The Director

Annisa Fitrianti
Chapter #7

So Cold

Kecewa, sedih, marah dan bingung itulah yang tengah Taylor rasakan saat ini sehingga satu-satunya cara untuk melepaskan perasaan tersebut adalah dengan cara menangis. 

Meminta waktu untuk sendiri dan tidak lagi mendapat pengawalan dari para bodyguard pribadinya, Taylor lantas melangkah memasuki lobby kantor milik keluarganya.  

Dia sudah tidak perduli lagi dengan bagaimana tatapan semua orang terhadapnya, sebab yang ingin dia lakukan saat ini adalah mengadukan semua perlakuan Harry kepada ayahnya. 

Dan bertepatan dengan itu, Louis yang yang baru saja selesai menghadiri rapat mingguan dengan ayah Taylor berjalan keluar dari lift. Dirinya seketika merasa tertampar ketika melihat pipi Taylor banjir air mata dan kedua mata itu nampak sembab. 

"Ty, what happen?" tanya Louis begitu khawatir seraya berjalan menghampiri Taylor yang kini nampak tertunduk dalam posisi berjongkok dengan tangan berkumpul di lutut. 

Mendengar seseorang memanggilnya dengan panggilan tersebut, Taylor lantas buru-buru menghapus air mata di kedua pipinya kemudian barulah dia menoleh kearah orang tersebut dan buru-buru berdiri. 

Sebab, dia tau bahwa seseorang yang memanggilnya dengan nama kecilnya merupakan orang yang benar-benar dekat dengannya. Oleh karena itu, dia tidak ingin membuat orang tersebut merasa khawatir. 

Sialnya, mengingat hal tersebut membuat hati Taylor semakin perih karena dia baru sadar bahwa selama ini Harry tidak pernah memanggilnya dengan nama kecilnya itu. 

"Kenapa menangis?" tanya Louis sekali lagi yang mana sudah berada tepat di hadapan Taylor. 

Merasa tidak mampu menjawab pertanyaan Louis karena terlalu sakit untuk menjelaskannya, Taylor lantas memeluk Louis dengan erat dan menenggelamkan wajahnya di dada Louis. 

Tenang

Kata itulah yang selalu Taylor rasakan ketika dia berada di dekat Louis, sebab memang sedari kecil Louis lah yang selalu ada dan siap pasang badan untuk Taylor. 

Pasalnya mendiang ayah Louis sendiri merupakan orang kepercayaan kakek Taylor, sedangkan mendiang Ibu Louis adalah sahabat dekat Ayah Taylor.

Sehingga, pasca musibah pesawat jatuh yang di alami oleh kedua orang tua Louis membuat Louis kemudian di besarkan oleh Ayah Taylor dan karena itu Taylor sudah menganggap Louis seperti kakaknya sendiri. 

Namun, semua berbanding terbalik dengan apa yang Louis rasakan selama ini terhadap Taylor. Cintanya kepada Taylor layaknya pria terhadap wanita, bukan seperti kakak untuk adiknya. 

Ditambah lagi kini Taylor memeluknya dengan erat, hal itu mampu membuat perasaan Louis begitu campur aduk dibuatnya. Louis bingung, apakah dia harus sedih atau senang. 

Sehingga, kini dengan hati-hati Louis mengusap bagian belakang kepala Taylor seraya mengatur nafasnya yang sesak karena merasakan tubuh Taylor bergetar dalam pelukkannya akibat menangis. 

"Tenanglah, aku disini" ujar Louis yang mencoba untuk menenangkan Taylor. 

"Aku harus bagaimana Lou?" tanya Taylor seraya mengendahkan kepala untuk menatap iris mata berwarna biru milik Louis yang sama seperti miliknya. 

Louis mengerti sekarang kemana arah pembicaraan mereka dan sepertinya semua ini ada hubungannya dengan Harry yang berniat mengakhiri hubungannya dengan Taylor. 

"Kalau kamu memang merasa sudah lelah, maka jangan diteruskan" saran Louis yang kini menatap lembut Taylor. 

Lihat selengkapnya