📍Cerita ini fiktif, semua unsur yang ada fiktif 🤍
🔓Bab 2 🔒
Sakura menekan ujung telunjuknya untuk memberhentikan darah setelah kontrak iron-clad dengan William. Ketika dia berusaha menghapus sisa darah dengan ujung kemejanya, suara klik kecil memenuhi Gudang Anggur yang dingin. Bunyi itu menandai berakhirnya hidupnya yang lama yaitu hidup sebagai pramusaji yang berjuang melunasi seluruh hutangnya tergantikan dengan hidup barunya sebagai tahanan yang mahal.
William Vestergaard tidak mengucapkan sepatah kata pun pujian atau kepuasan. Dia hanya mengambil kontrak itu, melipatnya dengan gerakan presisi yang sangat efisien, dan menyimpannya di saku dalam jasnya yang telah dikenakan kembali.
“Bangun,” perintah William, suaranya kembali datar dan profesional. “Kita pergi sekarang.”
Perpindahan Sakura dari Side Hustle sangat cepat dan tanpa emosi. Dia hanya diizinkan mengambil tas ransel kecilnya yang berisi beberapa pakaian lusuh, buku saku berbahasa Jepang, dan satu-satunya foto orang tuanya yang tersisa, sebuah kenangan yang ia sembunyikan jauh di dalam lapisan tas. Tidak ada perpisahan, tidak ada ucapan terima kasih, hanya kepergian mendadak dari tempat yang telah menjadi penjara miskinnya selama delapan bulan.
Di luar bar, udara malam yang dingin menyambutnya. Dua pengawal William yang besar telah menunggu, dan Sakura digiring ke dalam Rolls-Royce Phantom hitam yang berkilauan. Interior mobil itu dilapisi kulit mahal dan kayu mahogany, begitu sunyi sehingga Sakura bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang kacau.
William duduk di sampingnya, tetapi jarak di antara mereka terasa seperti jurang. Ia sibuk dengan ponselnya, mata birunya terpaku pada layar, sementara jari-jarinya yang panjang dan anggun mengetik tanpa henti. Ia tampak mengabaikan keberadaan Sakura sepenuhnya, seolah dia hanyalah barang bawaan yang baru diakuisisi.
“Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri,” ujar William tiba-tiba, tanpa mengalihkan pandangan dari layar. Suaranya rendah dan mengancam. “Kontrak itu bukan hanya dokumen, Sakura. Kontrak itu adalah sumpah di mata klanku. Jika kau melanggar, kau tidak hanya akan kembali memiliki hutang, kau akan menghilang. Selamanya. Dan tidak akan ada yang mencari mu. Atau seperti yang telah ku katakan, aku akan memperlihatkan neraka dunia padamu.”
Sakura menggenggam erat tali ranselnya. “Baik, saya mengerti, Tuan.”
“Bagus.” William akhirnya mengalihkan perhatiannya, tatapannya kini tertuju pada Sakura, menilai reaksinya. “Mulai sekarang, kau akan memanggilku William. Tidak ada ‘Tuan Vestergaard’. Aku ingin kedekatan, meskipun palsu. Kau akan hidup sebagai kekasihku, di mata dunia luar yang mungkin melihatmu.”
Kekasih. Kebohongan yang sangat indah namun menakutkan.
“Ba-baik, William,” balas Sakura, hampir berbisik.
Mobil mewah itu melaju jauh dari kegelapan Shoreditch, menuju jantung distrik finansial yang tinggi dan berkilauan. Mobil berhenti di sebuah menara kaca ultra-modern yang menjulang ke langit London, sebuah simbol dominasi arsitektur yaitu The Olympus Tower. Hanya orang tertentu yang dapat tinggal di sana. Dan nilainya begitu fantastis, bahkan jika Sakura bekerja selama 100 tahun dengan gajinya di Side Hustle ia tidak akan bisa memiliki hunian mewah ini.
Mereka naik lift pribadi. Lift yang tampak depannya sangat elegan. Ketika pintu lift terbuka, Sakura merasa tercekik oleh kemewahan yang brutal. Dia berada di penthouse William Vestergaard.
