Lanjut dari kisah sebelumnya...
Setelah kenyang dan tinggal menghabiskan kopi yang masih tersisa sedikit, mereka berempat langsung membahas gosip-gosip yang beredar di kantor.
"Hahaha ... ngawur, aku tuh nggak sama Fanny ya," canda Adhi.
"Halaah udah ngaku aja kamu Dhi hahaha...," Adam coba memancing Adhi supaya tetap menjadi pusat candaan.
Adhi yang dari tadi tertekan, mencoba untuk melempar obrolan itu untuk membahas soal Denmas. "Eh, Putri jadinya gimana mas, Denmas?"
"Ecieee...," sambung Adam.
"Hahaha ... belum," jawab Denmas.
"Katanya Putri itu udah sama si Ridwan ya?" tanya Rahmat.
"Nggak tau, nggak jelas juga," jawab Denmas dengan senyum.
"Eh, oh iya. Kalo Mita, itu masih sama mas Dika nggak sih?" tanya Adhi dengan polosnya.
Ah sampe juga ke Mita, males sih. Tapi Mita memang setau aku memang Single. Enggak sama Bangrud, enggak sama mas Dika juga.
"Mita udah nggak sama siapa-siapa kok!" sahut Adam.
"Oh, gue kira ya udah sama Rudi," sahut Rahmat.
"Enggak, enggak! Mana ada? Bangrud kan cuma dianggep kakaknya doang," potong Adam yang tampak seperti tidak rela Mita di pasang-pasangkan.
"Yaaa ... tapi kan mereka memang sering terlihat makan siang bareng sama-sama ... nggak salah dong?" sela Rahmat.
Denmas yang tampak menghembuskan asap dari rokoknya itu menyela, "Mita itu udah sama Boris...."
Boris?!
Mendengar ucapan Denmas, Adam tiba-tiba terdiam tak bersuara. Tatapannya pun menjadi kosong, seakan-akan tidak bernyawa.
...
dug... dug... dug...
~...ingatkah?...~
Hah?
~...Firasatmu itu sebenarnya sudah mengatakan hal ini sejak sebulan yang lalu...~
Eh ... bentar ... loh ... jadi?
~...kamu itu gagal kembali, Adam!...~
Dengan jantung yang mulai berdegup kencang, Adam masih tampak memaksakan senyumnya agar tidak terlihat berbeda dari yang teman-temannya.
Ah mana mungkin sih hahaha...
"Ah nggak, ngada-ada kamu Mas," ucap Adam dengan nada yang sedikit rendah.
Dengan menatap serius serta menganggukkan kepalanya, Denmas berucap, "Yakin, kan aku duduknya sekarang pindah di depannya Boris. Jadi sering liat mereka itu suka pulang bareng malem-malem."
Malem ... malem?
dug... dug... dug...
...
Adam perlahan-lahan mulai mengepalkan kedua tangannya yang berada di atas lutut.
Pulang bareng? Bukannya Mita itu kosnya cuma di ... depan kantor?
bzzzt...
Seluruh tubuh Adam tampak merinding dan terasa lemas.
~...Adam...kamu itu sudah gagal, sudahlah...~
Nggak! Mana mungkin sih ... haha...!
Saat itu, Adam masih berkali-kali untuk menghibur dirinya sendiri agar bisa tersadar dari energi negatif yang menyelimutinya.
Aman kok, paling dia cuma jalan bareng sama kelompoknya Boris aja.
Namun karena jantungnya Adam sendiri mulai terasa sangat sakit seperti sedang terikat erat dengan tali tambang itu, Adam pun hampir tidak bisa menyadarkan dirinya sendiri.
dug...dug...dug...
~...Wanita yang seharusnya menjadi milikmu, sudah dijilat dan resmi menjadi milik orang lain...~
Enggak, enggak ... mana mungkin!
~...Wanita yang seharusnya menjadi pendamping kamu nanti, telah dibelai seluruh tubuhnya oleh orang lain...~