The Don Gilded Cage

Daizy Fidela
Chapter #2

Bab 1

🥀 BAB 1 🥀

Catatan Bab.

📍Don (gelar untuk bos mafia/pemimpin tertinggi atau bos sebuah keluarga organiasi kriminal, setara dengan kepala eksekutif atau seorang diktator yang memegang kekuasaan absolut dalam organisasi tersebut. Ia adalah orang yang membuat semua keputusan penting, menetapkan kebijakan, dan mengawasi bawahannya dengan sangat ketat)

📍Kapo (singkatan dari caporegime, yang merupakan pemimpin regu dalam keluarga mafia yang melapor langsung kepada don (bos))

📍Consigliere (penasihat tepercaya bagi seorang bos dalam struktur organisasi mafia yang merupakan "tangan kanan" bos dan menjadi salah satu dari tiga posisi tertinggi dalam struktur mafia setara dengan bos dan underboss)

📍Iron-clad (kontrak yang sangat kuat dan tidak dapat dipatahkan atau diubah)

📍Penthouse (unit hunian yang terletak di lantai paling atas sebuah gedung, yang dikenal karena kemewahan, luas, dan fasilitas premiumnya seperti pemandangan kota yang menakjubkan, teras pribadi, dan terkadang lift pribadi)

📍Cerita ini fiktif, semua unsur yang ada fiktif 🤍

Happy reading all.

————————

Kota London yang megah, dengan lampu yang gemerlap, etalase toko yang berjejer dengan rapi, orang-orang dengan coat berwarna earth tone menghiasi malam yang indah itu. Aroma pie yang enak, beserta pastry, juga parfum mahal yang menguap ke udara menjadikan London adalah definisi kota yang menawan.

Kontras di sisi lain, di sebuah bar speakeasy yang tersembunyi di balik toko buku tua di Shoreditch, bernama Side Hustle. Udara terasa dingin dan basah. Suhu terasa pengap dan terlalu hangat. Bau asap rokok, wiski single malt yang berkualitas rendah, dan parfum berkualitas rendah bercampur menjadi satu adonan pahit yang terasa asing bagi Sakura.

Ia menyeka noda anggur dari meja marmer hitam untuk kesekian kalinya, gerakan tangannya cepat dan terlatih. Tubuhnya mungil, rambutnya hitam terurai hingga bahu. Ia mengenakan kemeja putih berlengan pendek yang warnanya sudah kusam dan jeans panjang usang, serta celemek yang diikat di pinggangnya. Kulitnya putih pucat, raut wajahnya menunjukkan gejala lelah yang berlebihan. Akan tetapi mata kristalnya mampu menghipnotis siapapun yang melihatnya, sehingga banyak pria yang berusaha menggodanya. Jika itu terjadi, biasanya ia berlari, bersembunyi, dan terkadang pemilik bar membantunya, lebih tepatnya ia jijik dengan situasi dimana rasnya menggoda ras asia yang menurutnya ras rendahan.

Sakura adalah satu-satunya orang asia di bar itu, dan ia terlihat lemah tak berdaya, membuatnya tampak seperti patung porselen yang bisa pecah kapan saja, kontras tajam dengan lingkungan keras di sekitarnya. Meski usianya masih dua puluh empat tahun, wajahnya terlihat jauh lebih tua akibat keadaan.

Sakura berasal dari Jepang. Ia tiba di Inggris delapan bulan lalu dengan janji palsu tentang pekerjaan di pabrik dengan gaji yang tinggi. Janji itu runtuh, digantikan oleh jeratan agen tenaga kerja asing yang menipunya mentah-mentah, menyita paspornya, dan menuntutnya bekerja di tempat seperti Side Hustle untuk melunasi biaya "transportasi dan akomodasi."

Setiap tetes keringat di bar ini adalah pelunasan hutang. Setiap tips adalah secercah harapan. Namun kenyataan pahitnya adalah lelahnya saat ini di Side Hustle tidak akan pernah bisa melunasi hutang yang ditinggalkan mendiang orang tuanya. Bahkan sangat kecil kemungkinan ia akan mendapatkan paspornya kembali agar dapat kembali ke Jepang. Side Hustle adalah penjara tanpa pilar besi baginya.

“Satu gelas lagi, Sweet Pea,” serak suara pria di sudut, mencondongkan tubuhnya melintasi bar. Itu adalah Mr. Thompson, salah satu pelanggan tetap yang menjengkelkan. Setiap malam ia hadir di Side Hustle sebagai ancaman.

