"Semenjak pertama kali aku melihat kedatangannya, tidak ada rasa apapun yang hadir di dalam jiwaku yang tak pernah tersentuh ini, masih kosong seperti biasanya. Bahkan setelah aku melihatnya, dia hanya seperti wanita yang biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial. Lalu sekarang, kenapa aku bisa menjadi seperti ini?
Menjadi seseorang yang tiba-tiba ditempatkan di antara 2 pilihan, seakan-akan pilihan ini adalah penentuan buat masa depanku nanti. Pilihan untuk menyatakan semua perasaanku kepadanya atau hanya tetap diam dan menunggu waktu sampai aku benar-benar bisa mendapatkan perhatiannya. Tapi dengan melihat kondisinya, aku mulai sadar. Satu-satunya kesalahanku selama ini adalah, kenapa aku harus mengenal dia?"
---▽---
4 December 2018 - Semenjak Mita jarang mau ikut untuk di ajak makan siang bersama-sama, berkali-kali pula Adam terganggu dengan semua keresahan yang ada di dalam pikirannya.
Mana mungkin gue ceritain ini semua ke temen-temen? Lagian mau cerita ke siapa? Jangan sampe uneg-uneg ini terdengar ke orang yang salah, bisa gawat kalo Mita sampe tau kalo gue selama ini mencoba untuk PDKT ke dia.
Lagian memang dia mau sama gue?
Sebelum memasuki waktu jam makan siang, Adam berpindah tempat duduk dari kursi kerjanya dia ke kursinya mas Kurnia yang terlihat lama kosong karena di tinggal cuti. Di situlah Adam melihat Doni yang sibuk memainkan game Wibunya. "Eh Don, lu main Minecraft?"
"Iya, gue main di PC rumah," jawab Doni dengan masih terfokus untuk bermain game.
"Edisi apa?" tanya Adam.
"Enggak tau, memang ada edisi-edisian gitu?" tanya Doni.
"Ada, edisi Bedrock sama Java. Biasanya edisi Java yang lebih cepet ada updatenya," terang Adam.
"Emang itu bedanya gimana Dam?" tanya doni.
"Emmm gini, lu main di rumah itu ada launchernya nggak? Kalo pake launcher berarti itu edisi Java," jelas Adam.
"Oh, iya ada launchernya sih," ucap doni.
"Hmmm ... yaudah berarti itu edisi Java. Kalo lu punya edisi Bedrock kan kita bisa main online bareng," balas Adam.
"Emang yang Bedrock itu gimana sih?" tanya Doni kembali.
"Pokoknya kalo lu main di PC dan ada launchernya, nah itu Java edition. Kalo main di Smartphone atau di PC tapi nggak ada launchernya dan langsung ke aplikasi, nah itu edisi Bedrock. Kalo bedanya setau gue sih cuman masalah update fiturnya aja sih," terang Adam.
"Oh gue juga punya nih di sini. Udah lama sih, beli dari appstore," Doni menunjukkan aplikasi Minecraft di Smartphonenya.
"Oh ya? Coba online Don," sahut Adam.
"Bentar-bentar," balas Doni.
Doni pun segera membuka pengaturan yang ada pada game Minecraft di smartphone miliknya
"Dah coba...," ujar Doni.
Adam lalu mencoba untuk bergabung dengan Doni di permainan Minecraft namun gagal.
"Hmm ... kok nggak bisa join?" ucap Adam.
"Kayaknya memang harus satu koneksi deh," terang Doni.
"Coba, nanti lu tether koneksi Smartphone lu. Biar gue pake Wifi lu," jawab Adam.
"Bentar," ucap Doni.
Doni kembali menyibukkan diri dengan mengatur ulang gamenya. "Dah ... coba Dam!"
"Oke, bisa ...! Wah asik ini kalo bisa mabar Minecraft, yaudah lu matiin lagi aja. Kita mabarnya ntar sorean aja, setelah pulang. Cus maksi aja sekarang," Adam pun segera berdiri dan mulai berjalan menuju tangga turun.
"Oke," jawab Doni.
Tatapan Adam berpindah ke Muslim, "Eh Slim, maksi nggak?"
"Skip, mau ke kantor pos bentar," jawab Muslim.
"Oh yaudah," jawab Adam sambil menolehkan pandangannya ke arah Mita yang terlihat sibuk dengan monitor PC nya.
Yah masak cuman berdua sama Doni doang ... ngajak Mita, ntar paling yang ada gue cuma makan hati lagi. Dia kan biasanya nolak atau kalau diiyakan pun, paling dia ngajak Bangrud. Dasar gatel!
"Yaudah yok Don," ajak Adam.
"Kemana? Syahril lagi?" tanya Doni.
"Bosen. Ke Koh Po aja yok, yang depan bank itu," ucap Adam.