The Director

Annisa Fitrianti
Chapter #13

Let It All Go

1 Januari 2023

European Hospital Georges Pompidou

At Paris


Menit demi menit berlalu, kejadian begitu cepat terjadi. Beruntung ambulance dan polisi telah berada di tempat kejadian sehingga Kendall, Zayn dan Harry segera dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Sedangkan, pria yang menjadi pelaku dari penembakan Zayn dan Harry lantas ditangkap oleh pihak berwajib guna dimintai keterangan atas tindakannya tersebut. 

Mendapat perawatan intensif di ruangan yang terpisah, Kendall sendiri merupakan korban yang tidak terlalu parah kondisinya jika secara fisik. Berbeda dengan kondisi Zayn dan Harry yang kini tengah berjuang melawan masa kritis akibat luka tembakan di tubuh mereka. 

Beruntungnya pihak rumah sakit begitu cepat tanggap dalam memberikan kabar kepada pihak keluarga atau pun wali, sehingga pasien dapat segera dilakukan tindak medis lebih lanjut karena telah mendapat persetujuan. 

Melakukan beberapa prosedur check up medis, Kendall satu satunya korban yang boleh dipindah ke ruang rawat inap. Sedangkan, Zayn dan Harry masih harus berada di ruang ICU karena masih harus membutuhkan pengawasan secara berkala. 

Beberapa jam telah berlalu, masing masing pihak keluarga pun telah datang untuk mengetahui bagaimana kondisi anak-anak mereka di ruangan masing-masing. 

"Aauu" rintih Kendall karena merasakan sakit di sekujur badannya terutama punggung akibat kecelakaan mobil yang dia alami bersama Harry. 

"Kendall, Oh God Thank's" ungkap Kim seraya menekan tombol Nurse Call. 

"Dimana Zayn dan Harry, Mom? Bagaimana keadaan mereka? Apa mereka baik baik saja?" tanya Kendall yang masih setengah sadar dengan perasaan khawatir sekaligus takut. 

"Semua akan baik baik saja Ken" ujar Kim dengan kalimat penenang sebab dia tidak ingin putrinya histeris dan kondisinya kembali drop. 

"Aku ingin melihat mereka, Mom" pinta Kendall seraya bergerak memaksakan diri untuk berposisi duduk tanpa memikirkan sakit di area punggungnya. 

"Miss kondisi anda masih harus banyak istirahat, bersabar ya. Nanti kalau tenaganya sudah pulih pasti saya antar untuk melihat Tuan Zayn dan Tuan Harry" ujar perawat seraya menyandarkan kembali tubuh Kendall untuk berbaring di ranjang.

"Ini semua salah aku Mom. Harusnya aku tidak diam diam menemui Harry. Dan harusnya aku tidak pernah masuk dalam hidup mereka. Pasti keadaannya tidak sampai seperti ini" rintih Kendall menyalahkan dirinya sendiri akibat syok berat yang dia alami dengan tangis yang pecah.

"Kendall jangan berpikir seperti itu" sanggah Kim seraya mengusap dahi Kendall penuh dengan kasih dan berlinang air mata. 

"Istirahat ya Miss" ujar perawat setelah selesai menyuntikkan obat penenang di selang infus Kendall. 

"Terimakasih" ujar Kim yang sejenak menoleh kearah perawat namun kembali fokus mengamati wajah Kendall yang nampak pucat, serta memar di sudut bibir dengan perasaan sesak. 

Di tempat yang berbeda terlihat seorang wanita berambut cokelat dengan mata sendu, nampak terduduk lemah di depan kaca ruang ICU dengan tangan mengusap berulang kali dadanya yang seakan sesak melihat Zayn nampak terbaring dengan banyak alat di tubuhnya. 

Tidak ada lagi perasaan marah dan kecewa dalam hati, justru kali ini wanita itu sangat berharap agar Zayn bisa segera siuman dan dia bahkan berjanji tidak akan lagi memberi batasan pada Zayn untuk menemui Cheryl. 

Demi Tuhan, usia Cheryl masih sangat kecil jika harus merasakan kehilangan peran Zayn sebagai ayahnya. 

"Kita harus segera mendapat pendonor untuk Zayn, Pa" desak Sergio begitu putus asa menatap Zac Hubert dihadapannya.

"Kakakmu bukan pria lemah, Gio! Dia pasti bertahan" tampik Zac yang memandang Zayn melalui kaca pembatas dengan harapan besar. 

"Pendonor apa?" tanya Selena begitu terkejut karena dia tidak mendapatkan informasi lengkap tentang kondisi Zayn. 

"Luka tembak menyebabkan Zayn cedera pada sumsum tulang belakangnya dan harus segera melakukan operasi transplantasi" jelas Zac yang enggan menatap Selena dan memilih berlalu pergi. 

"Lalu kenapa tidak kalian saja yang menjadi pendonor untuk Zayn?" hardik Selena dengan sorot mata murka yang menatap kearah Sergio. 

"Enyahkan tatapan sialan kamu itu dari aku! Dan jangan pernah lagi menatap aku demikian. Aku dan ayahku sudah melakukan beberapa prosedur pendonor, tapi dokter menyatakan bahwa hasilnya kami tidak layak" sungut Sergio terpancing emosi dan enggan meladeni wanita gila dihadapannya. 

Tidak ingin menanggapi ucapan Sergio, Selena pun lantas mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang. Mengamati gerak gerik Selena dalam diam, Sergio lantas meninggikan sebelah alisnya kala wanita itu memanggil satu nama dan sambungannya dia loud speaker. 

'..Cheryl..' panggil Selena. 

'..Halo, Mama..' sambut Cheryl dengan nada riang.

'..Sayang, mama mungkin akan sibuk untuk beberapa hari kedepan bersama papa dan kakek. Jadi, kalau mama dan papa tidak menjawab panggilan telepon dari kamu. Kamu bisa telepon Uncle Gio atau Opa Zac ya..' ucap Selena begitu tenang menatap anaknya melalui sambungan video call.

'..Uncle Gio dan Opa Zac pasti tidak akan suka menemani Cheryl mengerjakan tugas sekolah..' keluh Cheryl yang terdengar sendu. 

'..Cheryl..' tegur Selena sedikit keras karena dia tidak ada pilihan lain. 

'..Baiklah mama..' patuh Cheryl. 

'..Good girl, see you sayang..' putus Selena seraya memasukkan kembali ponselnya ke saku. 

Namun, begitu Selena ingin melangkah maju. Wajahnya menabrak dada bidang milik Sergio yang kini menjulang tinggi di hadapannya lengkap dengan tatapan murka. 

Lihat selengkapnya