31 Desember 2022
Restaurant Madame Brasserie
At Paris.
Memenuhi janji untuk bertemu dengan Kendall diakhir tahun ini, sejak dua hari yang lalu Harry bahkan telah memesan kursi di restaurant ini untuk mereka bersamaan dengan pesan yang dia kirim kepada Kendall.
Jujur saja, didalam lubuk hati Harry sangat gelisah dan pikirannya seperti terkuras karena sibuk memikirkan semua kemungkinan pahit yang harus terjadi. Terlebih, Kendall belum memberikan kepastian apakah wanita itu akan memenuhi janjinya malam ini atau tidak.
Menenggak wine yang tersisa di gelasnya, Harry kemudian melangkah keluar hotel seraya sibuk membalas pesan yang Taylor kirim. Pada akhirnya Harry memutuskan datang terlambat untuk ikut bergabung merayakan rutinitas pergantian tahun bersama label Truss Music Group karena ada keperluan lain. Yang tidak lain adalah untuk menemui, Kendall.
Usai membalas text, disimpan lah ponselnya ke saku dan lantas dengan cekatan mengemudikan mobil untuk menuju lokasi. 15 menit menempuh perjalanan, Harry kemudian memasuki area restaurant dan terduduk di tempat yang telah dia pesan.
Menit demi menit berlalu, Harry masih setia menunggu dan sesekali menyesap wine yang sebelumnya dia pesan. Sedangkan pikirannya terbang bebas, memikirkan hubungannya dengan Taylor dan perasaannya pada Kendall.
Sejenak memandangi langit kota Paris yang nampak cantik karena dihiasi dengan cahaya kembang api, matanya kemudian lekat lekat menatap pantulan kaca, sepersekian detik dia menoleh dan bibirnya mengembang sempurna kala mendapati sosok yang dia tunggu ke hadirannya.
"Maaf membuat kamu menunggu lama" sesal Kendall seraya membuka kedua tangannya untuk memegang bahu Harry serta mengecup pipi kanan dan kiri Harry.
"Take a sit, Ken" ujar Harry setelah sebelumnya menyambut Kendall dengan hangat dan dengan cekatan Harry lantas mengangkat jarinya ke arah waitress.
"Red, White or Rose wine?" tanya Harry yang kini menatap lekat Kendall di hadapannya.
"Rose wine" jawab Kendall kepada sang waitress kemudian barulah kembali menatap Harry dengan menyinggung senyum.
Setelah sepeninggalan sang waitress Kendall pun sudah siap untuk membuka obrolan diantara mereka, namun Harry justru lebih dulu memulainya.
"Bagaimana hubungan kalian?" tanya Harry to the point sangat mewakili pertanyaan yang juga ingin Kendall berikan kepada Harry.
"Baik" jawab Kendall seadanya karena dia tidak ingin menyakiti hati Harry dan memberikan kesan buruk di akhir pertemuan mereka ini.
"Wajah kamu bahkan menunjukkan sebaliknya, Ken" goda Harry lengkap dengan senyum di bibirnya walaupun Kendall lihat betul ada sorot mata kesakitan yang coba Harry sembunyikan.
"Kamu sendiri bagaimana dengan Taylor?" Alih Kendall yang penasaran dan tidak lepas menatap detik demi detik perubahan ekspresi di wajah Harry.
"Aku akan mengakhiri semua yang berkaitan dengan dia dan menetap di Los Angeles" jelas Harry seraya menyesap wine dalam gelas miliknya.
"Mereka semua tidak mungkin membuat mudah apa yang sudah menjadi keputusan kamu ini Harry" jelas Kendall seraya menggenggam tangan Harry dengan perasaan khawatir akan tindakan kejam yang bisa penguasa Truss Music Group lakukan pada Harry.
Mengetahui betul bahwa label musik terbesar di dunia itu memiliki kendali yang penuh, atas industri musik dan hiburan Amerika. Bukan hanya pekerja seni tapi hirarki atas juga ikut terancam, atas kelicikan dan kekejaman yang dilakukan Simon Truss.
Banyak pekerja seni yang masuk dan tidak bisa keluar dengan mudah dari label Truss Music Group, termasuk Kendall yang merupakan si ratu pesta. Kalau bukan karena power yang dimiliki Zayn dan Mr. Payne, sampai detik ini mungkin Kendall masih menjadi ratu pesta di dalam pesta rutin itu.
Walaupun mereka belum menjalin hubungan ke jenjang yang serius, tetapi bukan hanya urusan ranjang saja yang sudah mereka bagi melainkan juga cerita hidup keduanya.
