The Diary of The Unlucky Boy : B-Side

Jaydee
Chapter #30

Mencoba Berdamai

"Apa yang akan terjadi di dunia ini, memang tidak ada yang pernah tahu. Aku yang memang sudah waktunya melupakan dia pun, sekarang hanya sebatas perkataan saja. Rasa yang sudah terlanjur aku pahami ini, tiba-tiba menjadi sulit untuk dilepaskan. Bahkan dengan curhatan pun, aku tak mampu untuk membuang sesal terhadap diriku sendiri. Aku jadi merasa bodoh, karena untuk menghadapi masalah anak kecil saja, aku tak sanggup. Ketidakrelaanku ini, seakan-akan mengajakku untuk menabur benih-benih sayap agar bisa tumbuh di belakang punggungku untuk kehidupan yang lebih menenangkan.

Aku selalu mendadak depresi ketika bertemu dengan hal yang tidak ada ujungnya sama sekali. Bahkan hampir berbau fiksi, fiksi karena berharap dengan seseorang yang aku juga belum mengungkapkan satu kata pun ke dia. Menunggu pendamping hidup yang berumur seperempat abad untuk putus dengan cowoknya itu, hampir sama dengan menunggu kereta api yang bisa terbang ke bulan. Aku pikir memang gampang untuk melupakan hal itu, namun aku salah. Ternyata memoriku tentang dia selama ini, masih belum bisa dilupakan. Ternyata aku masih belum bisa merelakan dia pergi bersama orang lain."

---▽---

8 Juli 2019 - Di waktu makan siang, Muslim berencana untuk mengajak anak-anak baru untuk bermain Werewolves. "Don! Werewolves yo?"

"Di mana?" tanya Doni.

Muslim pun segera berdiri dan menghampiri mejanya Doni dan Adam. "Di Playroom aja yok, sama anak-anak baru!"

"Yo!" sahut Doni yang langsung berjalan menuju Playroom.

Adam yang masih fokus untuk menonton film di meja kerjanya, langsung diajak oleh Muslim saat itu juga. "Dam! Ayok, Werewolves! Kesukaanmu kan ini?!"

Adam yang masih menaruh perhatiannya untuk menonton film, segera mencabut earphone di kedua telinganya dan menoleh ke arah belakang. "Hah, serius? Ayok! Bentar-bentar...." Adam yang tampak mulai bergairah, segera menutup pemutar video dan aplikasi di PC-nya.

Namun di saat yang sama, Adam melihat bayangan Mita yang sedang berjalan menuju area timnya.

Hah? Mita ikut juga?

...

Mita memasuki area timnya mas Kurnia dan bertanya kepada Muslim. "Eh jadi ndak?"

Ck! Bodo lah! Mending gue nonton lagi aja.

Tanpa melihat ke arah Mita, Adam langsung menyegerakan diri memasang earphone di telinganya dan memposisikan diri untuk membelakangi arah datangnya Mita.

"Jadi dong," ucap Muslim sambil berjalan ke Playroom.

Ya sana, main sana ... gue nggak ikut dulu, gue mau nonton film aja. Gue capek kalo harus nggerus terus. Dulu pas dia single, nempel terus ke Bangrud, sekarang...? Beh! Males! Ya sana lah! Sana main sana! Mereka kan temen-temenmu juga. Biarin gue aja yang ngalah. Gue kan nggak pernah pernah dilihat sama dia, memang dia peduli sama gue? Nggak! Yang ada gue selalu ....

puk...puk...!

Adam merasakan ada ketukan jari di bahu kanannya.

Gilak Muslim nih ... ngebet banget kayaknya dia buat ngajak gue ikut main.

Di saat yang sama, Adam segera memutar kursi kantornya untuk menuju ke arah ketukan jari itu.

Hmmm? ... Eh?

Usai memutar kursi, Adam hanya melihat Mita yang sedang berdiri di depannya saat itu.

Hah!

Adam tampak terdiam melihat Mita yang begitu modis dengan segala pakaian hitam dan sneakersnya yang berwarna putih.

"Ikut ndak?" tanya Mita dengan senyum.

dug...dug...dug...

~...Jawab!...~

"Emm ... nggak deh, aku mau nonton film aja," jawab Adam.

Dengan mengangguk-anggukkan kepalanya, Mita segera berbalik arah untuk berjalan menuju Playroom. "Yaudah."

~...Adam, kenapa kamu tidak ikut?...~

Di saat Mita menjauh, Adam hanya memandanginya dengan wajah yang sendu.

dug...dug...dug...

Mita ... kamu cantik sekali hari ini. Maaf ya Adam, aku memang bodoh.

Beberapa hari pun berlalu.

11 Juli 2019 - "Don, lu lulusan Broadcast kan? Lu ada nggak? Kenalan orang-orang dari perfilman gitu?" tanya Adam sambil mengaduk makanannya.

Lihat selengkapnya