The Diary of The Unlucky Boy : B-Side

Jaydee
Chapter #5

A Momentum

6 November 2018 - Di tengah-tengah suasana kantor yang sudah terlihat ramai, Fandy berusaha mendorong mundur kursi kantornya untuk bertanya soal kerjaan ke Adam. "Dam, ini di checklist nomor 9.3, cuma tinggal di aplikasikan semua datanya aja kan?"

"Hah? Yang mana?" Dengan masih terfokusnya dengan kerjaan, Adam langsung melepas earphone-nya dan mengubah posisinya untuk membaca checklist yang ditunjukkan oleh Fandy. "Emmm... Iya Fan bener."

"Oh okay" jawab Fandy dengan sedikit melirik ke Smartphone-nya Adam. Dia melihat sebuah permainan mobile, Ragnarok M, yang termainkan secara otomatis di Smartphone-nya Adam. "Loh lu juga main Ragnarok Dam?"

Dengan menaikkan alis kirinya, Adam menjawab nada sombongnya. "Oh iya dong, keren kan? Hahaha ...."

"Gue kira lu cuma suka game-game desktop," sangka Fandy.

Nggak salah, tapi ini mah tujuannya lain.

"Nggak ah, siapa bilang. Gue juga suka main game Mobile kok," jawab Adam.

"Hmmm ... Level berapa?" tanya Fandy.

"Masih level 10, lu memang main juga?" Adam coba bertanya balik.

"Main dan udah level 26," jawab Fandy.

"Eh gila, udah jauh aja levelnya lu," puji Adam.

"Halah baru seberapa juga, ID lu apa dam? Sini gue Add Friend," tawar Fandy sambil membuka game Ragnarok di Smartphone-nya.

"antarestar," jawab Adam.

"Oke deh, sip-sip," Fandy pun akhirnya kembali lagi untuk fokus ke kerjaannya.

Usai bercakap dengan Fandy, Adam juga langsung memasang earphone-nya dan mengembalikan fokusnya ke kerjaan kembali. Namun selang beberapa saat, Bangrud memanggil Adam.

"Dam, Adam ...."

Suara yang terdengar sayup dari balik earphone-nya itu, membuat Adam merasa jengkel dan hanya melirik sedikit ke arah kiri.

Ck, memang siapa sih dia ini, panggil-panggil. Diemin aja lah.

Karena Adam hanya diam, Bangrud langsung menepuk pundak Adam dan memanggilnya kembali.

pukk...

"Dam, Adam ...."

Adam yang tak bisa mengelak, akhirnya terpaksa untuk menoleh ke arah kirinya dengan tatapan dan nada yang cukup tajam. "Apa?!"

"Kamu inget nggak kalo aplikasi premium itu, sebenarnya perlu di cek data-datanya juga atau nggak sih?" tanya Bangrud.

Cih, kamu itu senior apaan sih? Masa gini aja lupa.

Dengan ekspresi yang penuh dengan kebencian, Adam hanya sedikit melirik ke arah monitornya Bangrud.

~...Adam, jangan gabungin masalah perasaanmu dengan keprofesian...~

Ck ... yaudah, daripada ntar kena masalah.

"Nggak! data-data itu nggak perlu di cek!" jawab Adam dengan singkat dan langsung mengembalikan fokusnya lagi ke kerjaan.

"Oh oke-oke," pungkas Bangrud.

Terjun ke kali aja lu sana ... jadi males liat mukanya dia.

krieekk...

Adam pun langsung membuka loker yang berada di atas mejanya, untuk menutupi semua pandangan yang berasal dari arah kirinya.

---△---

Seperti biasa, menjelang makan siang, Adam mulai mengajak kawan-kawannya untuk makan siang bersama. Adam harus berputar haluan untuk mengajak Doni dan Muslim pertama kali, agar tidak terlalu terlihat bahwa tujuan Adam sebenarnya adalah mengajak Mita langsung.

"Don, Slim ... Ayo!"

"Yo," jawab Doni yang masih sibuk dengan permainan mobile Wibu-nya.

"Yok ... bentar-bentar," jawab Muslim juga yang masih disibukkan dengan Smartphone-nya.

Kan? Masih pada males berdiri ... yaudah, gue langsung ajak Mita aja deh.

Adam pun berjalan dengan perlahan menuju mejanya Mita.

"Hey!" Usai menyapa, Adam langsung mengalihkan ke sebuah pertanyaan, saat setelah dia melihat Mita sedang fokus bermain Ragnarok. "Loh, kamu juga main?"

"Iya, kamu main juga mas?" tanya Mita.

"Iya," Adam lalu merogoh saku celananya untuk mengambil Smartphone. "ID mu apa, sini aku Add Friend."

"mizuno."

Mizuno? Kayak nama bola voli.

"Oke udah," jawab Adam.

Mita yang tampak mulai antusias dengan perhatian Adam, bertanya kembali. "Job mu apa mas memangnya?"

"Hmmm?" Adam yang masih terfokus untuk menambahkan pertemanan pada permainan Ragnarok, teralihkan untuk melihat ke arah wajah Mita yang sedang tersenyum menatap dia. "Thief, memang kamu apa?"

"Swordsman, nih udah level 18," ucap Mita sambil menunjukkan status karakternya di permainan Ragnarok.

Adam pun segera duduk di kursi Masrufi yang sedang kosong saat itu. "Mana? Wah kok udah pada level tinggi-tinggi sih? Aku aja masih level 10 loh."

"Iya, dirimu fokus di Prontera West Gate dulu aja. Bunuhin monster-monster sama mainin quest," ucap Mita.

Adam yang mendengar saran tersebut, secara tidak sengaja melihat ke arah wajah Mita kembali dan dia tersenyum dengan sendirinya. Wajah dengan kulit mulus berwarna putih, mata khas asia yang sangat manis, bibir yang begitu imut serta potongan rambut Bob-nya yang tampak cocok sekali dengan bentuk kepalanya dia yang bulat terlihat begitu menawan. Saat itu juga, Adam tiba-tiba merasakan ketenangan bercampur rasa gugup yang begitu jelas di dalam dirinya.

"I-iya juga sih, aku memang lagi fokus grinding sama kroco-kroconya disini."

"Hahaha ... kroco-kroco katanya," tawa Mita.

"Hahaha ...." Adam ikut tertawa.

Hmmm ... Mita kalo udah ngasih perhatiannya jadi beda banget ya. Dengan jarak segini, di-dia jadi ... cantik sekali. Ternyata benar ucapan perasaan gue selama ini, gue memang membutuhkan wanita ini.

...

Eh?!

Lihat selengkapnya