The Diary of The Unlucky Boy : A-Side

Jaydee
Chapter #5

The New Team

02 April 2018 - "Siang! Jadi kita sekarang kedatangan beberapa orang dari tim lain! Ini ada ... mmm ... kalian kenalan sendiri-sendiri aja deh, kayaknya udah pada tau juga," papar mas Dika dengan menggunakan logat bicaranya yang cuek dan terkesan bodo amat kepada para karyawan pindahan itu.

Semua karyawan pindahan itu, termasuk Adam memulai untuk kenalan satu persatu dengan cara yang berbeda-beda.

"Aku ... Rudi, biasa di panggil Bangrud. Aku senior dari ex-tim nya Yama, salam kenal," dengan rambut yang klimis dan rapi, Bangrud memperkenalkan diri layaknya profesional.

"Hmmm ... aku Doni ... dari ex-timnya Arta hehe," Doni dengan pembawaannya yang sedikit terkesan malu-malu kucing untuk menunjukkan gigi-giginya yang tajam itu, membuat mas Dika gatal untuk mengeluarkan ocehannya.

"Halaaah Doniii lagi. Eh elu kan, yang bikin tim gue kalah pas turnamen Dota di kantor kemaren?" sahut mas Dika dengan nada candaan.

"Memang kok kemarin pada kalah gara-gara Doni!" sambung Muslim.

Ruangan itu pun lalu di penuhi oleh riuh tawa oleh semua karyawannya mas Dika.

"Yok lanjut," potong mas Dika.

"Nama ku Jaka, aku pindahan dari ex-timnya Arta juga dan aku Senior hehe...," karyawan yang perawakannya sangat mirip sekali dengan Suppaman di anime doctor slump ini, langsung memperkenalkan diri dengan senyum yang tidak berlebihan namun cukup.

Giliran gue nih! Memang sih dari sekian banyaknya orang di tim ini, mungkin yang tahu tentang aib gue cuma mas Dika sama mas Kurnia. Duh, mereka masih ingat soal itu nggak ya? Bodo amat deh dengan masalah itu, gue juga udah lama jadi karyawan disini, palingan udah pada lupa.

"Emmm ... ehem ... Halo, salam kenal semua...."

Tampak hening...

"... Aku Adam, dari ... eh, maksudku ex-timnya pak Garing dan aku masih Junior. Mungkin beberapa dari kalian juga udah kenal aku, hahaha!" Dengan tawa palsu, Adam berusaha untuk speak up di depan timnya mas Dika.

Masih hening dan beberapa karyawan ada yang tersenyum.

...

"Dah perkenalan semua ya?" ucap mas dika.

Semuanya masih terlihat diam.

...

Brengsek! Gue berusaha ngeramein, malah pada diem ... Wuuu!

"Yak, jadi mereka-mereka ini ntar bakal menjadi part of our team. Ada yang benar-benar belum kenal dengan mereka?" Mas Dika seakan-akan mengajak timnya untuk aktif kenal dengan karyawan pindahan ini.

...

"Kayaknya kita udah sama-sama tahu deh mas, di beberapa projek kita kan sering kerja bareng. Jadi kayaknya untuk perkenalan juga udah cukup hehe," saut Masrufi dengan tangannya yang selalu berusaha membenahi lekukan baju yang menggelembung di perutnya itu.

"Yaudah kalo kayak gitu, aku sih berharap kalian bisa bekerja sama ya," ucap mas Dika dengan sedikit melebarkan bibirnya.

Hmmm? Kayaknya sampe sini aman-aman aja deh. Nggak ada yang menyinggung soal 'aib itu' sama sekali, sepertinya mas Dika juga udah lupa. Ya sudahlah, paling cuma gue yang mikir nggak-nggak.

Dengan barisan senyuman, timnya mas Dika kompak menyambut anak-anak baru dengan berkata "Baik mas!!"

---∆---

Setelah selesai meeting, mas Dika coba memanggil 4 karyawan pindahan ini satu persatu untuk Interview. Adam yang mendapat giliran terakhir — mencoba untuk tampil santai sambil menunggu di kursi kerjanya dan sesekali bermain ke area timnya pak Garing, sekedar mengobrol dengan beberapa rekan satu timnya dulu.

Tak lama kemudian ada seseorang yang menepuk bahu Adam dari belakang.

"Adam, lu ikut gue yuk? Gue mo ngobrol-ngobrol dikit sama lu," satu-satunya pimpinan QA yang perawakannya masih terlihat muda ini, mulai memanggil Adam untuk Interview.

"Oh iya ... dimana mas?" spontan Adam bertanya.

"Di Warmindo sebelah aja lah ... Gue mau sekalian sarapan juga," jawab seseorang yang postur tubuhnya tidak begitu tinggi namun cukup atletis ini.

Hah? Kok malah di Warmindo?

Mas Dika pun segera berjalan menuju tangga turun.

"Eh? Serius mas?" Adam terheran-heran dengan sikap santai dari mas Dika yang memilih tempat Interview di luar kantor.

Dengan mukanya yang terlihat sedikit menoleh ke kanan, mas Dika langsung mengubah arah haluan dari tujuan sebelumnya. "Eh ... hmmm nggak jadi deh, ke Throne Room aja yok, cuma bentaran aja kok." 

"Oh oke," jawab Adam.

Masuklah mas Dika dan Adam ke ruangan yang biasa digunakan untuk Small Meeting. Ruangan dengan bentuk kubus yang lebarnya hanya 6x6 meter dengan ornamen-ornamen kastil yang mewah, kursi-kursi kerajaan dan dinding yang dipenuhi dengan replika obor.

---∆---

"Okay Adam, lu dulu di timnya Garing gimana? Maksud gue, Garing dulu ngasih objektif ke elu gimana?" mas Dika memulai dengan menanyakan hal itu.

Lihat selengkapnya