"Manusia memang tidak bisa terlepas dari yang namanya Pikiran dan Perasaan. Masing-masing dari jiwa setiap Manusia, pasti memiliki kedua elemen itu semenjak mereka melihat cahaya dunia untuk pertama kalinya. Hanya saja, terkadang mereka pura-pura tuli untuk mendengarkan dan buta untuk melihat—isi dari keinginan hati atau pikiran tersebut—karena Kemauan yang malas untuk melakukan sesuatu."
---△---
26 Mei 2018 - "But if i let you go, i will never know ... Will i ever see, you smiling back at me! Oh yeaaah!"
Pagi itu, Adam tampak sedang mencuci pakaiannya sendiri sambil bernyanyi di belakang rumah. Adam yang memang merasa tidak mempunyai jadwal untuk berpergian di hari Sabtu, hanya berencana untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya saja pada hari itu.
Gue mungkin kalo punya buku diari, palingan udah berhenti di halaman ke 15. Hidup gue kan gini-gini aja.
Usai mencuci, Adam lanjut untuk menjemur sebagian pakaiannya di dalam rumah dan sisanya di luar rumah.
Ini celana cuma satu-satunya yang gue punya. Mana besok senin harus segera dipake lagi. Mumpung panas, jemur di luar aja kali ya.
---△---
Saat Adam menjemur celananya di depan rumah, Lira dengan rambutnya yang terurai dan sedang tidak terikat dengan karet gelang—tampak sedang menyapu di depan halaman rumahnya.
"Tumben mas Adam! Jemur pakaian di luar rumah?" sapa Lira dengan lantang dari kejauhan.
"Iya nih Lir, mumpung panas," jawab Adam.
"Iya ya ... mumpung panas," ucap Lira sambil mengayunkan sapunya.
Adam coba membalas basa-basi Lira. "Kamu juga lagi nyapu juga tuh, tumben...!"
"Hish tumben apaan? Sering kali mas, mas Adam aja yang jarang keluar rumah dan liat Lira nyapu pagi-pagi. Gini-gini Lira rajin sekali loh buat bersih-bersih rumah, nggak kayak mas Adam," sindir Lira.
"Haha ... kan mas Adam sibuk Lir," balas Adam dengan lantang.
Tidak lama setelah itu, Lira segera menyenderkan sapunya di dinding rumah dia dan berjalan untuk mendekati Adam yang masih menjemur celananya. "Hmmm ... Mas! Mas! Ngomong-ngomong mas, kisah yang kemaren gimana lanjutannya mas? Udah ada progress belum?"
Elah ... Males ... Pagi-pagi gini udah bahas soal kondisi status orang. Pura-pura lupa aja lah. Kalo gue tolak, ntar dikira sombong lagi.
Adam yang masih memegang celana basahnya untuk di jemur, menatap bingung ke arah Lira yang sudah mendekati Adam. "Ya? Yang mana ya?"
"Halaah, yang tentang si Mila itu...," ucap Lira.
Mila? Siapa Mila? Hahaha ... kesempatan nih! Bisa gue belokin pembicaraannya, mumpung dia salah sebut.
"Mila? Nggak kenal," Dengan cueknya, Adam menjawab sambil menaruh celana basah itu di salah satu tali jemuran.
Lira pun terlihat bingung dengan ucapannya sendiri. "Eh siapa sih namanya?"
Ya siapa? Tebak aja sendiri ... Bodo amat.
Adam hanya tampak tidak mempedulikan pertanyaan itu dan masih tetap menyibukkan diri untuk menjemur celana-celananya. "Ya siapa?"
Dengan sedikit cemberut, Lira berkata "Ya udah ... kalo memang itu urusan pribadi mas Adam sendiri sih nggak masalah mas, lagian Lira cuma mau membantu kok!"
Hish, ini kancil kenapa sih? Mutung aja kerjaannya ... beh, kalo udah pasang muka cemberut gitu, udah bikin males. Yang ada ntar dia malah tambah ngambek lagi. Terakhir dia ngambek, dia langsung lapor ke Papa gue, katanya gue sengaja nelantarin dia ... Apaan?!
"Apaan sih Lir? Tiba-tiba ngambek ... Ya udah ... Ntar kamu ke rumah aja deh, ntar mas Adam ceritain," ucap Adam.
"Yes! Kapan mas?" tanya Lira dengan semangat.
Adam kembali untuk menjemur celananya kembali. "Ntaaar! Abis ini. Masih ada PR jemur cawet tuh di dalam rumah...!"
"Hahaha ... sensi banget sih mas Adam tuh. Semenjak jatuh cinta, dunia memang beda ya mas? Hahaha...!" sindir Lira.
Yeee ... giliran di iyain aja, langsung haha-hehe, dasar kancil!
"Paan sih?"
Lira pun tampak menyudahi percakapan di pagi itu. "Ya udah, aku juga mau beres-beres yang lain dulu. Entar kalo dah selesai ... aku langsung ke rumah mas Adam deh, ya?"
Lira demen amat ama cerita gue, kenapa sih?
"Hemm..."
---△---
Satu jam kemudian...
Tok... Tok... Tok...
"Mas! Mas Adam! Haloo!" teriak Lira dari depan pintu rumah Adam.
"Bentar, nggak usah tereak-tereak napa?!" Adam yang sedang menonton acara reality show di kamar, menyegerakan diri untuk membukakan pintu. "Buset dah, berisik banget! Kamu cewek apa bukan sih Lir? Tereak-tereak kayak rentenir aja."
Mita pun memasang ekspresi seperti orang yang tidak bersalah. "Cewek lah...."
Adam tidak merespon balik dan langsung duduk di ruang tamu, meninggalkan Lira yang masih berdiri di depan pintu. Lira yang merasa kesal karena tidak dipersilahkan masuk, mencoba untuk menggoda Adam.
"... Boleh masuk nggak nih aku?"
"Hah? Ya boleh lah ... masuk mah masuk ajah. Ini kan masih bagian rumah kakek, jadi bebas lah!" ucap Adam.
Lira pun masuk dan segera duduk juga di ruang tamu dengan sedikit tersenyum.