hanya terdiam melihat Rahmat yang tidak mengikuti arah telunjuknya saat menunjukkan posisi meja kerja Mita.
Buset dah nih orang, tanya-tanya doang, padahal ya udah gue tunjuk orangnya. Beh, tapi Mita memang anak baru sih di kantor ini. Dari pada gue kelamaan buat ngejelasin, mending gue aja deh yang minjam.
"Isshhh, sini biar gue aja. Kelamaan lu!" ucap Adam.
Dengan tawa, Rahmat menjawab "Hahaha ... minta tolong ya gue."
"Gue ... Gue ... Nggak cocok tau nggak!" Adam pun segera berjalan menuju meja dimana Mita bekerja.
---∆---
Terlihat Mita dengan tubuhnya yang mungil, rambutnya yang sebahu dan berkacamata sedang sibuk mengerjakan tugasnya sendiri.
Karena Adam merasa takut untuk mengganggu pekerjaan Mita, dia pun hanya menepuk meja kerjanya. "Eh maaf Mit ngeganggu. Cuma mau nanya, device Xpernia lagi kamu bawa ya?"