The Diary of The Unlucky Boy : A-Side

Jaydee
Chapter #13

3 Element of Soul

Berlanjut dari kisah sebelumnya...

Adam lalu menaruh kedua tangannya di atas meja dan mengatur hembusan nafasnya secara pelan agar perasaannya bisa terjaga untuk tetap tenang.

"Kayaknya ... mas Adam memang sudah mempunyai rasa itu dengan temen kantor mas Adam sendiri," Adam tampak menjawab seperti orang yang benar-benar tidak mempunyai harapan apa-apa.

"Oooh soal cewek? Waaaah ini nih...," Emha tampak sangat tertarik untuk mendengarkan lanjutan cerita dari kakak sepupunya itu.

"Ih gimana sih mas Emha nih? Udah dibilangin juga tadi, malah roaming sendiri!" seru Lira sambil memukul Emha untuk ketiga kalinya.

"Ya kan buat basa-basi Lir khakhakha! Ayo lanjut mas, ceritain aja, kayaknya gue bisa bantu soal ini mas, secara aku kan Expertise-nya", ucap Emha dengan semangat.

Adam pun mulai sedikit membuka lebar bibirnya, "Expertise? Apaan expertise? Expert aja kali, ga usah pake ais ais."

"Halaah, salah dikit doang. Gimana mas?" ucap Emha dengan muka yang tetap tertarik dengan cerita perjuangan Adam. "Movementnya udah sampe mana?"

"Apaan? Gue belum apa-apain dia, mau ngomongin soal movement lagi," jawab Adam dengan mata kebawah dan terlihat asyik mengayunkan kedua kakinya di bawah meja kayu. "Ya cuma gitu sih Em, gue nggak tahu aja gitu ... kenapa kalo dekat dengan wanita ini tuh, gue selalu ngerasa aneh. Kayak semacam rileks dan perasaan jadi tenang gitu. Cuman setelah dia pergi atau dekat sama orang lain, di bagian dalam dada ini tuh rasanya kayak diplintir-plintir sama preman pasar—semacam sesek gitu loh Em. Kan lama-lama gue jadi nggak enak juga kalo kayak gini."

"Dari tadi gitu-gini-gitu-gitu ... sambil tenang aja loh mas ngomongnya Hahaha...," sindir Lira.

"Hahaha... tenang mas tenang. Itu tandanya mas Adam memang lagi berada dalam kondisi nyaman sama si dia dan perasaan kamu mas—yang tiba-tiba aneh ketika si dia nggak ada di deket kamu mas, itu tandanya kamu tipe cowok yang protektif dan bisa ke arah yang posesif, hal yang lumrah jika ada seorang cowok yang baru merasakan jatuh cinta mas. Memang baru pertama kali apa mas?" Emha yang berbicara seakan-akan mempunyai pengalaman, coba menjelaskan sedetail mungkin apa yang sedang terjadi dengan Adam.

"Ya kalo sampe ke perasaan gini sih iya Em. Dulu-dulu gue kalo suka sama cewek mah cuma sekedar suka aja, entah yang cantik lah, seksi lah, tapi nggak pernah yang se-aneh ini." jelas Adam.

"Serius? Khakhakhakha ... cinta pertama berarti?" tawa Emha yang seakan-akan menyindir kakak sepupunya sendiri.

"Heh! ini mas Adam lagi butuh bantuan, malah cengangas-cengenges!" bentak Lira ke Emha.

Cinta pertama? Penat rasanya kalo kayak gini. Tapi memang gue beneran lagi jatuh cinta ya? Sama Mita? Masa sih?

...

Hmmm ... Ngomong-ngomong posesif tadi itu apaan sih? Kalo gue mati, Mita juga bakal mati gitu?

"Huss! udah-udah. Anyway Em, Posesif yang kamu maksud tadi tentang apa sih?" tanya Adam.

"Posesif itu mas, Posesif itu adalah saat kondisi seseorang yang selalu ingin tahu kondisi pasangannya dan seseorang itu biasanya takut kalo pasangannya kenapa-napa atau perhatiannya direbut ama orang lain. Gitu mas." Emha sekali lagi coba untuk menjelaskan kondisi Adam saat itu.

"Pasangan? Pasangan apaan? Gue kan sama dia cuma temenan aja ... nggak lebih!" jawab Adam keheranan.

"Halah yakin? Itu kok bisa sampe punya perasaan gitu?" potong Emha.

"Yakin Em, bahkan gue aja baru kenal dia sebulan ini doang. Ketemu ama dia cuman kalo pas kerja doang dan ... dan ... dia itu bukan tipe gue juga. Nah loh, apaan dong kalo gitu? Kesambet?" dengan mata yang terbuka lebar, Adam memulai menegakkan badannya.

"Hahaha, Lira yakin mas Adam itu cuma menolak dengan apa yang perasaannya mas Adam katakan," saut Lira secara singkat.

"Perasaan? Perasaan mas Adam nggak berkata apa-apa kok Lir? Dari mana kamu tahu kalo perasaan mas Adam yang berbicara?" tanya Adam yang mulai mengerutkan alis.

"Jantungnya mas? Katanya tadi jantungnya mas sakit kalo mas Adam jauh dari dia? Jadi gini mas, secara insting, kalo seseorang memang sedang jatuh cinta biasanya begitu. Rasanya selalu pengen dekat aja dan selalu perhatian," jawaban dan sedikit senyum Lira membuat Adam semakin mau menelusuri apa yang sedang terjadi.

"Hmmm ... masa? Eh tapi kan mas Adam sendiri nggak pernah ada hubungan apa-apa sama dia. It doesn't make any sense kalo mas Adam suka sama seseorang karena berasal dari sekedar kenal dengan rekan kantor doang. Belom pernah ngobrol lebih dalam juga dengan dia dan sekali lagi, cewek ini memang bukan tipe cewek yang mas Adam cari-cari Lir," ucap Adam dengan heran.

"Siapa bilang? Temen Lira ada juga kok yang awalnya cuma kerja kelompok, terus 2 minggu kemudian udah jadian," jelas Lira.

"Oh, berarti ada sesuatu dari dia yang memang tidak terlihat secara bentuk mas!" Emha menduga kemungkinan lain.

"Tidak terlihat secara bentuk? Seperti apa tuh?" tanya Adam.

"Gini ... ya gue juga tau sih mas, normalnya orang-orang itu pasti liat lawan jenis dari cover-nya dulu dan oke kalo mas Adam tadi bilang cewek yang mas Adam taksir itu bukan tipe nya mas. Tapi aku yakin, pasti mas Adam jadi mendadak suka sama dia karena sikap yang dia tunjukkan ke mas Adam atau ke orang lain dan itu menarik perhatian mas Adam sendiri."

Terlihat Adam merenungi apa yang sedang dikatakan Emha.

"... Dan mungkin, mungkin loh, mas Adam sendiri pernah memperhatikan itu dan secara tidak sadar, mas Adam merasa nyaman dengan sikap dia. Mas Adam merasa cocok dengan sifat dia gitu. Khakhakha ... Eaaa eaaa cieee ... Cakep kan kata-kata ku Khakhakha...!" Emha menjawab dengan sedikit mencairkan suasana.

"Hahaha," tawa Lira.

"Oooh," dengan sedikit tersenyum, Adam mulai terlihat santai dengan obrolan itu. "Emmm ... Iya juga sih, mas Adam memang ngelihat ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya dia. Cuman mas Adam nggak ngerti apaan itu."

Lihat selengkapnya