The Doctor's Sister

Na Ruu Na
Chapter #4

Episode 4

RAHMA memandangi gadis di hadapannya itu dengan tatapan serius. Dari atas sampai bawah, dipindai dengan saksama. Rambut panjang sepinggang itu tampak sedikit acak-acakan. Piyama dengan model dan warna senada yang dikenakan oleh Rahma, menunjukkan bahwa dia juga merupakan pasien di rumah sakit ini. Rahma menebak dalam pikirannya sendiri, gadis remaja yang tampak gelisah itu baru saja jatuh dari satu tempat yang sedikit kotor dan berair, jika melihat dari noda yang menghias pakaiannya tersebut. Terutama di bagian lutut.

Gadis berhijab itu melirik ibunya yang menunjukkan raut cemas, berdiri membelakangi pintu. Merasa bersalah, Rahma meminta sang ibu untuk meninggalkan ruangan, sementara dia berbicara dengan gadis asing tersebut.

“Mama bisa keluar, sementara Rahma mengobrol dengan gadis ini.”

“Nggak, Mama tetap di sini untuk menjagamu.” Sang ibu menggeleng keras. Sorot matanya menunjukkan kewaspadaan yang dicampur dengan rasa khawatir. Rahma hanya mengangguk pelan sebagai tanggapan atas jawaban ibunya. Setelah menghela napas, dia kemudian kembali fokus pada gadis berkulit putih mulus di depannya.

“Siapa namamu?” Rahma memulai percakapan serius dengan gadis di depannya, tanpa mempersilakan remaja cantik tersebut untuk duduk terlebih dahulu. Bukan karena tak ingin, tetapi karena tanpa dipersilakan pun, gadis itu sudah mengambil kursi dan duduk dengan posisi bak seseorang yang sedang melakukan wawancara kerja.

“Arina Yumi,” jawabnya sambil menunduk malu, mirip seorang gadis yang sedang memperkenalkan diri pada lelaki yang disukai. Rahma hanya bisa menghela napas pelan melihat tingkah gadis berwajah oval dengan mata bulat berwarna cokelat itu.

“Nama yang bagus.”

“Terima kasih.”

Alis Rahma terangkat samar, mendapati pujiannya ditanggapi dengan cepat oleh dara cantik itu. Lesung pipi yang muncul saat dia menarik sudut bibirnya membuatnya tampak manis. Ya, Rahma akui bahwa saat ini dia mengagumi kecantikan gadis tersebut. Akan tetapi, ada sesuatu yang lebih dia amati dari sekedar keindahan fisik. Sikap dan tingkah laku remaja berhidung kecil itu sedikit tampak tak wajar.

“Jadi,” ujar Rahma sembari menyilangkan kaki dan bersidekap di depan dada. “Arina Yumi, apa kamu tau bahwa menguping pembicaraan orang lain secara diam-diam itu termasuk tindakan kriminal?”

Gadis bernama Arina itu menunjukkan raut terkejut yang sedikit berlebihan menurut Rahma. Matanya membulat lebar, seiring dengan bibirnya yang membentuk huruf O. Kedua tangannya bergerak menutup mulut, kemudian turun lagi dan memilin ujung kain bajunya.

“Arina tidak menguping …,” ucapnya sambil memanyunkan bibir.

“Lalu apa?” tanya Rahma dengan alis bertaut samar.

“Arina … ke sini untuk minta maaf,” jawab gadis itu seraya menggigit bibir bawahnya.

“Minta maaf? Untuk apa?” Rahma semakin tertarik dengan gadis yang tak memakai alas kaki tersebut. Matanya terus berfokus pada wajah yang selalu berubah ekspresi sepanjang percakapan mereka itu.

“Kecelakaan waktu itu … aku yang menabrakmu ….”

Lihat selengkapnya