The Diary of The Unlucky Boy : A-Side

Jaydee
Chapter #16

Daimonion

"Ini bukanlah sebuah Suara, bahkan dalam bentuk bisikan pun tidak terdengar jelas. Lalu ini apa? Siapa? Kata-kata yang tergurat berkali-kali dari dalam Hati ini, selalu berusaha untuk berbicara kepadaku. Dia selalu mendorongku untuk melakukan sesuatu agar bisa berperan di dalam dunia ini. Jika ini memang datang dari pikiranku, kenapa aku tidak bisa membuatnya diam satu hari saja? Siapa dia? Apakah dia hanya bagian dari pikiran alam bawah sadarku?"

---▽---

28 Mei 2018 - Kedua tangan Adam menjulur ke atas, matanya menyipit dan tampak secara puas, dia meregangkan badannya di atas tempat tidur. "Hua~aheem...!"

"Perasaan seger banget pagi ini, dingin, sejuk, kalo bisa sih waktu dunia berhenti sekalian, biar gue bisa tidur lagi. Hmm ... jam berapa sih ini?"

Usai Adam berbicara sendiri, dia pun melanjutkan aktifitasnya untuk mengambil Smartphone yang berada di antara tumpukan bantal dan guling.

Mana sih? ... Nah ini!

...

Setengah 6? Tumben, jam setengah 6 gue udah bangun. Aturan kan Alarm gue itu bunyinya ... Hmm ... jam berapa sih?

...

Oh ... Alarm gue terpasang di jam 6:15. Iya, gue harusnya bangun agak nantian. Kalo kepagian gini, ntar gue malah ngantuk lagi di kantor.

Badan Adam masih terasa berat untuk digerakkan. Dia pun segera melihat ke arah jendela yang masih tertutup rapat. Tampak siluet cahaya berwarna biru tua yang terpapar di kain gorden.

Biarpun terasa segar, gue tetap merasa ada sesuatu yang mengganjal di benak gue pagi ini. Hmm ... tapi apa ya? Cuma haus kali ya? Minum dulu deh, nanti lanjut tiduran lagi.

Adam akhirnya berjalan keluar kamar dengan mata yang masih sedikit tertutup. Dia lalu mengambil gelas di dapur dan berjalan menuju dispenser untuk mengambil air minum. Ketika Adam mulai mengarahkan bibir gelasnya ke bibirnya sendiri, Adam segera menghentikan dirinya.

~...berhenti!...jangan...minum...~

Dia tiba-tiba terbesit oleh sesuatu yang sangat mengganjal pikirannya sejak dia bangun tidur tadi.

Suasana di luar rumah terlihat sepi sekali, seperti tidak ada kegiatan saudara atau sepupu yang sedang menyapu atau menyirami tanaman. Aneh ... padahal biasanya nih, udah pada rame aja kayak tempat bermain anak-anak. Kadang gue juga, sampe keganggu sendiri gara-gara itu. Ini orang masih pada tidur apa? Apa gue yang salah setel jam? Jangan-jangan ini masih Subuh lagi? Hmmm ... halah bodo' palingan mereka pada tidur lagi setelah sahur, dasar pemalas!

Lalu Adam mendekatkan bibir gelas itu kembali ke bibirnya sendiri.

~...Sahur...~

Hah?! Astagaaa ... gue lupa!!! Ini kan bulan puasa?!?

Adam yang sempat terkejut, segera berjalan menuju wastafel dapur untuk membuang air yang berada dalam gelasnya tadi.

Ampun deh, kenapa alarm hape gue nggak bunyi pas jam sahur tadi sih!?

Adam lalu berjalan kembali menuju kamar untuk mengambil Smartphone-nya. Namun dia teringat dengan sendirinya dan menepuk dahinya secara keras. "Oh iya, tadi kan jelas-jelas alarm gue terpasang di jam 6:15. Weh, jadi udah beberapa hari Puasa, gue lupa setel Alarm sahur nih ceritanya? Lah kemarin-kemarin?"

...

Oh iya, kemaren itu gue selalu bisa bangun sahur karena Emha sering ngajakin gue buat sahur On The Road dan hari ini, dia kan pas keluar kota. Lupa gue ... ya sudah lah, gue kuat kok sampe sore. Biasanya kan juga nggak makan. Kan diet!

