The Diary of The Unlucky Boy : B-Side

Jaydee
Chapter #14

Tatapan Jahat

10 Desember 2018 - Siang itu, Adam beserta teman makan siangnya kembali berkumpul di warung bu Syahril. Hanya saja pada saat itu, Adam tampak merasa bosan. Dia terdiam di tengah-tengah teman-temannya—Doni, Muslim, Mita dan Bangrud—sambil menunggu pesanan makanan mereka untuk di hidangkan. Adam saat itu benar-benar diselimuti oleh pikiran-pikiran negatif yang selalu muncul di kepalanya.

Cih! Sekalinya mau diajak makan siang bareng aja, fokusnya ke iblis bermuka dua itu terus!

Sikap yang ditunjukkan oleh Adam saat itu, terlihat seperti seekor serigala yang ingin segera menikam mangsanya. Tatapannya tajam, mulutnya melengkung kebawah serta genggaman tangan yang begitu erat, mulai terbentuk secara jelas. Secara tidak langsung, kebencian Adam yang menumpuk itu membuat hubungan pertemanan Adam terhadap Bangrud sendiri tidaklah sama seperti dulu lagi.

Doni dan Muslim saat itu hanya menyibukkan diri dengan game Wibu yang ada di Smartphone-nya mereka.

Kalo semua pada sibuk masing-masing, ngapain juga gue ikut makan disini?! Mana Mita sekarang udah nggak main Ragnarok lagi, gimana caranya gue curi perhatiannya lagi coba?

~...carilah cara lain...~

Udara panas yang terhantar dari arah jalan raya itu pun membuat Adam semakin muak dengan posisi dia saat ini, yang mana dia selalu menganggap bahwa dirinya sendiri tidak pernah berguna sama sekali di kelompok itu. Karena merasa jengkel, akhirnya Adam hanya menundukkan kepalanya sendiri.

Gue yang selalu berusaha menjadi pembeda di grup ini, nggak pernah mendapat perhatian dia sedikitpun. Sementara Iblis Gemini itu, yang kalem-kalem aja, selalu ditempeli dia terus! Mita ... apa iya kehadiran Mita di dalam kehidupan gue itu ada campur tangan dari sesuatu yang tidak bisa dijelaskan? Apa iya dia memang benar-benar seseorang yang ditujukan untuk menjadi pendamping hidup gue nantinya? Kalo iya, kenapa sampai sekarang gue belum bisa mendapatkan perhatiannya? Kalo nggak, kenapa perasaan gue benar-benar nggak mau mengalah? Berkali-kali, selalu ada sesuatu yang berbicara di dalam perasaan gue ini. Apa benar? Ini cuma suara keinginan gue sendiri atau jangan-jangan, kata-kata yang selalu muncul di dalam perasaan ini merupakan Nurani alias Suara Tuhan?

Dari awal memang gue nggak terlalu percaya dengan istilah jodoh itu di tangan Tuhan, apalagi jika satu sama lain nya belum saling mengenal pribadi masing-masing dengan baik. Tapi gue ini masih percaya dengan mukjizat, karma, takdir dan keberadaan sang pencipta, karena memang gue pernah mengalami kejadian-kejadian tanpa sebab itu berkali-kali. Yang gue takutin sekarang adalah, perasaan gue ke Mita saat ini jangan-jangan juga menjadi salah satunya dan gue sendiri tidak menyadarinya?

Gue yang tiba-tiba merasa sayang dengan Mita, apa itu juga kehendak yang diberikan sang Semesta? Mustahil! Ini pasti ada sesuatu yang belum terjelaskan!

Untuk kesekian kalinya gue merasa terkepung dengan urusan yang memang nggak bisa gue apa-apain ini. Mita kan masih single, cuma suka ganjen aja ke Iblis itu.

Apa gue coba ajak Mita untuk ngobrol aja ya, sekalian makan dimana gitu? Cuma kapan? Kalo tiap hari selalu ada kehadiran dari Iblis bermuka dua itu, kapan ada kesempatan buat ngomong? Anyway, sebentar lagi kan libur natal, sepertinya si Muka Dua itu bakal ambil cuti panjang deh, secara dia kan Nonis.

