The Director

Annisa Fitrianti
Chapter #9

Hurting Me, Hurting You

Malam panjang telah berlalu, hari baru pun di mulai dengan pagi yang dingin dan cuaca yang buruk karena badai salju akan berlangsung selama beberapa jam ke depan. 

Sejak semalam Zayn bergabung di satu ranjang yang sama dengan Kendall dan keduanya saling berpelukan, hal ini sudah lama sekali tidak mereka lakukan dan semua itu karena Kendall menjauh pasca Zayn ketahuan berhubungan kembali dengan Selena di belakang Kendall. 

Kejadian itu sudah 1 tahun berlalu dan katakan lah itu hukuman bagi Zayn, namun kini Zayn sudah tidak sanggup lagi mengikuti amarah Kendall. 

Sudah cukup 1 tahun Zayn memaklumi kemarahan wanitanya itu, kali ini tidak lagi. Sebab, semakin Zayn mengikuti amarah Kendall maka wanitanya itu akan semakin menjauh dan terluka. 

Dan dia tidak ingin menyesal di kemudian hari. 

"Good morning Ken" sambut Zayn seraya mengecup pucuk kepala Kendall saat wanitanya itu terbangun dan membuka mata. 

"Mau minum?" Tawar Zayn memecah keheningan karena Kendall hanya menatapnya tanpa berucap. 

Namun, wanita nya itu hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. Takut, itulah yang Zayn rasakan saat ini karena dia tidak ingin kalau kehangatan yang terjadi diantara mereka semalam kembali berubah. 

Zayn kemudian mengeratkan pelukannya dan menjatuhkan keningnya ke kepala Kendall, demi Tuhan Zayn sudah bingung harus melakukan apa lagi karena dia yakin Kendall pasti sangat bosan mendengar perkataan maaf darinya. 

"Kapan aku bisa pulang?" Tanya Kendall dengan tatapan lurus. 

"Hari ini, tapi badai salju akan berlangsung selama beberapa jam kedepan. Jadi, kemungkinan kita akan berangkat ke New York setelah badai usai" jelas Zayn dengan ragu. 

Namun, respon Kendall kali ini berbeda bukan lagi sebuah penolakan untuk kembali menetap di New York melainkan sebuah anggukan kepala tanpa protes dan Kendall memilih bersandar ke dada Zayn. 

Walaupun bersikap demikian, Zayn bisa melihat sekilas bahwa mata Kendall menunjukkan penolakan dan mimik wajahnya penuh rasa tidak suka. 

Bedanya kali ini Kendall hanya diam. 

"New York akan selalu menjadi tempat untuk kita pulang Ken" ungkap Zayn seraya menyelipkan anak rambut ke telinga Kendall. 

"Tapi aku tidak ingin menghabiskan masa tuaku di kota itu" jelas Kendall begitu sarkastik. 

"Bukannya selama ini kamu selalu memimpikan untuk menghabiskan masa tua di New York?" Tanya Zayn yang nampak terkejut dengan penjelasan Kendall. 

"Tidak lagi, setelah banyak kejadian menyakitkan yang aku dapatkan disana" ungkap Kendall dengan suara yang terdengar berat untuk di katakan. 

Deg. 

Seketika, memori Zayn terputar mengenai banyaknya kejadian yang mereka alami 1 tahun yang lalu di kota itu. Ternyata memang benar, karena banyak kejadian menyakitkan yang mereka alami New York bukan lagi rumah untuk Kendall.

"Zayn boleh aku meminta sesuatu?" Tanya Kendall dengan perasaan yang sudah campur aduk dan menahan air mata karena tidak sanggup jika mengingat kejadian 1 tahun silam. 

"Katakan" Jawab Zayn dengan berat hati dan sedikit takut akan permintaan Kendall. 

"Aku tidak ingin kembali tinggal di apartement kita dulu" pinta Kendall seraya menyingkir dari dekapan Zayn dan kini mereka saling bertatapan dalam. 

"Baiklah, aku akan persiapkan apartment baru untuk kita tinggal" sanggup Zayn seraya menggenggam erat tangan Kendall dan mengecup kening wanitanya itu. 

Menatap gamang ke arah hamparan jalan yang sepi akibat badai salju, sesekali Harry menyeruput kopi hangat di hadapannya dengan raut wajah murung. 

Sejak semalam dia memutuskan untuk menetap di sebuah cafe dekat rumah sakit tempat Kendall di rawat, bukan karena dia terjebak badai salju tetapi karena memang dia tidak rela menjauh dari sisi Kendall.

'Badai salju di kota London telah berakhir dan peringatan untuk masyarakat menetap di dalam ruangan telah di cabut, beberapa jalan pun sudah bisa di akses terutama jalan menuju bandara dan pelabuhan. Sekian berita terkini, saya batrice mengabarkan'

Meraih kunci mobil di atas meja dan bangkit dari keterdudukan, Harry kemudian keluar dari cafe dan menuju ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari mobil Zayn berada karena semalam Harry membuntuti mobil Zayn. 

Langkahnya pun terhenti ketika melihat Zayn mendorong kursi roda Kendall ke arah mobil mereka dengan di dampingi bodyguard, menyadari keberadaan Harry seketika pandangan keduanya pun bertemu namun Kendall lantas membuang pandangannya ke arah lain. 

Mendapati hal demikian hati Harry kini terasa sakit, ditambah tubuhnya panas ketika melihat Zayn dengan terang terangan mencium pucuk kepala Kendall di tempat umum. 

Mengepalkan tangannya dengan erat, Harry yang ingin melanjutkan langkahnya kearah Kendall dan Zayn di depan sana tiba-tiba terhenti karena Taylor lebih dulu ada di hadapan mereka. 

Lihat selengkapnya