The Diary of The Unlucky Boy : A-Side

Jaydee
Chapter #11

Silent Jealousy

Berlanjut dari kisah sebelumnya...

Jatuh cinta? Mana mungkin? Masa iya gue langsung jatuh cinta gitu aja? Aneh!

Saat Adam masih diam terpaku karena memikirkan hal tersebut, tiba-tiba muncul suara keras yang terdengar bahagia dari samping kirinya dan membuat Adam segera tersadar dari renungannya.

"Jam 5!"

"Hah? Eh...," Spontan Adam melihat jam tangannya sendiri dan ternyata jam tangan tersebut masih menunjukkan di angka 16:50. Seketika itu, Adam berkata kepada seseorang yang berada di samping kirinya itu dengan tawa. " Hahaha Dasar! Aku kira udah jam 5 beneran, kaget aku."

"Hahaha ... sudah pulang, pulaang, udah jamnya pulang juga kok ini!" ucap Bangrud dengan senyum yang cukup lebar.

"Iya, aku juga mau langsung pulang kok hari ini Bang," jawab Adam dengan malas.

Dengan mulai menutup semua aplikasi kerjaan yang terpampang di monitor dan mematikan seluruh perangkat PC-nya, Adam lalu menghadapkan kursinya sendiri ke arah meja Bangrud dengan mata yang tampak mengantuk. Terlihat di monitornya Bangrud, sebuah permainan MOBA yang sangat terkenal di kalangan para Gamers, DOTA.

Hmm ... Bangrud ini juga main DOTA? Lah ini satu tim pada doyan game MOBA semua dong kalo gitu. Doni, mas Dika, Muslim, Masrufi bahkan sekarang Bangrud.

"Eh kamu main DOTA juga bang?" spontan Adam bertanya.

"Iya dong, main DOTA juga nggak kamu Dam?" tanya balik Bangrud secara klise.

"Hmmm ... nggak sih, aku nggak begitu mahir main begituan Bang. Mana main pake Item-item dan harus paham betul sama skillnya segala. Mendingan main FPS, aku lebih suka main game yang ngelatih Intuisi sama persepsi sih Bang," jawab Adam.

"Oh iya, FPS ya ... aku kadang suka pusing sendiri kalo main FPS sih Dam," jelas Bangrud.

"Wah, nggak jadi ada temen main dong di tim ini haha," jawab Adam dengan tawa.

"Hahaha," tawa Bangrud.

Tiba-tiba dari belakangnya Adam, muncul seseorang berambut keriting yang menyapa Adam. "Dam, gimana lagu Sekai no Owari yang pernah aku kasih tau ke kamu waktu itu? Enak kan lagunya?"

"Eh Didit! Udah ... aku suka sih liriknya, dalem banget. Saving someone else, means saving yourself. Dengerin lagunya juga, berasa dingin lagi. Memang bener-bener bagus sih suaranya Fukase," kesan Adam.

"Udah ku bilangin kok haha, lagipula di lagu itu kan Saori keren banget. Terutama pas lagi mainin pianonya tuh, mana cantik lagi," Didit jawab dengan menunjukkan acungan jempol di depan muka Adam.

Adam lalu membayangkan seorang pianis wanita dengan rambut pirang itu.

"Iya, Saori ya? Udah cewek—mainin instrument harmoni, rambutnya pendek berponi gitu. Wah cantiknya nambah itu Dit hahaha...," puji Adam.

"He'em, tapi sayangnya Sekai No Owari tuh kok nggak ngisi buat soundtrack-soundtrack anime gitu ya ... padahal lagu-lagunya cocok semua loh buat jadi soundtrack Anime," tutur Didit ke Adam.

"Hmm ... kalo nggak salah, 'Rain' itu bukannya jadi soundtracknya Mary and the Witch's Flower ya? Dan juga 'Anti-Hero' sama 'SOS' tadi, juga soundtracknya Attack On Titan yang Live Action kan?" Adam pun coba mengingat sesuatu.

"Iya, tapi kan maksudku yang anime-anime series gitu loh Dam...," jawab didit dengan melihat-lihat ke arah Toilet kantor. "... emmm, duh"

"Kenapa? Nyari siapa kamu?" tanya Adam.

"Aku tuh nungguin Bene dari tadi—aku kira ke kamar mandi. Jangan-jangan dia udah pulang lagi. Yaudah deh, aku mau kebawah dulu ya—siapa tahu nanti aku ketemu Bene," Didit lalu berjalan menuju tangga turun.

"Oke deh...."

Didit ... setahu gue dia itu ... Hmmm ... Dia bukannya naksir sama salah satu orang dari timnya pak Garing yang masih baru kan? Siapa ya? Gue belum kenal lagi.

Hmmm ... Gue jadi pengen tahu kalo orang-orang yang pada naksir cewek satu kantor gitu, mereka direstui atau malah jadi bahan bully-an ya?

Adam yang sekilas teringat gosip tentang Didit, coba untuk memastikan informasi gosip itu ke Bangrud, yang notabene adalah mantan senior Didit di timnya Yama. "Bang, kamu tau gosipnya Didit?"

"Didit? Gosip apa?" tanya Bangrud.

"Baca-baca dari grup chat sebelah, katanya dia suka sama cewek baru dari timnya pak Garing sih—tim gue dulu. Tapi dia ngomongnya terang-terangan gitu di grup—entah dia itu naksir beneran apa nggak," ucap Adam.

"Ooooh, iya iya. Kayaknya pernah denger," Bangrud seperti teringat gosip itu.

"Lucu nggak sih menurutmu Bang? Kalo baru aja kerja di satu projek gitu, udah suka aja? Terang-terangan juga lagi," ucap Adam.

"Gimana cerita detailnya sih itu?" tanya Bangrud.

"Hmmm ... yang aku denger sih ya nih Bang, mereka ketemu waktu sama-sama jadi PIC Device testing. Terus ya ... itu rumor di grup chat projek sebelah sih—Didit kayak di ceng-cengin gitu, karena memang dia terang-terangan banget pengen ndeketin cewek itu. Ngeri ya? Mau deketin cewe satu kantor aja sampe kayak kehilangan respek gitu," jelas Adam.

"Haha ... Iya itu konsekuensi sih jatuhnya Dam. Kalo aku pribadi nih Dam, aku mending nyari cewek yang nggak satu kantor," Bangrud seakan-akan memberi wejangan ke Adam.

"Loh kenapa? Toh yang lain juga ada tuh yang memang satu kantor dan malah ada yang sampe menikah!" Adam coba menanyakan pendapat dia ke Bangrud.

"Ya nggak enak aja sih kalo kena masalah, apalagi lingkungan kantor itu kan lingkungan profesional, ya tahu sendiri lah. Asal nggak kena masalah sih aman-aman aja Dam," jawab Bangrud.

"Ooooh gitu," ucap Adam. 

Hmmm ... memang bener sih. Cuman kalo kasusnya gue ke Mita gimana? Kan gue....

Adam sekilas berbalik untuk menengok ke arah Mita dengan wajah melas.

"Percaya deh sama aku Dam," sela Bangrud.

~...Jangan...dengarkan...~

Adam pun sekilas termenung dan membuang mukanya ke arah monitor PC-nya yang sudah mati.

Lihat selengkapnya