Saat itu Adam secara tidak sengaja melihat ke arah kirinya. Tampak Boris beserta komplotannya—Ipung dan Vini—sedang makan siang bersama di meja yang berbeda.

Oh iya, Mita terkadang juga makan bersama dengan mereka kan? Tapi sepertinya mereka cuma sekedar teman main aja deh. Tapi terakhir gue melihat Mita di kelompok mereka, Mita tampak jauh lebih bahagia dari yang biasa dia tunjukkan. Apa jangan-jangan ... Hmmm....

Karena cowok di kelompok itu terdapat 2 orang, yaitu Boris dan Ipung. Adam pun mulai menaruh perhatian untuk mencurigai mereka juga.

Boris dan Ipung ya? Setau gue, Ipung itu udah punya cewek. Suka mampir juga ke kantor kok ceweknya. Tapi Boris? Iya, sewaktu Anniversary kemarin aja dia masih sendirian, mana melototin Smartphone-nya terus lagi. Kalo dia masih single juga berarti ....

Apa mungkin...?

Kenapa gue jadi inget sesuatu ... Hmmm ... Mimpi ya? Apa gara-gara mimpi waktu itu? Nggak, nggak, itu cuma mimpi. Cih, ngapain juga gue mikirin kelompoknya Boris?

Adam pun segera mengalihkan perhatiannya kembali ke Smartphone-nya.

---▽---

Jam 5 sore pun tiba. Adam yang saat itu masih merasa kesal dengan posisinya sendiri, merasa harus segera pulang. Karena akhir-akhir ini, Mita sering sekali untuk bersua dengan Bangrud di sebelah meja kerjanya.

Daripada gue tambah kesel gara-gara cemburu-cemburu nggak jelas, mendingan pulang aja lah. Makan aja tuh senior Mit, gue nggak peduli!

Setelah Adam mematikan PC kantornya, dia sempat menghampiri Doni untuk mengobrol sebentar untuk memberitahu dia tentang film yang barusan Adam tonton beberapa hari yang lalu.

"Don, kemaren gue udah nonton Sebelum Iblis Menjemput loh, buatan Timo Tjahjanto," pamer Adam.

"Di Bioskop? Bagus nggak?" tanya Doni.

Dengan tersisanya perasaan cemburu yang hadir di dalam jiwa, Adam coba menjawab pertanyaannya Doni dengan sesekali melirikkan matanya ke arah Mita yang sedang bersama Bangrud. "Bagus ... tapi horrornya model-model poltergeist gitu ... gore dan sadis. Bukan ala-ala Pengabdi Setan-nya bang Joko Anwar, yang selalu menjual atmosfir yang menyeramkan."

Lalu Adam melihat Mita berdiri dari kursi kosong di sebelah meja kerjanya Bangrud yang selalu ia singgahi.

Oh jadi dia disana cuma ngobrol sebentar?

Mita pun berjalan kembali ke meja kerjanya dan tampak menyibukkan kembali dengan PC-nya. Saat itu, Putri, anggota dari tim lain datang untuk bercakap dengan dia. Muslim, yang duduknya berada di depannya Doni juga masih menyibukkan diri dengan PC-nya.

"Berarti model-modelnya kayak film horor barat ya Dam?" tanya Doni.

"Iya," jawab Adam.

Setelah beberapa percakapan antara Adam dengan Doni, terdengarlah suara Mita yang berbicara dengan Muslim, "Slim ikut makan enggak?"

"Kemana?" tanya Muslim.

"Ke Two Balls & Chicken," ajak mita.

"Yok," jawab muslim.

Mereka berdua memang sering makan sore bersama, gue tahu itu ... karena mereka sama-sama hidup merantau di kota ini. Jadi buat apa gue cemburu? Muslim kan juga udah punya cewek.

Saat itu juga, Mita mulai berjalan ke arah Bangrud dengan diikuti oleh arah pandangan Adam ke mereka berdua.

Cih, jadi si Iblis di ajak juga?

Lihat selengkapnya