Ini bukan sekadar apartemen; ini adalah singgasana di atas awan. Lantai marmer hitam mengilap memantulkan cahaya lembut lampu kristal dari langit-langit yang sangat tinggi. Dinding kaca besar menawarkan pemandangan panorama London yang menakjubkan, Tower Bridge, Sungai Thames, semua tampak kecil di bawah kaki mereka. Segala sesuatu terstruktur, bersih, dingin, dan benar-benar tanpa kehangatan.
“Ini adalah wilayahmu mulai sekarang,” kata William. Ia melempar sebuah kunci kartu perak ke atas meja kopi onyx. “Di sana adalah kamarmu.”
Ia menunjuk ke sebuah pintu geser kayu ek gelap di ujung ruangan. “Malam ini, kau akan mandi dan tidur. Besok pagi, kau akan bertemu dengan tim yang akan mengurus semua kebutuhanmu dan memastikan kau siap untuk tugasmu.”
Dia kemudian berbalik, menuju tangga spiral baja yang tampaknya mengarah ke tingkat atas yakni wilayah pribadi William yang sepertinya terlarang.
“Satu hal lagi, Sakura,” panggil William sebelum ia menaiki anak tangga pertama. Ia tidak melihat ke belakang, tetapi suaranya berhenti di udara seperti cambuk. “Kepatuhan adalah satu-satunya jalan menuju kebebasanmu. Jika kau menentangku, walau sekecil apa pun, jaminan kebebasan dan uang itu akan hilang. Pikirkan baik-baik sebelum bertindak.”
Kata-katanya adalah janji dan ancaman yang sama-sama mengerikan.
Malam itu Sakura mencoba mengenal dengan penjara mewahnya. Ia sangat bingung dengan semua fasilitas yang ada di kamarnya. Semuanya dengan teknologi terbaru. Bahkan untuk mencuci mukanya ia harus menekan semua tombol yang ada hingga ia menemukan tombol yang tepat. Ia menghabiskan lebih dari satu jam untuk menemukannya. Tidak hanya itu, ia terpukau dengan tirai di kamarnya bisa terbuka hanya dengan suaranya. Ia mencoba tempat tidurnya yang empuk, serta selimut yang bisa mendeteksi suhu tubuhnya dan otomatis menyesuaikan suhu yang diperlukan. Ini semua terlalu mewah. Ia menikmatinya, namun kemudian sadar, bahwa ini bukanlah kenyamanan tetapi hanya ilusi.
Pagi tiba dengan sinar matahari musim gugur yang dingin menyinari penthouse. Sakura bangun di kamar tamu yang terasa asing, hanya untuk segera disambut oleh tim yang sudah diatur William.
Di koridor, sudah menunggu lima orang yaitu seorang pria bertubuh besar dan tampan bernama Lars, seorang dokter laki-laki berambut perak, mengenakan jas putih bersih dr. Riley, dokter pribadi William, seorang dokter wanita bernama dr. Albright, seorang wanita setengah baya, mengenakan seragam abu-abu yang disetrika sempurna. Mrs. Davies, kepala staf rumah tangga, dan seorang wanita muda berambut cokelat, modis. Elisa, penata busana pribadi.
“Nona Matsumoto, ini tim Anda yang baru,” perkenalan Mrs. Davies, dengan suara serak namun tegas. “Mulai sekarang, mereka bertanggung jawab penuh atas segala kebutuhan Anda. Patuhi, dan hidup Anda akan mudah.”
Pemeriksaan medis dilakukan di sebuah ruangan di penthouse ini, sebuah ruangan medis mini dengan alat yang lengkap. Pemeriksaan pertama dilakukan dr. Riley sangat menyeluruh. Bukan hanya tes darah dan fisik normal, tetapi ada serangkaian tes genetik yang aneh, serta pertanyaan mendetail tentang riwayat keluarga dan asal-usul genetiknya di Jepang. Ini seperti de javu. Ia merasa sepertinya pernah melakukan tes yang mirip seperti ini ketika tiba di London bersama rekan-rekan pekerja asing yang berasal dari negaranya.