Sakura tersenyum tipis, sebuah topeng profesional yang sudah ia kuasai. “Tentu, Mr. Thompson. Wiski on the rocks?”

“Tidak,” balasnya, matanya merayap tanpa malu ke leher Sakura yang jenjang, “malam ini aku ingin mencicipi Vodka Vesper. Dan pastikan kau yang menyajikannya.”

Sakura merasakan gelombang mual. Memiliki tubuh kecil di lingkungan ini adalah kutukan. Ia menyibukkan diri meracik minuman, mencoba mengabaikan tatapan mata yang terasa seperti tangan-tangan licin yang sedang melucuti pakaiannya. Ia hanya ingin bekerja, mendapatkan uang, mendapatkan kembali paspornya (walaupun kecil kemungkinan), dan melarikan diri dari kota yang terasa seperti penjara raksasa ini. Ia harus melunasi hutang orang tuanya yang meninggal dengan cara lain. Hutang adalah satu-satunya ikatan yang tersisa antara dirinya dan masa lalunya. Hutang itu adalah janji suci yang kini terasa seperti rantai besi.

Musik jazz melankolis mengalun, berusaha menutupi desahan dan tawa gelap. Sakura membawa nampan berisi Vesper, berjalan hati-hati melewati meja-meja di Side Hustle.

Di sudut paling gelap, tersembunyi di balik tirai beludru merah tua yang tebal, ada Meja Tujuh. Meja itu biasanya kosong atau ditempati oleh orang-orang yang terlalu penting untuk dilihat.

Saat ia melewatinya, tiba-tiba suara pintu baja berderit terbuka, dan keheningan sejenak menyelimuti bar. Udara dingin dari luar menyerbu masuk, membawa aroma hujan dan sesuatu yang jauh lebih tajam yakni aroma uang, kekuasaan, dan bahaya.

Sakura tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang baru masuk. Semua orang di dalam bar menahan napas mereka. Itu adalah William, sang Don.

William tidak pernah hanya "masuk" ke sebuah ruangan; ia menuntut kehadirannya diketahui. Semua orang menunduk, bukan menunduk karena hormat, tapi menunduk karena ketakutan dan kekuatan uang yang dimilikinya. Dan apabila ada yang bertemu dengan matanya, orang itu dipastikan akan memiliki mimpi buruk yang tak pernah terbayangkan.

William Alistair Vestergaard adalah anomali yang berjalan. Pada usia tiga puluh dua, ia adalah CEO Vestergaard Global Industries, sebuah konglomerat logistik dan investasi yang membentang dari Kopenhagen hingga Shanghai. Di mata publik, ia adalah otak bisnis jenius, seorang keturunan Italia-Denmark yang tampan dan dingin, yang kini berbasis di jantung finansial London.

Di mata segelintir orang yang tahu, ia adalah pewaris Consiglio Vestergaard-Verona yakni klan mafia terkaya dan terkuat, yang akarnya berlumuran sejarah dan darah.

Malam ini, ia mengenakan setelan tiga potong yang dibuat khusus oleh penjahit Savile Row. Kainnya gelap dan tanpa cela, memeluk tubuh atletis yang terbentuk bukan hanya dari ruang rapat, tetapi juga dari disiplin yang keras. Matanya, biru pucat sedingin es Arktik, menyapu ruangan dengan kecepatan mematikan, menilai ancaman, kelemahan, dan aset. Wajahnya adalah perpaduan pahatan klasik: rahang yang kuat, hidung aquiline, dan bibir tipis yang jarang tersentuh senyuman. Tingginya yang mencapai dua meter membuatnya menjadi penjahat tertampan. Tidak hanya fisiknya yang menjadi definisi kesempurnaan, kecerdasannya juga membuatnya berhak mendapat julukan sexy brain. Mulai dari tingkat bachelor hingga doctorate ia berhasil lulus dengan nilai sempurna dan mendapatkan predikat cumlaude.

Malam itu ia datang ditemani oleh dua pengawal besar yang tampak seperti dinding granit. Mereka berhenti di depan tirai Meja Tujuh. William, tanpa mengalihkan pandangan dari seorang pria di dalam tirai yang sedang menunggunya, memberi isyarat agar pengawal itu tetap di luar.

Saat ia berjalan, tatapannya menyentuh Sakura.

Hanya sepersekian detik.

Lihat selengkapnya