Adam pun mempersiapkan dirinya dan berganti baju untuk berangkat ke kantor. Ketika sampai, dia terpaksa harus berjalan menaiki tangga kantor karena liftnya tidak berfungsi dengan baik. 

kru~uuk....

Monyet!

---∆---

Waktu pun sudah menunjukkan pukul 16:28.

"Hee~eeh...," dengan muka pucat pasi, Adam ikut nimbrung di dalam obrolan sore hari bersama Doni, Bangrud dan Mas Jaka, usai membuat laporan.

"Kenapa Dam?" tanya Mas Jaka.

"Tadi pagi lupa sahur Jak," jawab Adam.

"Hahahaha ... kok bisa Dam?" Doni tanya balik

"Nggak tau lah Don, gue lupa masang alarm dan nggak ada yang bangunin gue pagi ini. Padahal tadi pagi gue udah seneng banget bisa bangun lebih awal, eh ternyata gue-nya yang memang kebablasan dan akhirnya nggak sahur deh," jelas Adam dengan jari telunjuk yang sedang mengucek mata.

"Mesti kemaren pas buka puasa kebanyakan makan manis, jadi bisa ngantuk berat gitu," tebak mas Jaka.

"Nggak kok Jak, aku kemaren cuman buka pake Es Pisang Ijo, Gorengan sama Nasi Bungkus," sangkal Adam dengan maksud candaan.

"Lha ya sama aja hahaha...," saut Bangrud.

"Hahaha...," Doni dan Jaka pun ikut tertawa.

Dari area kerja tim, terlihat mas Dika mulai berdiri dan mengajak satu tim untuk meeting di Playroom. "Eh meeting bentar yuk, kita bahas soal Team Building."

Beh, jam 5 masih setengah jam lagi ya ... Gue lagi laper-lapernya, malah ketambahan bahas Team Building, pasti ntar endingnya mainan air. Mau di bawa ke samudera mana lagi nih gue? Gue kan takut air!

---∆---

Tibalah Adam di ruangan yang penuh dengan corak warna-warni dan karpet hijau yang terlihat nyaman buat tiduran. Adam yang masih merasa malas, langsung mengambil tempat duduk di pojok ruangan dan sesekali mencoba untuk memejamkan matanya.

"Eh gimana ini soal team building kita, mau diadain kapan?" terlihat mas Dika memulai dengan menghapus tulisan yang ada di WhiteBoard.

"Buber lagi aja!" teriak Masrufi.

"Buber pala lu cuk!" jawab mas Dika dengan bahasanya dia sehari-hari.

"Hahaha ... gimana kalo abis lebaran aja? Waktu-waktu puasa gini, sebenarnya nggak pas juga buat team building, toh harus ada kegiatannya juga kan?" usul mas Kurnia

Adam pun melirik dengan setuju.

Wah bagus mas Kurnia, bulan puasa kayak gini memang enak langsung pulang, terus bisa langsung istirahat.

"Iya habis lebaran aja lah atau kita voting dulu, mau dimananya sama kapan? Oke? Jadi gini, kita bisa milih untuk jalan-jalan dan makan atau nyewa Villa buat nginep semalam ... atau mungkin kita bisa ke waterpark lagi kalo nggak mau pikir pusing," jelas mas Dika.

Eh? Jangan Waterpark lagi dong! Gue bisa menggeliat ketakutan bak gurita kalo dipaksa harus masuk air. Mana team building tahun kemaren kan, ban seluncur gue terbalik waktu turun dari perosotan. Terus badan gue terhenti di tengah-tengah perosotan lagi. Pake malu juga, gara-gara waktu itu gue lebih memilih untuk berjalan di perosotan daripada menunggu badan gue meluncur lagi di perosotan yang sempat mampet. Masa iya tahun ini bakal kayak ngalamin hal yang sama? Gue nggak mau itu ah! Nggak!

Dengan mata yang tiba-tiba terbuka lebar, Adam memberanikan diri untuk menginterupsi dan menunjuk ke arah tulisan jalan-jalan di Whiteboard, "Nah ide bagus itu, jalan-jalan dan di lanjut dengan makan bersama aja. Jarang-jarang loh kita foto-foto, toh kita jadi nggak capek juga kan?"

Nggak biasanya gue speak up gini. Hmmm... Bodo ah, daripada ntar endingnya mainan air lagi.

"Ya boleh, yang lain gimana?" mas Dika menjawab dengan tangan yang terlihat sedang menulis pilihan di White Board.

Lihat selengkapnya