The Diary of The Unlucky Boy : B-Side

Jaydee
Chapter #11

Persaingan Kosong

26 November 2018 - "Hida, kamu nanti cek di bagian checklist nomor 9.1 sampai 9.5 aja ya, nomor 9.6 biar di cek sama Fandy nanti," ucap Adam yang sedang berdiri di belakang kursinya Hida.

"Siap mas," jawab Hida

Okay, bagian checklist nomor 9 udah. Terus untuk semua device testing, udah ready semua belum ya?

Adam lalu berjalan menuju meja kerjanya Doni untuk memastikan kelengkapan device testing yang akan dipakai hari ini.

"Don, semua device udah lu cek di Gudang Hardware?" tanya Adam.

"Belum, ini cuma kurang tablet komputer aja sih. Katanya masih dicariin sama mas Gama. Kalo misal nanti nggak ada gimana Dam?" tanya Doni.

"Hmmm ... kalo misal nggak ada, nanti tak coba bilang Fandy deh. Gue suruh note aja di dokumen," ucap Adam.

"Oh ya udah," jawab Doni

Setelah selesai, Adam kembali berjalan menuju meja kerjanya untuk mengerjakan tugas bagiannya.

Huft, udah semua kan ya? Yaudah deh. Sebenarnya bisa saja gue kontak mereka-mereka ini melalui chat group, tapi kan gue butuh jawabannya segera. Lagian ini memang tanggung jawab gue kok. Gue harus bisa memastikan semua kerjaan kelar dengan baik dan sempurna. Tapi ... sebenarnya buat latihan gue aja sih, semisal bisa masuk dunia perfilman nanti. Pasti lebih melelahkan dibanding kerja disini.

Anyway, berarti ini gue dapat jatah buat ngerjain semua Checklist di nomor 8.1 sampe 8.6 ya? Sisanya Doni. Ewh, jadi PIC malah ikut ngerjain, tapi masalahnya, tim kita juga kekurangan orang sih. Bodo lah!

"Dam!" Adam lalu memutar kursinya ke arah belakang, terlihat Masrufi sedang berdiri menunggu jawaban Adam dari meja kerjanya. "Ini berarti kita cuma ngisi result masalah lancar apa nggaknya aja kan di kolom dokumen Stress test?"

Hmmm? Ya nggak cuma result aja sih, tapi memastikan di semua phasenya juga. Tak kesana aja deh.

Adam lalu berdiri lagi dan berjalan menuju meja kerjanya Masrufi.

"Mana sih? Hmmm ... Oh iya memang, tapi ntar kamu pastiin juga buat semua phasenya, siapa tau ada bug di phase tertentu," jelas Adam sambil mengarahkan Masrufi.

"Siap!" jawab Masrufi.

Adam kembali lagi ke meja kerjanya dan segera memasang earphone di telinganya.

Hmmm bentar ... Checklist nomor 8.1 itu tuh di bagian In App Purchase-nya ya. Coba gue kerjain satu persatu secara detail dulu, karena biasanya nih kalo....

"Dam, Adam," terdengar sayup-sayup suara Bangrud.

Cih, Iblis munafik ini nongol lagi, apaan sih?! Bodo amat lah, pura-pura aja nggak denger.

Dengan ayunan kepala yang seolah-olah sedang menikmati alunan lagu dan mata yang terfokus ke layar monitor, Adam lalu membuka pintu lokernya dia sendiri secara perlahan. Sehingga wajah Bangrud tertutup oleh pintu loker tersebut.

Bangrud memanggil kembali. "Dam!"

Karena tidak ada respon, akhirnya Bangrud pun menepuk bahu kirinya Adam.

puk...

Wajah Adam berubah kecut, ekspresi mukanya mirip seperti petarung UFC saat sebelum memulai pertarungan. Kekesalan yang Adam miliki itu membuat dia menarik earphonenya sendiri dan mulai merespon panggilan Bangrud dengan sedikit bentakan. "Haaa?! Apa?!"

"Dam untuk checklist nomor 8.8, ditempatmu, udah kamu kerjain?" tanya Bangrud.

Beh, kalo nggak karena kerjaan, bakal gue jawab 'Bukan urusanmu!'

Adam yang masih memendam rasa jengkelnya itu, mulai melihat layar monitornya sendiri secara malas.

"Yang ngerjain Doni. Kalo mau lebih lengkapnya, tanya aja ke dia," jawab Adam sambil berpaling dari Bangrud.

"Oh oke-oke," jawab Bangrud.

Huft, untung gue masih punya pikiran untuk tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Kalo nggak udah rame nih kantor. Cih, mau gimanapun juga ... rival akan tetap menjadi rival, tidak ada kata damai. Dan yang jelas sekarang, gue harus lebih aktif dari senior yang berada di sebelahku ini. Itu demi kebaikan gue sendiri di mata orang lain, khususnya Mita.

---▽---

27 November 2018 - Keesokannya, pukul 7:46 pagi, Adam yang biasanya datang terlambat pun sudah sampai di kantor. Saat itu, suasana kantor masih tampak sepi.

Cih, demi ngelawan senior doang, gue harus rajin begini. Mana masih ngantuk lagi. Brengsek!

Adam langsung bergegas untuk menyiapkan semua dokumen yang akan di kerjakan pada hari itu. Namun ketika melihat dokumennya, dia tiba-tiba teringat kalau semua pekerjaannya itu telah selesai diselesaikan kemarin.

Ah iya ... semua rules di Checklist bukannya sudah selesai dikerjakan semuanya ya? Sementara dari Developer juga belum ada informasi bahwa akan ada versi baru lagi buat Aplikasinya. Lantas, hari ini ngapain? Eh bentar, tapi ini ada test case-nya juga. Perlu di cek juga nggak ya?

Adam menolehkan kepalanya untuk melihat sekitarnya. Tidak tampak satu orang pun yang sudah hadir di tempat itu.

Beh, masih sepi, gue aja yang terlalu rajin ini. Bodo lah, gue mau buat email penugasan dulu buat yang lain. Nanti gue tinggal tanya mas Dika aja kalo dia udah datang.

Satu jam kemudian...

Adam yang tinggal mengirim email penugasan itu, merasakan ada hantaman lembut dari sebuah tas selempang di sandaran kursinya.

slak...

Tampak mas Dika yang baru datang ke kantor, berjalan secara cepat menuju meja kerjanya. Adam yang tahu bahwa mas Dika telah datang, segera membuka chat dan bertanya kepada pimpinannya itu.

"Mas, ini Test Case di Checklist ini nggak perlu di cek semua kan?"

"Nggak Dam, kita cuma cek bagian fiturnya aja"

"implemen apa nggak?"

"Yang Test Case nggak usah ... mati aja cuma 5 orang"

":D Oke"

Adam yang sudah mengetahui informasi itu, segera mengumumkannya di grup chat proyeknya.

"Itu semua checklistnya kan udah selesai,

"sementara belum ada versi baru dari developernya."

"Hari ini tasknya kalian, double check aja ya."

Ha~ah tahu gini, gue tadi datangnya nelat aja tadi.

Pukk...

Saat Adam masih setengah sadar, dia tiba-tiba merasakan pukulan lembut dari arah bahu kanannya. Adam tampak langsung menoleh untuk melihat ke arah datangnya pukulan itu, dimana Mita sedang berdiri sambil memeluk peralatan testingnya yang berupa Tablet Computer.

Hah? Mita?! Tumben?

"Eh Mas, tugasmu udah selesai?" tanya Mita.

Lihat selengkapnya