The Diary of The Unlucky Boy : A-Side

Jaydee
Chapter #6

Adam dan Kehidupannya

03 April 2018 - Di saat panas matahari bersinar terang di atas awan, mas Keni tiba-tiba mengajak Adam dan seluruh timnya pak Garing untuk makan siang bersama di Devas Pizza, sebuah restoran Pizza yang berada di sebelah utara kantor.

'Jika memesan dengan porsi lebih dari 10, dapat diskon sebesar 50%.' Wih, biarpun ini cuma promo, lumayanlah kalo makan siang gratis, kan mas Keni yang bayarin.

Dengan kondisi meja kerja Adam yang sudah terletak di area kerja timnya mas Dika, Adam segera berjalan turun ke lobi lantai 1 untuk menyusul dengan tim lamanya dan dilanjut berjalan bersama-sama menuju restoran yang sedang hujan diskon itu.

Sesampainya di Devas Pizza, semua anggota timnya pak Garing beserta Adam duduk di tempat pesanan dan tiba-tiba pak Garing menyapa Adam. "Mas Adam, gimana kabarmu di tim baru?"

"Gimana Adam? hihihi...," ucap Ninda dengan genit.

"Hahaha ... selain Sari, Fajar sama Hermawan yang memang anak-anak baru, kok ya bisa kamu loh Dam yang dipindah?" takjub mas Keni.

"Udah nyaman belum di tim kamu yang baru dam? Keren loh kalo kamu bisa masuk di tim yang sering dapat penghargaan di kantor itu. Pentolannya aja siapa dulu ... Hahaha," saut Aldi.

"Siapa?" tanya Ninda.

"Mas Dika lah," lanjut Aldi.

Adam yang terlihat bingung karena banyaknya pertanyaan yang ditujukan ke dia, hanya memilih untuk menjawab pertanyaan dari Pak Garing, "Hah? baik-baik aja kok pak, syukur aib yang pernah kejadian dulu itu kayaknya udah dilupain kok pak hahaha...."

"Aib?" tanya Adhi.

"Halah, Darius ... yang dulu itu," jelas Adam.

Cuma buat bahan basa-basi doang, nggak salah dong buat nge-bahas soal itu lagi.

"Oh, hahaha ... Memang terakhir kamu di timnya mas Dika dulu tahun berapa sih Dam?" tanya Adhi.

"Masa nggak inget sih, waktu gue pindah ke tim kalian dulu? 3 Tahun yang lalu, Tahun 2015. Gue cuma beberapa bulan kok di tim nya mas Dika saat itu. Mungkin karena gue dulu pendiam, jadi ya pada dicuekin dan mungkin ... ya nggak tahu juga sih. Gue mungkin dipindah karena enggak begitu aktif di grup—saking pendiamnya," Adam mencoba memulai cerita yang dia sendiri sepertinya mulai lupa.

"Halah udah lama juga, kebanyakan mikir, susah move on banget sih kamu Dam!" saut Rahmat yang sempat jadi salah satu kandidat yang mau dipindahkan ke timnya mas Dika.

"Berisik ah lu Mat!" bentak Adam.

"Denger-denger dari kamu, timnya mas Dika dulu itu grup chat nya sepi banget ya? Sekarang gimana?" pak Garing coba membuka pertanyaan yang dulu pernah Adam ceritakan.

"Nggak begitu sih pak, udah sedikit ramai sekarang. Cuma pas kemaren aja, waktu join ke grup chatnya mereka, disitu kayak enggak ada pembahasan sama sekali. Tapi ya aku sendiri nggak masalah sih dengan itu," Adam menjawab sambil menyerut es teh manis.

"Cie-cie yang kesepian ahahaha...," ucap Rani.

"Ya mending sih, daripada bentar-bentar chat, bentar-bentar chat. Notif kalian itu nutupin seluruh permukaan monitor gue tau nggak! Mana pembahasannya tentang orang tua semua. Wuuu!" Adam menjawab sindiran Rani.

"Kan kamu juga udah tua Dam?" canda mas Keni.

"Enak aja ... belum juga nyentuh seperempat abad kali," kesal Adam

"Haha ... Ya tapi kan kamu masih dianggep sama kita-kita Dam, biarpun kadang kamu cuman basa-basi nggak jelas waktu membalas chatnya," ucap Rani dengan tawa.

"Ah paan sih mbak?" jawab Adam.

"Dam, berarti kamu tipikal orang yang harus dipancing dulu baru mau kenal ya?" tanya Adhi sambil memegang dagunya.

"Kok tau?" tanya Adam.

"Enggak, nebak aja," jawab Adhi seperti melihat Adam dengan seksama.

"Hahahaha emang kamu Dhi! Kepancing malah latah," saut Aldi dari kejauhan.

"Hahahaha...," semua orang tertawa.

Adam yang mulai terlihat tidak semangat, mulai mengatakan hal yang memang seharusnya tidak dia utarakan. "Huuuft, malah jadi pengen resign nih."

"Woh!" takjub mas Keni.

Rani pun juga ikutan takjub, "Wiih!"

"Sangar, memang udah keterima dimana mas Adam?" tanya Pak Garing.

"Daftar mana dam?" Mas Keni juga ikut bertanya.

Adam pun mendadak sadar dan mencoba untuk meluruskan pembahasan ini dengan baik-baik. "Eh Enggaaaak!! belom-belom, baru masukin doang, dipanggil aja belom."

"Waaah, gara-gara dipindah pak Garing ya dam? Wah kebangetan nih pak Garing," tanya Aldi sambil menunjuk-nunjuk pak Garing.

"Wah ini...," ucap Rani.

"Haha ... weh iya apa? Gara-gara aku apa mas Adam?" tanya pak Garing.

"Nggak, Nggak kok pak ... eh, jangan ngawur lah. Sebelum aku tau bakal dipindah sebenarnya aku itu juga udah diem-diem nyari. Cuma tau dipindah, aku semakin gatel pengen minggat aja. Lagipula di umurku yang menjelang 25 ini, masih cukup lah buat ngejar passionku yang selama ini aku kejar," Adam coba memperjelas sekali lagi agar tidak menimbulkan kesan buruk bagi siapapun.

"Emang mo kemana lu?" tanya Rahmat dengan menggunakan bahasa gaulnya yang terdengar aneh.

"Filmmaker tujuan gue," Adam menjawabnya dengan singkat.

"Woh! Ga nyangka!" takjub Rahmat sambil menggelengkan kepalanya.

Lihat selengkapnya