The Diary of The Unlucky Boy : B-Side

Jaydee
Chapter #24

The Black Day

16 Januari 2019 - Timnya mas Dika masih belum kejatahan untuk mengerjakan proyek apapun dan itu membuat semua anggota timnya sendiri tidak memiliki kesibukan pada hari itu.

"Assshhh ... kita Workshop aja yok, bosen nih, mau ngapain juga!" Terdengar mas Dika yang mengeluh dari meja kerjanya.

"Yok, aku ya bosen juga sebenarnya ... hahaha!" ucap mas Kurnia.

Akhirnya, semua anggota tim berkumpul di ruangan Playroom untuk mengadakan Workshop Internal yang bakal diberikan langsung oleh mas Dika. Ruangan Playroom ini memang tidak tersedia kursi dan meja, sehingga semua orang yang mengikuti Workshop tersebut tampak bebas untuk memilih tempat duduk secara lesehan.

Workshop pada hari itu pun berjalan dengan lancar.

Karena masih ada waktu yang tersisa, usai mengadakan Workshop, mereka semua melanjutkan kegiatannya dengan membuka gosip masalah-masalah di kantor akhir-akhir ini.

"Eh dengar-dengar, beberapa orang dari tim kita ada yang mau ditarik lagi Dik?" tanya mas Kurnia.

"Entah lah itu manajernya ... kayaknya sih iya. Dan kalau iya juga, paling yang diambil orang-orang yang belum ada setahun-dua tahun kerja disini Kur," jawab mas Dika.

"Loh dalam rangka apa mas Dik?" tanya Masrufi.

"Ya kemaren dari tim lain beberapa ada yang resign, jadinya tim lain itu kan butuh orang. Nah kebetulan juga, kita pas enggak ada projek, jadi yang kena sasaran ya tim kita lagi," jawab mas Dika.

"Loh enggak ngrekrut baru lagi toh?" lanjut pertanyaan dari Muslim.

"Enggak tau tuh!" jawab mas Dika yang tampak kesal.

"Wah berarti siap-siap aja nih hehehe...," ucap Masrufi.

"Hidaaa, hidaaaa, Handsemboi! Kamu mau enggak kalo misal dipindah?" Tampak mas Dika bertanya dengan penuh canda.

"Wah yang lain dulu mas ehehehe...," seringai Hida itu membuat semua menjadi tertawa.

"Hahaha ... kalo Hida maunya langsung jadi Manajer," sahut mas kurnia.

"Hahahaha...," Tampak semua orang di timnya mas Dika tertawa, kecuali Adam yang dari tadi tampak merengut.

Adam yang memang memilih untuk duduk di pojok ruangan, dari tadi hanya diam. Namun setelah mendengar berita gossip dari mas Kurnia itu pun, Adam langsung teringat tentang luka lama pada sistem manajerial kantor ini.

Pindah-pindahin aja semua! Bikin semua orang enggak nyaman di kantor sekalian! Buang-buangin aja semua orang di sini! Gue udah enggak peduli! Kalo gue enggak dipindah dulu, kan gue enggak se-frustasi gini hanya gara-gara cewek! Bangsat!

Setelah merasa cukup, mas Dika pun menutup Workshop pada hari itu. "Yaudah itu pikir besok ya. Sekarang kita balik aja ke meja masing-masing, udah jam ...."

"Eh bentar Dik, lha kamu jadi udah keterima di Bali?" sela mas Kurnia.

"Oh baru aja tes sih, belum ada kabar juga," jawab mas Dika.

"Itu tesnya gimana sih? Online?" tanya Masrufi yang tampak tertarik dengan pembahasan itu.

"Iya ntar kita tes dulu, terus dilanjut dengan interview online ... udahlah yok, ntar gue jelasin di chat grup," jawab mas Dika.

Anjir, kenapa yang lain udah bahas soal interview dan terima kerja? Pada semangat banget untuk mencari keuntungan di luar sana. Gue? Yang awalnya udah punya niatan cabut duluan, malah tersungkur tak berdaya disini.

Salah ... salah gue sejak awal sih. Seharusnya dulu tetap gue fokusin untuk studi otodidak di perfilmannya, syukur-syukur bisa cari pengalaman.

Di saat yang sama, Adam sekilas melihat Mita yang sedang duduk di sebelah Bangrud. 

Kenapa gue dulu malah ngejar-ngejar cewek ini ya? Enggak, enggak! Gue memang harus ngelupain Mita. Perasaan gue terhadap dia sudah terlalu Toxic untuk jiwa gue sendiri. Toxic karena gue benar-benar ingin memiliki dia, namun pada kenyataannya enggak bisa. Gue udah kalah. Dia benar-benar enggak tertarik sama sekali dengan gue, dia terlalu kejam buat gue, jadi buat apa gue harus memperhatikannya lagi? Nggak guna.

---▽---

"Otakku sepertinya sudah Dol. Akhir-akhir ini, aku benar-benar sudah tidak bisa lagi berpikir secara jernih. Semua energi positif yang masuk ke dalam pikiranku pun, seakan-akan tidak bisa menyentuh alam bawah sadar diriku sendiri. Saat itu aku benar-benar merasa tersesat, maju juga mau kemana, mundur juga sudah tidak bisa.

Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah menulis, menulis semua kekesalanku terhadap semua orang yang telah membuatku berada di posisi ini. Aku tahu ini adalah sesuatu yang negatif, tapi inilah caraku untuk membunuh semua rasa sesal yang selalu muncul di dalam Perasaan. Aku benci sebenarnya menulis semua hal ini, karena dasarnya ini tuh lebay banget. Tapi dengan begini, aku jadi sadar juga bahwa Drama lebay dan cerita cinta yang selalu kandas di akhir itu memang beneran sampah."

---△---

21 Januari 2019 - Adam masih tampak terbengong sendirian di meja kerjanya. Bangrud yang juga terlihat bosan, mencoba mulai menyapa Adam.

"Gimana Dam? Sehat?" tanya Bangrud.

Adam yang tampak tidak semangat, hanya menjawab dengan pelan. "Ha? Emmm ... sehat."

"Baguslah," ucap Bangrud.

Lihat selengkapnya