"Aku sejak kecil memang lebih dekat dengan Mama ketimbang Papa. Dialah yang selalu merawat, mengajari, mengawasi dan menjagaku setiap kali aku membutuhkan seseorang peduli dengan aku. Apapun yang ku ketahui dari dunia ini, kebanyakan berasal dari apa yang aku pelajari dari Mama.
Papa? Papa selalu fokus dengan kerjaannya, waktu yang ada bersama Papa dulu bisa dibilang hampir tidak pernah ada, ada pun hanya sebatas untuk mengajariku matematika, nunjukin permainan gitarnya, mengajak untuk berfikir secara logis dan jalan pagi, tidak lebih. Aku tahu, waktu yang jarang diberikan Papa itu semua dilakukannya demi keluarga, keluarganya Papa sendiri. Jabatan Papa yang bisa terbilang tinggi itu membuat dia jarang sekali untuk memiliki waktu dengan keluarganya sendiri.
Lalu siapakah yang pernah mengajariku soal Wanita? Pertemanan? Percintaan? Bahkan untuk menjadi seseorang lelaki yang pemberani? Tidak, tidak ada. Bisa dibilang, dalam dunia sosial, aku hanya selalu belajar melalui kesalahan-kesalahanku. Teman? Hmmm ... memang aku punya teman? Tempat tinggal aja pindah-pindah terus, gimana caranya bisa mendapat seorang sahabat?
Hanya penyesalan demi penyesalanlah yang mengubah diriku untuk menjadi lebih dewasa. Asal tahu saja, aku adalah sedikit dari kaum Adam di dunia yang pernah jijik dengan rasa cinta, rasa yang begitu aneh jika muncul di dalam perasaan, apalagi kalo rasa itu muncul untuk seorang wanita yang memang aku sendiri tidak begitu suka dengan penampilannya dan sifatnya. Tapi apa yang kulakukan? Hmmm ... aku tak mempedulikannya sama sekali.
Namun Mama selalu menekankan bahwa semua wanita itu adalah makhluk lembut yang harus dipahami dan disayangi, sama seperti dia yang menyayangi anak-anaknya. Wanita juga seharusnya tidak diperlakukan secara kasar dan dibentak walaupun dia pernah jahat sama kamu. Wanita sebenarnya juga sama kuatnya dengan lelaki, hanya saja wanita cenderung lebih menggunakan insting dan rasa kasih sayangnya. Maka dari itu kata Mama, jangan mencari wanita karena dia cantik dari penampilannya saja, tapi dari bagaimana dia berperilaku.
Iya, setelah kenal dan suka dengan Wanita Penyihir itu, aku sekarang baru paham yang dimaksud oleh Mama. Ternyata wanita itu tidak selalu harus berawal dari penampilan dan kecantikannya saja, tapi juga dari apa yang seorang cowok lihat dari hatinya dan sifatnya. Lalu jika hanya Mama yang memperkenalkan aku tentang wanita, apa iya aku harus mengejar wanita dengan perspektif seorang wanita saja? Mama itu kan wanita, bukan lelaki."
---△---
24 November 2018 - Pukul 06:30, Adam tampak sedang mengisi aktivitasnya dengan berolahraga, Jogging. Semenjak berkali-kali terpukul dengan rasa tidak nyaman terhadap penampilannya sendiri dan demi kebugaran tubuh Adam yang mulai sedikit menyusut karena jadwal dietnya, Adam memang sudah menjalani jadwal rutin berolahraga non-kompetisi setiap hari Sabtu dan Minggu pagi.
Ugh ... capek! Pulang ah, udah satu jam juga.
Keringat yang tampak mengalir deras dari keningnya, membuat Adam ingin segera menyudahi aktivitas Joggingnya itu.
Sesampainya di rumah, Adam langsung duduk di teras untuk meregangkan kakinya sambil berjemur di bawah teriknya matahari pagi. Ketika sudah cukup rileks, dia pun segera melepas earphone-nya dan mematikan sports tracker yang masih terekam di Smartphone. Di saat yang sama, Adam melihat ada pesan WA yang masuk dari Papa.
"Dek, papa dan mama nanti malam mau nginep disitu."
"Tolong kamar papa diberesin dulu ya."
"Ya"
"Besok minggu pagi kita jogging gimana? muter UGM aja."
"Boleh"
Gue kalo chat dengan Papa atau Mama, jarang banget ngejawab panjang-panjang. Jarang juga curhat atau cerita tentang apa yang sedang terjadi hari ini dan kemaren. Karena biasanya endingnya cuma di ceramahin dan luasnya tuh bisa panjang kali lebar. Kan males....
Lagian, Gue dari dulu juga nggak pernah sama sekali ngobrol dengan Papa. Apalagi soal cewek, Papa nggak pernah berbagi cerita tentang masa remajanya saat mendekati wanita sebelum mama. Mana sempat?
Yang gue dapat selalu dari perspektif Mama yang selalu dikejar-kejar oleh banyak lelaki. Dengan sifat Mama yang dari dulu memang cuek, lelaki yang mendekati hanya dianggap sebagai teman bagi Mama dan yang berani maju untuk mendapatkan hati Mama lah yang menang, yaitu Papa. Jujur gue mulai bosan dengan cerita itu.
Hmmm ... malah ngelamun apaan lagi ini, mana rumah belum gue bersihin lagi. Udah lah mode fast cleaning aja. Bentar gue data dulu ... area kucing, cuci piring, buang sampah, nyikat kamar mandi, nyapu, ngepel, menata ulang barang-barang berantakan, terus ...? Kayaknya itu aja deh.
Okay kalo gitu, Satu ... dua ... tiga ...!
Adam pun langsung berlari masuk ke dalam rumah dan segera melakukan apa yang dia harus lakukan agar rumahnya tampak bersih.
30 menit kemudian, terdengar suara gesekan roda besi dari pintu gerbang depan.
greeeek!
....
...
..
dok, dok, dok...!
Adam yang sedang mencuci piring pun, bergegas mengambil alat pel dan membuka pintu agar tampak seolah-olah dia sedang membersihkan rumahnya.
Terlihat Papa dengan jaket kulitnya, berdiri di depan pintu.