The Diary of The Unlucky Boy : B-Side

Jaydee
Chapter #1

First Movement - part 1

"Manusia itu sebenarnya sudah mendapatkan tempat di antara ribuan kesempatan. Mereka bisa menjadi apa saja yang mereka mau. Usaha demi usaha memang harus dilakukan seorang manusia untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tapi seringkali manusia cenderung untuk menemukan sebuah kegagalan, yang pada akhirnya membuat mereka terlarut-larut untuk memikirkan semua itu.

Perlu disadari juga, manusia itu sebenarnya selalu berjalan di antara beberapa Momentum. Jika tepat, maka akan menjadi sebuah keberuntungan bagi mereka. Jika tidak, maka memang bukan seharusnya hal yang di usahakan itu menjadi milik mereka alias bisa dibilang mereka hanya tidak beruntung.

Jadi, jangan pernah merasa gagal jika sudah melakukan sebuah usaha dari kesempatan-kesempatan yang ada, kecuali kalo kamu tidak melakukan apa-apa biarpun kesempatan itu sering menghampirimu."

---△---

5 November 2018 - Ketika panas matahari pagi mulai terasa menyengat, Adam tampak berjalan secara santai dari parkiran motor menuju pintu masuk kantor dengan wajah yang bersih, berpakaian kaos polos berwarna kuning, berjaket-kan varsity merah, sweatpants dan sepatu slop. Saat itu, Adam benar-benar memiliki aura yang berbeda dari sebelumnya.

Gue nggak berharap apa-apa dari transformasi gue saat ini. Karena jujur, yang gue butuhkan sekarang adalah agar tidak terlihat ketinggalan dengan gaya orang-orang jaman sekarang. Toh dengan memakai ini, gue juga ngerasa lebih nyaman dan lebih percaya diri dari sebelumnya.

Saat berjalan menaiki tangga, Adam berpapasan dengan mas Keni. Saat itu mata mas Keni tampak sedang memperhatikan perubahan yang ada pada diri Adam. "Wuiih, akhirnya ya Dam ya ... Kebeli juga tuh Sweatpants? Keliatan kurusan kamu pake ini."

"Eh mas Ken ... Hahaha, pake acara sok muji segala kamu mas. Iya ini baru keturutan kemaren ini, mumpung pas lagi pengen." jawab Adam.

Sambil memegang kain celana Adam, mas Keni berkata, "Hmmm... bagus nih bahannya. Beli dimana?"

"Online shop lah," jawab Adam dengan singkat.

"Keren, yaudah aku turun dulu ya Dam," ucap mas Keni.

"Oh iya mas," jawab Adam.

Adam pun lanjut untuk berjalan menuju meja kerjanya yang berada di lantai 3. Seperti biasa— ketika sampai, Adam hanya menaruh tasnya di meja, menyalakan PC, menoleh ke arah mejanya Mita lalu duduk.

Okay ... fashion udah, trus apa lagi ya yang harus gue perbaiki? Mita itu orangnya kalo gue lihat gampang berbaur, sementara gue? Gue dari dulu selalu nolak ajakan temen karena males kalo harus ketemu orang baru terus. Apa gue iyain aja ya mulai sekarang? Lumayankan buat nambah pertemanan dan pengalaman? Nanti deh kalo gue ketemu dengan momen-momen itu.

Terus sikap gue yang pura-pura bego? Wah jangan deh. Kalo ini gue hilangin, entar gue kembali lagi menjadi orang yang membosankan? Karena memang, jujur gue nggak terlalu pinter dalam bersosialisasi. Ah bodo amat, nanti Mita mulai gue deketin aja deh. Gue pengen buktikan kalo gue itu bisa menjadi orang yang nggak membosankan!

Adam yang sudah mempunyai prinsip positif akan dirinya sendiri, tiba-tiba menoleh ke arah kirinya dengan tatapan sinis. Yang mana, saat itu Bangrud sudah duduk menikmati kopinya di pagi hari.

Lihat aja lu Bang, gue buktiin kalo gue itu juga bisa ngerebut perhatiannya Mita. Mulai sekarang, gue nyatakan untuk perang dingin sama lu Bang, cih!

---△---

Pagi ini, proyek timnya mas Dika kembali lagi untuk dihentikan sementara dengan status On Hold dan para anggotanya pun bebas untuk melakukan aktivitas apa saja sampai developer benar-benar menyelesaikan tugasnya.

Adam yang saat ini sedang tidak memiliki aktivitas apapun, coba melirik ke arah mejanya Mita.

Mita sepertinya lagi senggang tuh, apa gue hampiri aja ya? Tapi kalo gue langsung kesana, ntar dia curiga gimana? Hmmm, sepertinya kalo ngisengin Hida dulu terus baru nyapa Mita, tidak akan terlalu terlihat mencolok deh.

Adam yang sudah bertekad untuk mendekati Mita, segera berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah mejanya Hida terlebih dahulu. Ketika sampai, Adam mendorong sandaran kursi kantornya Hida ke bawah, sehingga Hida kaget dan hampir terjungkal kebelakang.

"E... eh...," kaget Hida.

"Hahahahaha...," tawa Adam.

Mita yang tampak sibuk bermain game di Smartphone-nya pun, segera mengalihkan perhatiannya. "Kalian tuh ngapain eh?"

Lihat selengkapnya