Bahkan, kenyataannya sampai detik ini komunikasi diantara Harry dan Kendall masih berjalan dengan baik. Walaupun, tidak selalu intens karena Zayn selalu mengawasi gerak gerik Kendall.
"Aku akan melawan mereka bagaimana pun caranya Ken. Yang terpenting semua ini harus selesai. Aku tidak mau di perbudak lagi, aku ingin bebas menjalani hidup ini" keluh Harry dengan perasaan sesak membayangkan rutinitas yang harus dia lakukan setiap akhir bulan.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Kendall menatap mata sendu Harry dan diamati baik baik raut wajah kacau pria itu.
"Meminta kamu untuk menjadi pendamping aku selamanya rasanya mustihil ya, Ken?" tanya Harry membalas tatapan mata Kendall dan itu cukup berhasil membuat hati Kendall mencelos luruh.
"Karena pada akhirnya kamu tetap memilih bersama Zayn.." lanjut Harry yang terdengar berdengus namun bibirnya tetap menyinggung senyum.
"Harry please..." mohon Kendall agar Harry tidak membahas hal yang menyakiti diriny sendiri karena sebenarnya Kendall juga masih kesulitan menyingkirkan perasaannya kepada Harry.
"Kenapa kamu memilih menyerah dengan hubungan yang bahkan belum kita mulai dan memilih mencintai pria yang sudah jelas masih mencintai mantan istrinya, Ken?" tanya Harry yang menggenggam erat serta mengecup lembut kedua tangan Kendall.
"Jujur saja aku tidak ingin menyerah dengan hubungan kita Har, aku sangat suka dicintai oleh kamu. Tapi, aku juga mencintai Zayn. Bahkan, aku mencintai kalian berdua. Tapi, biar bagaimana pun aku telah terikat sumpah darah bersama Zayn" ungkap Kendall yang juga menggenggam erat tangan Harry karena dia tidak ingin pria di hadapannya ini pergi dari hidupnya.
"Dan kesimpulannya, kamu tetap memilih Zayn kan?" tanya Harry menarik inti dari jawaban yang Kendall berikan.
"Kami terikat Har" bantah Kendall putus asa.
"Aku mengerti Ken. Untuk itu mulai saat ini jaga diri kamu baik-baik. Aku harus pergi sekarang, Ken" ucap Harry seraya menepuk nepuk punggung tangan Kendall seolah memberi kekuatan pada wanita pujaannya padahal Harry sendiri sangat putus asa sekarang.
"Aku benci di tinggalkan!" protes Kendall dihiasi dengan air mata yang sudah membasahi pipi dan tubuhnya begetar hebat tepat ketika Harry memilih berdiri dari keterdudukannya.
"Kamu sudah memilih Zayn, aku bisa apa? Aku tidak punya pilihan lain." jawab Harry yang juga ikut menitihkan air mata tepat di hadapan Kendall dengan posisi berjongkok seraya dengan lembut menghapus air mata dipipi Kendall dengan jarinya.
"Rebut aku dari Zayn, curi hatiku lebih banyak dan tunjukkan kepadaku kalau kamu jauh lebih mencintai aku dari pada Zayn. Bagaimana pun caranya, terserah. Tapi jangan meninggalkan aku seperti ini tanpa berjuang, Har" protes Kendall yang semakin menangis dan dengan erat menggenggam tangan Harry yang sedari tadi mengelus pipinya.
"Please, perjuangkan aku!" Pinta Kendall dan berhasil membuat Harry bangun dari posisinya untuk memeluk erat Kendall.
"Apa isi sumpah darah kalian?" tanya Harry yang masih setia memeluk Kendall dan menaruh posisi kepala tepat di lekuk leher Kendall.
"Kami berjanji untuk tidak akan meninggalkan satu sama lain dan akan mencari bahagia kami bersama. Namun, apabila kami ingkar maka maut yang memusnahkan kami" jawab Kendall dengan nafas tersenggal senggal akibat menangis.
Melepas pelukannya dari Kendall, kini Harry menangkup wajah Kendall dan menyingkirkan anak rambut di wajah wanitanya itu. Di tatap nya dengan lekat dan lembut kedua iris mata Kendall.
"Kalau begitu jangan tinggalkan Zayn, Ken" pinta Harry membuat Kendall lantas tertunduk lemah dan kembali menitihkan air mata.
"Dan kamu menyerah?" tebak Kendall dengan suara begetar.