Memilih pamit undur diri dari tengah keramaian, Harry kemudian berjalan menuju rooftop dan terduduk di tembok pinggiran gedung sambil menikmati rokok yang terapit diantara kedua bibirnya.
Hening begitulah kiranya suasana di atas gedung ini, namun suara decitan pintu terbuka mencuri perhatiannya sehingga dia menoleh kearah sumber suara dan mendapati wanita yang telah menyakiti hatinya berjalan santai dengan memeluk dirinya sendiri kearah Harry.
Memilih membuang pandangan dan kembali menikmati rokok, dari sudut matanya terlihat wanita itu membuka heels yg dia kenakan dan tiba-tiba saja dengan nekat berusaha naik untuk terduduk di sisi Harry.
Melihat hal tersebut Harry pun dengan sigap mengulurkan tangannya dan ketika ingin mengambil posisi duduk, dengan hati-hati Harry memegang pinggul wanita itu sehingga wanita itu kemudian tersenyum.
"Terimakasih" ungkap Kendall.
"Pakai ini, disini dingin" tegur Harry seraya mengulurkan jas hitam miliknya dan diindahkan oleh Kendall yang lantas menuruti perintah Harry.
"Maaf" sesal Kendall seraya menatap lekat-lekat raut wajah Harry yang nampak marah dan kecewa.
"Lupakan saja, Ken. Sepertinya takdir memang tidak mengizinkan kalau kita bersama" jelas Harry terdengar pasrah dan hal ini membuat Kendall merasa sangat bersalah.
"Bersama dengan kamu adalah hal yang paling aku inginkan Har" jujur Kendall dari dalam lubuk hatinya dan hal itu membuat Harry merasa geli mendengarnya.
"Berhenti bicara omong kosong Ken" ucap Harry defensive dan di detik kemudian Kendall menyandarkan kepala di bahu Harry.
"Apa aku harus tetap menunggu kamu di Paris akhir tahun nanti? " tanya Kendall penuh pertimbangan.
".." hening.
Tidak ada jawaban pasti yang keluar dari mulut Harry, sehingga dengan kewarasannya Kendall mengumpulkan keberanian untuk memberitahu berita buruk untuk mereka berdua.
"Aku akan menetap di New York bersama Zayn, tunanganku" jelas Kendall dengan berat hati seraya menggenggam erat tangan Harry.
"Kalau begitu hiduplah dengan bahagia" jawab Harry yang sudah merasa muak dan memilih untuk memastikan rokoknya.
"Apa itu artinya tidak ada harapan untuk kita?" tanya Kendall yang lantas menatap mata Harry dengan penuh harapan.
"Tidak perlu bicara perihal harapan, Ken. Memangnya apa yang bisa aku harapkan dari wanita yang sudah menjadi tunangan orang lain?" sarkas Harry seraya membalas tatapan Kendall yang nampak terluka, lalu Harry melepaskan genggaman tangan Kendall dan bangkit dari keterdudukan.
"Harry tunggu, aku bisa jelaskan" cegah Kendall yang kini terburu-buru untuk turun.
"Harry tunggu! Aw" panggil Kendall lirih karena kini dia terjatuh ketika ingin melompat dan menyebabkan kaki kirinya terkilir.
Menutup mata dan menghentikan langkah kakinya karena suara riuh di belakangnya, Harry tau bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi pada Kendall.
Tapi sungguh, Harry sudah tidak bisa mengontrol emosinya setelah dengan terang terangan Kendall menegaskan statusnya yang merupakan tunangan dari sahabat lamanya.
Hancur.
Itulah yang Harry rasakan sekarang, hatinya sakit menerima kenyataan yang ada. Ditambah, kini dia harus mendengar isak tangis Kendall yang sepertinya sangat kesakitan.
"Harry, aku mohon. Dengarkan dulu penjelasanku" pintanya yang kini terisak menahan sakit di kaki dan hatinya.
Mendengar suara pintu diujung sana terbuka, tatapan Harry dan Kendall pun tertuju kearah dua orang yang tidak ingin mereka temui disana.
"Kendall! " panggil Zayn yang langsung berlari kearah Kendall yang terduduk sambil memegang kaki kirinya.
"Aw sakit!" protes Kendall ketika Zayn menyentuh kaki nya.